0
I. Maksud dan Tujuan
Menentukan tahanan dalam (RL) dari pada lampu-lampu karbon dan wolfram dengan menggunakan
Ampere dan Voltmeter
Gambar 1
RL ( metoda I )
V
220 V RV
Gambar 2
RL ( metoda II )
V
220 V RV
dengan rangkaian seperti pada gambar 1 dan 2 diatas dapat diketahui kuat arus yang melalui lampu
pada beberapa beda potensial. Dari sini dapat dicari tahanan dalam suatu lampu pijar (RL).
1
4. Lampu karbon
5. Lampu Wolfram
6. Kabel Penghubung
7. Sumber Arus
V. Data Percobaan
Kondisi Ruangan Awal Percobaan Akhir Percobaan Satuan
1. Temperatur 29.00 0.50 29.00 0.50 0
C
2. Kelembaban 54.00 0.50 57.00 0.50 %
3. Tekanan Udara 74.80 0.01 74.80 0.01 CmHg
Metoda 1
No Lampu Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 Keadaan Lampu
1 0,2 50 R
2 0,24 75 AN
Wolfram
3 0,26 100 N
4 0,34 150 NT
2
Seri
No Lampu Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 Wolfram karbon
1 Wolfram 0,1 50 TN TN
2 0,12 75 TN TN
+
3 0,16 100 TN AN
4 Karbon 0,26 150 TN N
Paralel
No Lampu Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 Wolfram Karbon
1 Wolfram 0,05 50 TN TN
2 0,12 75 TN TN
+
3 0,16 100 TN AN
4 Karbon 0,26 150 TN N
Metoda 2
No Lampu Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 Keadaan Lampu
1 0,18 50 R
2 0,22 75 AN
Wolfram
3 0,26 100 N
4 0,36 150 NT
Paralel
No Lampu Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 Wolfram Karbon
1 Wolfram 0,1 50 TN TN
2 0,12 75 TN TN
+
3 0,14 100 TN R
4 Karbon 0,22 150 TN N
Keterangan :
3
R = Redup AN = Agak Nyala N = Nyala TN = Tidak nyala NT = Nyala Terang
R V 2 I 2
2 2
Maka:
R V 2
I 2
a. Metoda 1
Lampu Wolfram
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R = V/I (ohm)
0,2 50 250
0,24 75 312,5
0,26 100 384.62
0,34 150 441.17
4
V3 = 100 ± 2,5 (volt)
R3 = 384.62 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (100) 2 (2,5) 2 62500.0025 250
I 0.2
Lampu Karbon
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R = V/I (ohm)
0,05 50 1000
0,12 75 625
0,16 100 625
0,26 150 576.92
I1 = 0,05 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (volt)
R1 = 1000 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (50) 2 ( 2,5) 2 15625,04 125.0002
I 0,05
5
R3 = 625 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (100) 2 ( 2,5) 2 62500.0039 250
I 0.16
Metoda 2
Lampu Wolfram
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R = V/I
0,18 50 277.78
0,22 75 340.9
0,26 100 384.62
0,36 150 416.67
I1 = 0,18 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (volt)
R1 = 277.78 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (50) 2 ( 2,5) 2 15625,0031 125
I 0,18
6
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (100) 2 ( 2,5) 2 62500.0015 250
I 0.26
Lampu Karbon
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R=V/I
0,05 50 1000
0,1 75 750
0,14 100 714.28
0,26 150 576.92
I1 = 0,05 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (volt)
R1 = 1000 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (50) 2 ( 2,5) 2 15625,04 125.0002
I 0,05
7
RL3 = 714.28 ± 250 ohm
8
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (75) 2 ( 2,5) 2 35156.2508 187,5
I 0.12
Paralel
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R = V/I (ohm)
0,05 50 1000
0,12 75 625
0,16 100 625
0,26 150 576.92
9
R2 = 625 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (75) 2 ( 2,5) 2 35156.2508 187,5
I 0.12
Metoda 2
Seri
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R=V/I
0,025 50 2000
0,05 75 1500
0,1 100 1000
0,14 150 1.071
I1 = 0,025 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (volt)
R1 = 2000 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (50) 2 ( 2,5) 2 15625,16 125.0006
I 0,025
10
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (75) 2 ( 2,5) 2 35156.29 187,5001
I 0.05
Paralel
Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 R=V/I
0,1 50 500
