Anda di halaman 1dari 14

Tugas Laporan Kasus Divisi Dermatologi &Venerologi

Nama/NPM : Andini Zulmaeta/1102013027


Tempat/Waktu : RSUD Kab. Bekasi/31 Mei 2019
Pembimbing : dr. Evy Aryanti, Sp.KK

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Usia : 34 tahun
Alamat : Taman Graha Mas, Cibitung, Bekasi
Jenis Kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Kunjungan : 20 Mei 2019
Tempat : Poliklinik RSUD Kabupaten Bekasi

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan dengan pasien pada hari Senin, 20 Mei 2019 pukul
11.00 di Poliklinik RSUD Kabupaten Bekasi.
a. Keluhan Utama
Bercak merah disertai bentol yang terasa gatal pada perut sejak 2 bulan yang lalu
b. Keluhan Tambahan
Keluhan disertai gatal, nyeri, dan perih yang menyebar hingga kedua tangan dan
paha.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten Bekasi
dengan keluhan muncul bercak merah disertai bentol di bagian perut menjalar
hingga ke kedua tangan dan kedua paha sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Bercak merah tersebut muncul secara tiba-tiba tanpa ada gejala sebelumnya.
Keluhan awal dirasakan merah menebal kemudian muncul bentol yang
mengeluarkan cairan bening jika digaruk, yang berubah menjadi borok yang lebih
merah dan kasar. Kemerahan disertai dengan gatal, nyeri dan perih.

1
Pasien mengatakan memiliki riwayat HIV sebelumnya yang muncul
sejak 5 bulan yang lalu dan sekarang sedang dalam masa pengobatan bulan ke 5 di
Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Bekasi. Pasien telah memeriksakan keluhan
bercak merah ini pada Dokter penyakit dalam dan diberikan obat Fluconazol
namun keluhan tidak berkurang dan semakin parah. Pasien mengaku rutin
mengonsumsi obat ARV Kombinasi (Tenofovir Disoproxil Furamate/
Lamivudine/ Efavirenz) setelah setelah dua kali ganti obat yakni Duviral dan
Tenoval karena keluhan anemia. Obat diminum satu kali sehari.,,,,,,,,, (udah di
print tapi ga di save)
Saat ini pasien tidak mengeluhkan gatal di tempat awal namun gatal
terasa di bagian lengan atas. Pasien mengatakan nafsu makan pasien baik dengan
asuhan dokter gizi RSUD Kab. Bekasi. Pasien juga mengaku tidak kontak dengan
zat iritan tertentu, dan tidak memelihara hewan peliharaan. Pasien juga mengaku
memelihara hygine yang baik seperti selalu mengganti sprei setia minggu. BAB
dan BAK dalam batas normal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat HIV sejak 5 bulan yang lalu dan pernah rawat inap selama 6 hari
karena Anemia akibat reaksi obat ARV. Pasien belum pernah memiliki
gejala seperti ini sebelumnya.
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat penyakit asma : disangkal
 Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
 Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
 Riwayat kolesterol tinggi : disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit seperti pasien : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat Pengobatan
Pasien pertama kali didiagnosa HIV pada bulan Desember 2018 di RSUD
kabupaten Bekasi. Saat ini, pasien sedang dalam masa pengobatan ARV

2
Kombinasi (Tenofovir Disoproxil Furamate/ Lamivudine/ Efavirenz) yang
memasuki bulan ke-5 di Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Bekasi.
g. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan dan cuaca. Pasien
juga tidak memelihara hewan peliharaan.
h. Riwayat Sosioekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah 1 tahun 4 bulan
yang lalu. Pasien tinggal berdua dengan suaminya di rumah tipe 26/65 yang juga
mengidap HIV. Riwayat memelihara hewan disangkal pasien.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan tanggal 20 Mei 2019)
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- Frekuensi Nadi : 68 x/menit
- Frekuensi Napas : 20 x/menit
- Suhu : afebris
Status Gizi :
- BB : 50 kg
- TB : 156 cm
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB teraba membesar regio mandibularis, trakea
ditengah, tidak ada deviasi
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Terdapat kelainan kulit eritem (lihat status
dermatologis)
Genitalia : Tidak dilakukan
Ekestremitas : Terdapat kelainan kulit eritem (lihat status
dermatologis)

