I.
1.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan klinis yang diteliti dan lengkap selain dari anamnese, adalah sangat
penting dilakukan dalam rangka menegakkan diagnosa penyakit kusta. Adapun pemeriksaan
klinis yang sering dilakukan adalah pemeriksaan kulit, pemeriksaan rasa raba pada kelainan
kulit, pemeriksaan raba syaraf tepi dan fungsinya pada orang yang diduga sudah terpapar
dengan agent penyebab penyakit kusta.
A. Pemeriksaan kulit
1. Persiapan
a. Tempat.
Tempat pemeriksaan harus cukup terang, sebaiknya diluar rumah tidak boleh langsung
dibawah sinar matahari.
b. Waktu pemeriksaan.
Pemeriksaan diadakan pada siang hari (menggunakan penerangan sinar matahari).
c. Yang diperiksa.
Diberikan penjelasan kepada yang akan diperiksa. Anak-anak cukup memakai celana pendek,
sedangkan orang dewasa (laki-laki dan wanita memakai kain sarung tanpa baju.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan:
Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari: Pemeriksaan pandang, pemeriksaan rasa raba pada
kelainan kulit dan pemeriksaan syaraf tepi dan fungsinya.
B. Pemeriksaan Pandang.
Tahap pemeriksaan :
a. Pemeriksaan dimulai dengan orang yang diperiksa berhadapan dengan petugas dan dimulai
dari kepala (muka, cuping telinga kiri, cuping telinga kanan, pipi kanan, hidung, mulut,
bersiul dan tertawa untuk mengetahui fungsi syaraf muka. Semua kelainan kulit diperhatikan.
b. Pundak kanan, lengan bagian belakang, tangan, jari-jari tangan (penderita meluruskan
tangan, telapak tangan kebawah kemudian diputar keatas), telapak tangan lengan bagian
dalam, ketiak, dada dan perut kepundak kiri, lengan kiri dan seterusnya(putarlah penderita
pelan-pelan dari sisi yang satu kesisi yang lainnya untuk melihat sampingnya pada waktu
pemeriksaan dan dan perut.
c. Tungkai kanan bagian luar dari atas kebawah, bagian dalam dari bawah keatas, tungkai kiri
dengan cara yang sama.
d. Yang diperiksa kini diputar sehingga membelakangi petugas dan pemeriksaan dimulai lagi
dari bagian belakang telinga, bagian belakang leher, punggung, pantat, tungkai bagian
belakang dan telapak
Perhatikan setiap bercak (makula), bintil-bintil (nodulus), jaringan parut, kulit yang keriput,
dan setiap penebalan kulit. Bila mana meragukan, putarlar penderita perlahan-lahan dan
periksa pada jarak kira-kira meter. Bilamana ditemukan tandatanda, catatlah jumlahnya,
besarnya dan temapatnya pada kartu pemerksaan.
C. Pemeriksaan Rasa Raba pada kelainan kulit
Pemeriksaan terhadap anestesi.
Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba. Periksalah dengan
ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada kelainan kulit yang dicurigai.
Yang diperiksa harus duduk pada waktu pemeriksaan. Terlebih dahulu petugas menerangkan
bahwa bila mana merasa tersentu bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit
yang tersinggu dengan telunjuknya. Ini dikerjakan dengan mata terbuka.
D. Pemeriksaan Raba Syaraf Tepi dan Fungsinya.
Raba dengan teliti urat syaraf tepi berikut nervus auricularis magnus, n. ulnaris, n. radialis, n.
medianus, n. tibiali posterior.
2.
PEMERIKSAAN SYARAF
Gejala gejala kerusakan syaraf :
1. N.Ulnaris :
-
atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial.
2. N.Medianus:
-
anestesi pada ujung jari bagian anterior ibu jari,telunjuk,dan jari tengah.
3. N.Radialis :
-
wrist drop.
4. N.Poplitea lateralis.
-
foot drop
5. N.Tibialis posterior
-
claw toes.
6. N.Fasialis.
-
7. N.Trigeminus.
-
3.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2.
3.
rasa
Pausi Basiler
1-6
Kecil dan besar
Unilateral atau bilateral
asimetris
Kering dan kasar
Tegas
pada Selalu ada dan jelas
g. Kehilangan kemampuan
berkeringat, bulu rontok pada
bercak.
Infittrat:
a. Kulit
Multi Basiler
Banyak
Kecil-kecil
Bilateral atau simetris
Halus, berkilat.
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi pada yang sudah
lanjut.
Bercak masih
berkeringat, bulu tidak
rontok.
Ada, kadang-kadang tidak
ada.
Ada, kadang-kadang tidak
ada.
b.
Membrana
mukosa Tidak pernah ada.
(hidung
tersumbat
pendarahan di hidung)
Ciri-ciri khusus.
Central
Healing 1. Punched Out Lession**).
Penyembuhan ditengah.
2. Madarosis.
4.
5.
Nodulus
Penebalan syaraf tepi.
6.
Deformitas (cacat).
7.
Apusan
**) Lesi berbentuk seperti kue donat.
4.
3. Ginekomastia.
4. Hidung Pelana.
5. Suara sengau.
Tidak ada
Kadang-kadang ada.
Lebih sering terjadi dini, Terjadi pada yang lanjut
asimetris.
biasanya lebih dari satu dan
simetris.
Biasanya asimetris terjadi Terjadi pada stadium lanjut.
dini.
BTA Negatif.
BTA Positif.
KOMPLIKASI
II.
AGAMA
Stigma masyarakat tentang lepra
memberantas penyakit kusta atau lepra bukanlah persoalan mengenai obat-obatan dan
kesehatan, namun juga memerlukan pendekatan-pendekatan sosial yang dapat memberikan publik
pengetahuan atau pemahaman mengenai penyakit tersebut. Terlebih, penderita kusta masih kerap
menghadapi diskriminasi sosial dan diisolasi dari masyarakat yang masih awam tehadap penyakit ini.
Setiap perintah Allah SWT tentu memiliki hikmah kebaikan dibaliknya. Bayangkan bahwa
wudhu adalah ritual pengkondisian seluruh aspek hidup, mulai dari psikologis dan fisiologis. Lima
panca indera yang terkena semua tanpa terkecuali disapu oleh air wudhu. Mata, hidung, telinga dan
seluruh kulit tubuh.
SUMBER
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN , FKUI
BUKU AJAR PENYAKIT KULIT , EGC JAKARTA