Anda di halaman 1dari 14

Tanggal Praktikum 12/03/2019

Tanggal Laporan 19/03/2019

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL I


“Pengaruh PVAC Jenis Eltex VA pada Proses Penyempurnaan Anti
Mengkeret Kain Kapas dan Poliester”

LAPORAN

ditulis untuk memenuhi nilai mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1

Oleh

KELOMPOK 2 (DUA)
Alya Rizkiyani NIM. 17020010
Ayuniasari Fauzi NIM. 17020016
Bakhti Ringkang Akbar NIM. 17020017
Cakra Bayu Pamungkas NIM. 17020019
Group : 2K1

Dosen : Wulan S.,S.ST,M.T.


Asisten :1. Mia K.,S.ST.
2. Desiriana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I. Maksud dan Tujuan


1.1. Maksud

Melakukan penyempurnaan anti mengkeret pada kain kapas dan poliester


untuk memberikan efek anti mengkeret dan kestabilan dimensi pada bahan.

1.2. Tujuan

Mendapatkan hasil analisa pengaruh PVAC (Eltex VA) pada penyempurnaan


anti mengkeret kain kapas dan poliester berdasarkan evaluasi %mengkeret
bahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Serat Kapas


Serat kapas mentah memiliki kandungan utama berupa selulosa,
selain itu terdapat pektin, lemak/malam, pigmen alam, mineral dan air.
Komposisi serat kapas berbeda-beda tergantung dari berbagai hal, antara
lain jenis tanaman kapasnya, kondisi tanah, cuaca, kualitas air untuk
irigasi, dan pupuk yang digunakan.
Serat kapas memiliki morfologi penampang melintang dan
membujur yang sangat bervariasi. Namun, pada umumnya penampang
membujur serat ini berbentuk pita berpilin sedangkan penampang
melintangnya berbentuk seperti ginjal. Penampang melintang yang
berbentuk ginjal ini terdiri dari kutikula, dinding primer, dinding sekunder,
dan lumen.

2.1.1. Struktur Kimia Molekul Serat Kapas


Serat kapas tersusun atas selulosa yang komposisi diketahui
sebagai zat yang terdiri dari unit-unit anhidro-beta-glukosa dengan rumus
empiris (C6H10O5)n dengan n adalah derajat polimerisasi yang tergantung
dari besarnya molekul. Selulosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n
merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat
molekul-molekul glukosa yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada
posisi atom karbon nomor satu dan empat. Stuktur rantai-rantai molekul
selulosa disusun dan diikat satu dengan yang lainnya melalui ikatan Van
der Waals. Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

Gambar 1. Struktur kimia serat selulosa

Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH).


Gugus hidroksil pada atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-
CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan 3 merupakan alkohol sekunder
(HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat kereaktifan yang
berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional
yang sangat menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa
dinotasikan sebagai sel-OH dalam penulisan mekanisme reaksi.

Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan


membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung
rantai yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi,
sedangkan pada rantai bagian tengah mempunyai gugus hidroksil. Bila
rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan suatu proses kimia
maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan aldehida atau
karboksilat.

2.1.2.Struktur Fisika Molekul Serat Kapas

Serat kapas tersusun dari suatu rantai panjang anhidrida glukosa


yang diorientasikan dan diikat satu dengan lainnya melalui ikatan atau gaya
hidrogen danvan der Waals. Orientasi rantai molekul seluosa tersebut tidak
semuanya sempurna, karena dipisahkan oleh bagian-bagian disorientasi
secara berselang-seling. Sesunan rantai molekul selulosa yang teririentasi
teratur disebut kristalin, sedangkan yang tidak teratur (disorientasi) disebut
amorf. Dari difraksi sinar X diketahui bahwa selulosa terdiri dari 75 %
bagian kristalin dan sisanya bagian amorf. Bagian amorf mempunyai daya
serap yang lebih besar dan kekuatan yang lebih rendah dibandingkan
dengan kristalin.