0,12 75 625
0,14 100 714.28
0,22 150 681.82
I1 = 0,1 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (volt)
R1 = 500 (Ohm)
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (50) 2 ( 2,5) 2 15625,01 125.0002
I 0,1
11
2 2
1 1
R V 2 (V ) 2 I 2 (0.01) 2 (75) 2 ( 2,5) 2 35156.2508 187,5
I 0.12
3. Hitunglah power yang diberikan pada setiap lampu untuk setiap keadaan
Jawab:
P=E.I=V.I
dP dP
I, V
dV dI
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2
Metoda 1
Lampu Wolfram
No Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 P = V . I (watt)
1 0,2 50 10
2 0,24 75 18
3 0,26 100 26
4 0,34 150 51
I1 = 0,2 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (Volt)
12
P1 = 10 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,2) 2 (2,5) 2 (50) 2 (0,01) 2 0.25 0.25 0.7071
P1 = 10 ± 0,7071 watt
I2 = 0,24 ± 0,01 (A)
V2 = 75 ± 2,5 (Volt)
P2 = 18 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,24) 2 ( 2,5) 2 (75) 2 (0,01) 2 0.36 0.56 0.9605
P2 = 18 ± 0,9605 watt
P3 = 26 ± 1,1927 watt
P4 = 51 ± 1,7241 watt
13
I2 = 0,12 ± 0,01 (A)
V2 = 75 ± 2,5 (Volt)
P2 = 9 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,12) 2 (2,5) 2 (75) 2 (0,01) 2 0.09 0.56 0.8078
P2 = 9 ± 0,8078 watt
P3 = 16 ± 1,0770 watt
P4 = 39 ± 1,6348 watt
Seri
No Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 P=V.I
1 0,1 50 5
2 0,12 75 9
3 0,16 100 16
4 0,26 150 39
I1 = 0,1 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (Volt)
P1 = 5 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,1) 2 (2,5) 2 (50) 2 (0,01) 2 0.0625 0.25 0.5590
P1 = 5 ± 0,5590 watt
14
P2 = 9 ± 0,8078 watt
P3 = 16 ± 1,0770 watt
P4 = 39 ± 1,6348 watt
Paralel
No Ampere ± Volt ± 2,5 P=V.I
0,01
1 0,05 50 2.5
2 0,12 75 18
3 0,16 100 26
4 0,26 150 51
I1 = 0,05 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (Volt)
P1 = 2.5 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,05) 2 ( 2,5) 2 (50) 2 (0,01) 2 0.156 0.25 0.5154
P2 = 9 ± 0,8078 watt
15
P3 = 16 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,16) 2 (2,5) 2 (100) 2 (0,01) 2 0.16 1 1.0770
P3 = 16 ± 1,0770 watt
P4 = 39 ± 1,6348 watt
Metoda 2
No Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 P=V.I
1 0,18 50 9
2 0,22 75 16.5
3 0,26 100 26
4 0,36 150 54
I1 = 0,05 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (Volt)
P1 = 2.5 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,05) 2 ( 2,5) 2 (50) 2 (0,01) 2 0.156 0.25 0.5154
P2 = 9 ± 0,8078 watt
I3 = 0,16 ± 0,01 (A)
V3 = 100 ± 2,5 (Volt)
P3 = 16 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,16) 2 (2,5) 2 (100) 2 (0,01) 2 0.16 1 1.0770
P3 = 16 ± 1,0770 watt
16
P4 = 39 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,26) 2 (2,5) 2 (150) 2 (0,01) 2 0.42 2.25 1.6348
P4 = 39 ± 1,6348 watt
P2 = 9 ± 0,8078 watt
P3 = 16 ± 1,0770 watt
P4 = 39 ± 1,6348 watt
Seri
No Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 P=V.I
17
1 0,025 50 1.25
2 0,05 75 3.75
3 0,1 100 10
4 0,14 150 21
I1 = 0,025 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (Volt)
P1 = 1.25 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,025) 2 ( 2,5) 2 (50) 2 (0,01) 2 0.0039 0.25 0.5039
P3 = 10 ± 1,0308 watt
I4 = 0,14 ± 0,01 (A)
V4 = 150 ± 2,5 (Volt)
P4 = 21 Watt
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,14) 2 (2,5) 2 (150) 2 (0,01) 2 0.1225 2.25 1.5403
P4 = 21 ± 1,5403 watt
Paralel
No Ampere ± 0,01 Volt ± 2,5 P=V.I
1 0,1 50 5
2 0,12 75 9
3 0,14 100 14
4 0,22 150 33
I1 = 0,1 ± 0,01 (A)
V1 = 50 ± 2,5 (Volt)
P1 = 5 Watt
18
P ( I ) 2 V 2 (V ) 2 I 2 (0,1) 2 (2,5) 2 (50) 2 (0,01) 2 0.0625 0.25 0.5590
P1 = 5 ± 0,5590 watt
P2 = 9 ± 0,8078 watt
P3 = 14 ± 1,0595 watt
P4 = 33 ± 2,5525 watt
19
20
Kesimpulannya:
- Lampu karbon
Pada grafik lampu karbon 1 maupun lampu karbon 2, menunjukkan grafik yng sam
tetapi bear arus lebih besar pada lampu karbon metoda 1.
- Lampu wolfram
Pada grafik lampu wolfram metoda 1 maupun lampu olfram metoda 2, menunjukkan
grafik ama ttapi pada grafik metoda 1 nilai arus lebih besar dibanding dengn grafik
metoda 2.
- Rangkaian seri
Pada grafik rangkaian seri sedikit berbeda, karena pada grafik metoda 1 besar volt lebih
kecil dibandingkan pada metoda 2 (nilai volt yang terakhir)
- Rangkaian paralel
Grafik rangkaian paralel metoda 1 dengn metoda 2 sdikit berbeda, karena pada paralel
metoda 2 besarnya arus lebih kecil dibandingkan pada metoda 1 (nilai arus yang
terakhir)
21
5. Buatlah grafik dari tahanan sebagai fungsi dari kuat arus untuk tiap lampu dan tiap metoda
Jawab:
6. Buatlah grafik dari tahanan sebagai fungsi dari kuat power untuk tiap lampu dan tiap metoda
Jawab:
22
23
7. Bagaimanakah bentuk grafik pada pertanyaan no. 4, 5, dan 6? Apakah R konstan? Berilah
pembahasan! Faktor apa aja yang menyebabkan ini?
Jawab:
Bentuk grafik dari ketiga nomor tidaklah sempurna, yaitu berbentuk garis lurus, seharusnya
grafik yang dihasilkan berbentuk garis tidak lurus. Hal ini disebabkan tahanan (R) tidak
bersifat konstan, selain tahanan yang tidak konstan, faktor lainnya seperti pada lampu energi
listrik tidak hanya diubah menjadi energi cahaya tetapi juga kebentuk energi panas. Selin itu
juga temperatur yang akan mempengaruhi tahanan pada lampu, pada saat percobaan
temperatur lampu sebanding dengan suhu kamar.
9. Dari segi kwalitatif, mana yang lebih terang, pemasangan seri atau paralel? Beri penjelasan?
Jawab:
Dari segi kwalitatif nyala lampu yang lebih terang adalah dari rangkaian paralel, hal ini
disebabkan tahanan ( R ) pada rangkaian paralel lebih kecil dibandingkan dengan tahanan
( R ) pada rangkaian eri, seperti persamaan berikut:
- tahanan paralel
1 1 1 1 1
R L R1 R2 R3 Rn
- tahanan seri
R L R1 R2 R3 ... Rn
10. Gambarkan rangkaian listrik yang saudara buat dan gambar pula skema benda-benda (tidak
dengan lambang) yang saudara rangkaikan. Beri tanda positif negatif bila perlu.
Jawab:
24
Metoda 1
RL
V
220 V RV
V
220 V RV
V
220 V RV
Metoda 2
RL
V
220 V RV
25
Rangkaian lampu wolfram dan karbon secara seri
V
220 V RV
V
220 V RV
VII. Diskusi
Dalam percobaan ini diperlukan ketelitian dalam merangkai alat – alat dengan sumber listrik,
karena jika ada yang salah dapat menimbulkan akibat yang fatal. Selain itu kita juga harus teliti
dalam membca skala yang tertera pada voltmeter dan Amperemeter.
Pada rangkain seri dalam pelakanaannya memerlukan lebih sedikit kabel bila dibandingkan dengan
rangkaian paralel. Akan tetapi bial salah satu lampu mati yang lainnya pun akan ikut mati.
Dari rangkaian paralel dapat diperoleh keuntungan yaitu bila salah satu lampu mati maka lampu
yang lain bisa tetap menyala walaupun nyalanya kurang baik.
VIII. Kesimpulan
- Dengan menggunakan rangkaian paralel nyala lampu baik wolfram atau karbon lebih
terang dibandingkan dengan menggunakan rangkaian seri
- Semakin besar beda potensial dan arus maka semakin terang nyala lampu yang
dihasilkan
- Semakin besar voltmeter dan semakin kecil kuat arus maka tahanan penghantar besar,
sehingga voltmeter sebanding dengan tahanan penghantar
- power yang dihasilkan tergantung pada beda potensial juga kuat arus
26
IX. Daftar Pustaka
- Pedoman Praktikum Fisika Dasar, Mekanika, Panas, Bunyi. Bandung; STT Tekstil. 2004.
- Padri, I Made; Fisika Dasar 1. FPMIPA IKIP Bandung, Bandung. 1992.
27