4
B. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS

1 2
2

3 4
Gambar 1,2,3,4. Regio trunkus: tampak macula eritematosa multiple batas tegas bentuk bulat oval diameter
0,5-1 cm dengan skuama di atasnya dan papul eritematosa multiple bentuk bulat ukuran diameter 0,1-0,2cm
beberapa berkonfluen

5
5 6

Gambar 5, 6. Regio extremitas superior dextra et sinistra: tampak macula eritematosa multiple batas tegas
bentuk bulat oval diameter 0,2-5 cm dengan skuama di atasnya dan pustul multiple bentuk bulat ukuran
diameter 0,1cm

7 8

Gambar 7 dan 8. Regio extremitas inferior: di femoral sinistra anterior tampak macula eritematosa batas
tegas bentuk bulat oval diameter 2 cm dengan skuama di atasnya dan papul eritematosa multiple bentuk bulat
ukuran diameter 0,1-0,2 cm beberapa berkonfluen

6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH 10% (20/05/2019)
 Epitel : 1-2/LPK
 Hifa : 1+
 Spora : 3+
 Budding : negatif

Gambar 9. Regio Lumbal: pengambilan sampel untuk pemeriksaan KOH

V. RESUME
Ny.E, 34 tahun, datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kabupaten
Bekasi dengan keluhan muncul kemerahan disertai bentol di bagian perut menjalar
hingga ke tangan dan paha sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Kemerahan
disertai dengan gatal dan dan nyeri yang bila digaruk pasien mengeluhkan keluar
sedikit cairan. Pasien mengatakan sedang dalam masa pengobatan HIV bulan ke
5. Pasien telah memeriksakan keluhan ini pada Dokter penyakit dalam dan
diberikan obat Fluconazol namun keluhan tidak berkurang dan semakin parah.
Pada pemeriksaan fisik di regio trunkus, ekstremitas superior, serta
femoral sinistra anterior tampak macula eritematosa multiple batas tegas bentuk

7
bulat oval diameter 0,5-1 cm dengan skuama di atasnya dan papul eritematosa
multiple bentuk bulat ukuran diameter 0,1-0,2cm beberapa berkonfluen.
Pada pemeriksaan KOH 10% ditemukan hasil; Epitel : 1-2/LPK, Hifa :
1+, Spora : 3+, Budding : negatif.

VI. DIAGNOSIS BANDING


 Kandidiasis Kutis dengan HIV
 Dermatitis kontak iritan
 Dermatofitosis
 Psoriasis
 Erytrasma
VII. DIAGNOSIS KERJA
Kandidiasis Kutis dengan HIV

VIII. SARAN PEMERIKSAAN


 Pewarnaan Gram (Metilen Blue)

IX. PENATALAKSANAAN
 Itrakonazol PO 1x100mg
 Krim Imidazol (mikonazol 2%, klotrimazol 1%) 14-28 hari
 Cetirizine PO 1x10
 ARV Kombinasi (Tenofovir Disoproxil Furamate/ Lamivudine/ Efavirenz)

X. EDUKASI
 Gejala reaksi timbul akibat sedang menurunnya sistem imunitas. Oleh karena
itu, usahakan agar istirahat cukup, makan teratur dan perhatikan gizi dari
makanan yang dimakan.
 Obat yang digunakan bertujuan untuk meredakan gejala reaksi kulit akibat
jamur, seperti gatal, kemerahan, dan panas, oleh karena itu obat harus
diminum secara teratur sesuai anjuran dokter.

XI. PROGNOSIS
 Ad vitam: Ad bonam

8
 Ad functionam: Ad bonam
 Ad sanationam: Dubia Ad Bonam

9
BAB II
PEMBAHASAN

Candida spp. adalah jamur penyebab yang dilaporkan paling sering menimbulkan
infeksi pada manusia. Kandidiasis merupakan infeksi jamur tersering pada orang dewasa,
anak-anak, dan orang tua.1
Spesies Candida adalah penyebab paling umum dari infeksi jamur pada orang yang
immunocompromised. Sebagian besar infeksi kandida bersifat mukokutan. Lebih dari 90%
orang yang terinfeksi HIV yang tidak menerima terapi antiretroviral (HAART) yang sangat
aktif mengembangkan kandidiasis orofaringeal dan 10% dari pasien ini mengembangkan
kandidiasis esofagus. Spesies Candida sekarang adalah patogen keempat yang paling umum
diisolasi dari kultur darah pada pasien dengan infeksi sistemik.1
Pada pasien seorang wanita dengan penyakit sistemik penyerta yaitu HIV. Dimana
penyakit HIV sendiri memiliki kerentanan terhadap penyakit lain atau immunocompromised.
Hal tersebut mendukung bahwa bila pasien dalam keadaan rentan maka dapat mudah
terserang penyakit penyerta, salah satunya adalah Kandidiasis. Kandidiasis pada pasien ini
terletak di kutan. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa sebagian besar infeksi bersifat
mukokutan.
C. albicans memiliki kecenderungan untuk mengkolonisasi lipatan kulit, zona
intertriginosa di mana lingkungan setempat lembab dan hangat. Kondisi predisposisi
termasuk obesitas, diabetes mellitus, mengenakan pakaian tidak menyerap keringat dan faktor
pekerjaan. Erupsi pruritus muncul sebagai bercak eritematosa merah maserasi dan plak tipis
dengan satelit vesikulopustula. Infeksi superfisial yang melibatkan infundibulum folikel
rambut juga terjadi pada pasien yang memiliki kecenderungan, paling sering pada keadaan
diabetes mellitus atau keadaan immunocompromised. Pemeriksaan KOH terhadap isi pustula
folikuler membedakan kondisi ini dari folikulitis bakteri.1
Pada pasien ini gejala yang pertama kali adalah bercak kemerahan di badan disertai
bentol yang terasa gatal dan menjalar ke selutuh tubuh. Kemudian pada pemeriksaan fisik
juga ditemukan adanya papul serta pustul dengan dasar makula eritematosa.
Pemeriksaan mikroskopis langsung dari spesimen berguna untuk mengetahui
keberadaan ragi atau dapat juga dilakukan dengan isolasi ragi dalam kultur. Pada infeksi
kandida superfisial, diagnosis dapat dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis
dengan scrapping kulit atau apusan yang diperoleh dari kulit, kuku, atau permukaan mukosa
yang menunjukkan hifa, pseudohiphae, atau sel ragi yang mulai tumbuh. Potasium kalium

10
hidroksida dengan pewarnaan Gram atau metilen biru berguna untuk mendemonstrasikan sel
jamur secara langsung. Kultur dari kuku yang terkena dapat membantu mengidentifikasi agen
etiologi yang bertanggung jawab untuk onikomikosis (dermatofita vs ragi). C. albicans dapat
menghasilkan koloni mukoid keputihan bila didiamkan selama 2-5 hari pada agar Sabouraud
dengan antibiotik tambahan.1
Pada hasil pemeriksaan KOH pasien ini ditemukan adanya jamur, dimana mendukung
adanya infeksi fungal. Diperlukan juga pemeriksaan gram dengan metilen biru untuk menilai
morfologi sel jamur agar dapat ditentukan patogen tersangka serta menyingkirkan diagnosis
banding.
Candida pada kulit dapat diobati dengan antijamur topikal (mis., Clotrimazole,
econazole, ciclopirox, miconazole, ketoconazole, dan nystatin). Sediaan bubuk juga dapat
menjaga lingkungan yang lembab agar menjadi kering sehingga tidak memfasilitasi infeksi
kandida. Terapi antijamur sistemik direkomendasikan untuk infeksi kulit yang luas,
keterlibatan folikel, atau infeksi pada pasien dengan sistem imun yang lemah.1 Terapi
sistemik dapat diberikan berupa Flukonazol 50 mg/hari atau 150 mg/minggu, Itrakonazol
100-200 mg/hari.2
Pasien dalam kasus ini sebelumnya sudah mendapatkan terapi flukonazol tetapi
keluhan dirasa tidak berkurang dan lesi semakin luas. Hal tersebut mendukung untuk
dilanjutkannya terapi menjadi terapi sistemik yaitu dapat diberikan Itrakonazol 100-200
mg/hari.
Sesuai dengan kepustakaan klinik Pasien ini juga didiagnosis banding dengan

Dermatitis kontak iritan, Dermatofitosis, Psoriasis. Erytrasma.1 Dengan gejala antara lain

Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas

daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada

sejumlah bahan kimia pada Dermatitis kontak iritan. Dermatofitosis merupakan Penyakit

pada jaringan yang mengandung zat tanduk, yang disebabkan oleh T.rubrum,

T.mentagrophytes, atau E.Flocossum . Lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata

daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan

sekunder (polimorf). Psoriasis memiliki ciri khas atau disebut tanda klasik yaitu lesi yang

berwarna kemerahan (eritema), berbatas tegas lesi ditutupi oleh skuama kasar berlapis,

11
berwarna putih seperti mika. Eritrama merupakan penyakit bakteri kronik pada stratum

korneum yang disebabkan corynebacterium minitussismum, ditandai dengan adanya lesi

berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. Yang

disebabkan bakteri Corynebacterium minissusmum.

Sebagian lesi yang dinyatakan klinis juga ditemukan dalam pasien ini seperti
kemerahan batas tegas seluruh tubuh namun pasien tidak memiliki riwayat kontak dengan
zat-zat tertentu, pasien juga tidak memiliki riwayat alergi. Dari lesi yang diderita pasien juga
tidak ditemukan lesi central bersih dengan pinggiran merah dan papul. Namun butuh
pemeriksaan lebih lanjut sepeti pewarnaan metilen blue untuk mengetahui jenis jamur yang di
derita pasien.

Prognosis bergantung pada keparahan penyakit dan ada atau tidaknya penyakit
sistemik yang mendasari. Prognosis secara umum baik, namun relaps dapat terjadi pada
kepatuhan berobat yang buruk, faktor risiko yang tidak diatasi dan adanya faktor
predisposisi.2
Pada pasien ini memiliki penyakit komorbid yaitu penyakit imun HIV. Sehingga hal
tersebut dapat semakin memperburuk prognosis pasien ini.

12
BAB III

KESIMPULAN

Ny. E usia 34 tahun dengan imunokompromis gejala yang pertama kali adalah bercak
kemerahan di badan disertai bentol yang terasa gatal dan menjalar ke selutuh tubuh.
Kemudian pada pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya papul serta pustul dengan dasar
makula eritematosa. Pada hasil pemeriksaan KOH pasien ini ditemukan adanya jamur,
dimana mendukung adanya infeksi fungal. Pasien dalam kasus ini sebelumnya sudah
mendapatkan terapi flukonazol tetapi keluhan dirasa tidak berkurang dan lesi semakin luas.
Hal tersebut mendukung untuk dilanjutkannya terapi menjadi terapi sistemik yaitu dapat
diberikan Itrakonazol 100-200 mg/hari. Krim Imidazol (mikonazol 2%, klotrimazol 1%) 14-
28 hari, Cetirizine PO 1x10, ARV Kombinasi (Tenofovir Disoproxil Furamate/ Lamivudine/
Efavirenz). Pada pasien ini memiliki penyakit komorbid yaitu penyakit imun HIV. Sehingga
hal tersebut dapat semakin memperburuk prognosis pasien ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Lowell A, et al. Fitzpatrick’s : Dermatology In General Medicine. USA : McGraw Hill.

2012. Pp 266-278.

2. Sandra W, et al. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di

Indonesia. 2017. Jakarta : PERDOSKI. Pp70-73

14

Anda mungkin juga menyukai