Pada bagian kristalin letak dan jarak antara molekul-molekul selulosa


tersusun sangat teratur dan sejajr satu sama lain. Pada bagian amorf letak
dan jarak antara molekul-molekul selulosa tidak teratur (ada jarak antara
masing-masing molekul selulosa yang besar dan kecil). Pada jarak yang
besar inilah molekul-molekul air dapat masuk sehingga volume seat akan
bertambah.
2.1.3.Sifat Kimia Serat Kapas

a. Pengaruh Asam

Dengan adanya asam, selulosa akan terhidrolisis dan menghasilkan


rantai-rantai molekul yang lebih pendek karena pecahnya ikatan glukosida
antara satuan glukosa dalam rantai selulosa. Larutan encer asam klorida
dan asam sulfat dapat mengurangi kekuatan tarik serat kapas, sedangkan
asam asetat mempunyai pengaruh yang lebih kecil daripada asam-asam
tersebut diatas. Larutan asam pekat seperti asam klorida 40% dalam
keadaan dingin akan merusak serat kapas secara total karena terjadinya
hidrolisis selulosa. Contoh terjadinya kerusakan terutama pada proses
penghilangan kanji.

b. Pengaruh Alkali

Kapas tahan terhadap alkali, alrutan alkali encer tidak mempengaruhi


kapas meskipun pada suhu mendidih. Larutan alkali pekat pada suhu
kamar hanya akan menggelembungkan serat kapas dan tidak merusak
seratnya, tetapi pada suhu tinggi dapat merusak serat karena terbentuk
oksiselulosa. Contoh terjadinya kerusakan ini terutama pada proses
pemasakan dan mersersasi.

c. Pengaruh Oksidator

Oksidator seperti hipoklorit dan permanganat dapat menurunkan


kekuatan tarik serat. Penurunan kekuatan serat ini terjadi karena
terbentuknya oksiselulosa oleh zat pengoksidasi. Hal ini sering terjadi pada
proses pengelantangan.

d. Pengaruh panas

Serat kapas tahan terhadap proses pada suhu mendidih. Hal tersebut
dapat dibuktikan bila kapas dipanaskan pada suhu kurang lebih 120
selama 5 jam tidak menunjukkan perubahan kekuatan serat kapas.
2.1.4.Sifat Fisika Serat Kapas

a. Warna

Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya


warna inidisebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat
kapas. Pigmenyang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui
dengan pasti. Warna kapas akan semakin tua setelah penyimpanan
selama 2 sampai 5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan
kotoran akan menyebabkan warna keabu-abuan.

b. Kekuatan

Kekuatan serat perbundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per


inci persegi. Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa
dalam serat, panjang rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat
kapas akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan
kering. Hal ini disebabkan karena pada keadaan basah bentukserat akan
mengelembung sehingga puntiran hilang. Dengan demikian gaya tarik yang
diderita akan tersebar sepanjang serat

c. Mulur

Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat


selulosa yang lainnya yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7%
bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata-rata mulur sebesar 7%.

d. Kekakuan (stiffness)

Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau


perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.

e. Keliatan (toughness)

Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda


untuk menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.
f. Mouisture regain

Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat


kapas yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture
regain serat kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif,
pada kondisi standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.

g. Berat jenis

Berat jenis serat kapas adalah 1,5-1,56.

2.2 Serat Poliester


Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus
ester dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-
rantai mampu saling berdekatan,sehingga gaya antar rantai polimer
poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester
merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan
hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH dalam molekul
tersebut.Oleh karena itu serat poliester sulit didekati air atau zat
warna.Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.

Sifat poliester

No Sifat Fisika Poliester

1 Elektrostatis Mempunyai elektrostatik yang cukup tinggi

2 Berat Jenis 1,38 g/cm3

3 Kekuatan Tarik dan Mulur Kekuatan tarik sekitar 4.5 – 7.5 g/denier,

sedangkan mulurnya 25 % - 75 %.

4 Morfologi Berbentuk silinder dengan penampang melintang


bulat

5 Moisture Regain RH 65  2 % dan suhu 20 oC  1 % , MR 0.4 %

RH 100 % , MR 0.6 % - 0.8 %

6 Derajat Kristalinitas Sangat penting, karena berbengaruh terhadap daya

serap zw, mulur, stabilitas dimensi, kekuatan tarik,

dll.

7 Pengaruh Panas tahan panas sampai suhu 220oC suhu 230-240 oC

poliester melunak, suhu 260oC poliester meleleh.

8 Elastisitas Elastisitas yang baik

No Sifat Kimia Poliester

1 Pengaruh alkali Tahan terhadap alkali lemah, terhidrolisa esternya pada

alkali kuat

2 Pengaruh asam Tahan asam lemah dan asam kuat namun suhu rendah.

3 Titik leleh 2500C

4 Zat organik Akan lartut dalam zat organik seperti metakresol, asam

triflouroasetat–klorofenil dan campuran triokhlorofenol

dengan fenol dan campuran tetra kloro etana dengan

fenol

2.3 Resin Anti Mengkeret

Penyempurnaan resin termasuk penyempurnaan secara kimia. Pada


penyempurnaan ini digunakan resin sintetik, yaitu senyawa organik yang
rumit dan mempunyai berat molekul yang tinggi. Resin tidak hanya dapat
digunakan untuk memperbaiki ketahanan kusut tetapi juga stabilitas
dimensi bahan, sehingga mengurangi mengkeret dalam pencucian.
Penyempurnaan resin anti mengkeret dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya kerutam-kerutan pada bahan setelah dilakukan proses seala
berulang-ulang. Resin tersebut akan melapisi dan mengikat anyaman
tenun atau jeratan rajut dan menjadi penjaga stabilitas dimensi kain
sehingga kain tidak mudah susut saat proses pencucian.

BAB III

PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Gelas Ukur

2. Piala gelas

3. Batang pengaduk

4. Neraca

5. Baki

6. Mesin Padder

7. Mesin Stenter

8. Penggaris

3.1.2 Bahan

1. PVAC (Eltex VA)

2. Kain Kapas
3. Kain Poliester

4. Air

5. Teepol

6. Na2CO3

3.2 Diagram Alir Proses


PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

PEMBUATAN LARUTAN ANTI MENGEKERET

PERENDAMAN BAHAN DALAM LARUTAN


ANTI MENGKERET

PROSES PADDING

DYRING
(100°C, 2 menit)

CURING
(170°C, 2 menit)

PENCUCIAN

DYRING
(100°C, 2 menit)

Evaluasi
(Stabilitas dimensi)

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penyempurnaan Anti Mengkeret


3.3 Resep
3.3.1 Resep Penyempurnaan Anti Mengkeret Kain Kapas dan Poliester
PVAC (Eltex VA) : 80 g/L
Pengeringan : 100°C, 2 menit
Pemanasawetan : 170°C, 2 menit

3.3.2 Resep Pencucian


Teepol : 1 cc/L
Na2CO3 : 1 g/L
Waktu : 10 menit
Suhu : 70°C

3.4 Skema Proses


3.4.1 Proses Penyempurnaan Anti Mnegkeret

3.4.3 Proses Pencucian Sabun


Suhu (°C )
Teepol
Na2CO3

70°C

Waktu (menit)
10’

BAB IV
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Stabilitas Dimensi
Berikut adalah data dan perhitungan dari uji mengkeret kain pada tiap
variasi yang dilakukan pada proses penyempurnaan kain anti mengkeret.

Tabel 4.1 Data uji mengkeret kain pada tiap variasi kain

Ukuran
Kain Variasi Ukuran Akhir % Mengkeret
Awal
10 cm x 10 10 cm−9,6 cm
Kain Kapas 9,6 cm x 9,6 cm ×100 =4
cm 10 cm
10 cm x 10 10 cm−9, 9 cm
Kain Poliester 9,9 cm x 9,9 cm ×100 =1
cm 10 cm

Berdasarkan data percobaan diatas, maka didapatkan hasil uji mengkeret


pada kain kapas dan kain poliester pada proses penyempurnaan kain anti
mengkeret dalam bentuk grafik berikut

5%
4%
4%
4%
3%
Mengkeret (%)

3%
2%
2%
1%
1%
1%
0%
kapas poliester
Variasi kain

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kain yang digunakan dengan % mengkeret
kain pada proses penyempurnaan kain anti mengkeret

BAB V
DISKUSI
BABVI
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai