Jawaban
Pada kasus skabies, pemberian antihistamin diperlukan sebagai terapi suportif, terutama untuk
membantu mengurangi nocturnal pruritus. Pemilihan antihistamin oral untuk skabies bisa
berupa antihistamin H1 generasi 1 dan antihistamin H1 generasi 2. Pemberian antihistamin H1
lebih dipilih sebagai terapi suportif skabies karena efek samping sedasi yang ditimbulkan akibat
mekanisme kerja obat menembus blood brain barrier. Salah satu yang obat antihistamin H1
generasi 1 yang bisa digunakan adalah klorfeniramin maleat yang merupakan golongan
alkylamine. Untuk antihistamin H1 generasi 2 juga bisa diberikan, namun efek sedasi yang
diberikan lebih kecil dibandingkan antihistamin H1 generasi 1. Pilihan untuk anthistamin H1
generasi 2 antara lain terfenadine, astemizole, cetirizine, loratadine.
Jawaban:
- Permetrin 5% krim Dermatitis kontak alergi pada individu yang sensitive terhadap
formaldehid
- Losio lindan 1% Toksisitas sistem saraf pusat, terutama pada individu yang beratnya
kurang dari 50 kg, pada orang tua, dan pada pasien dengan skabies berkrusta, serta pada
pasien yang memiliki Riwayat kejang
- Krim/losio krotoamiton 10% dermatitis kontak iritan
- Sulfur presipitatum 5-10% ointment berbau dan mengotori pakaian serta kadang
menyebabkan iritasi.
- Ivermektin memiliki potensi toksisitas pada sistem saraf pusat bayi dan anak-anak
Jawaban:
Pada prinsipnya skabies diterapi dengan kombinasi antara terapi medikamentosa dan non
medikamentosa. Untuk terapi medikamentosa, skabisid topikal bisa diaplikasikan sepanjang
malam untuk permukaan kulit, dengan perhatian khusus pada celah jari tangan dan kaki, lipatan
bokong, pusar, dan area bawah kuku kaki dan tangan. Pada orang dewasa, bisa diaplikasikan
kecuali area kulit kepala dan wajah. Untuk non medikamentosa, semua barang yang pernah
digunakan oleh pasien seperti sprei, pakaian, handuk, dan lain-lain secara bersamaan di rendam
di air panas, dengan tujuan untuk mencegah reinfestasi dari skabies
Terapi medikamentosa yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
- Permethrin 5% krim oles seluruh tubuh dari area leher ke bawah, diamkan selama 8-14
jam, lalu bilas, ulangi 7 hari kemudian, bila skabies krusta, gunakan setiap hari selama 7 hari lalu
kemudian diturunkan menjadi 2 kali seminggu hingga sembuh. Merupakan terapi yang paling
umum, kategori kehamilan B, namun toleransi terhadap permetrin cenderung meningkat
- Losio Lindan 1%, gunakan selama 8 jam, ulangi 7 hari kemudian. Namun dari FDA
Amerika Serikat pengobatan ini mendapat black box warning, sehingga harus digunakan dengan
sangat hati-hati
- Krim krotoamiton 10%, gunakan selama 8 jam, pada hari 1,2,3 dan 8. Memiliki efek
antipruritus, namun efeknya kecil
- Sulfur presipitatum 5-10%, gunakan selama 8 jam, pada hari 1,2,3. Aman digunakan
pada saat kehamilan dan neonates. Data efektivitasnya terbatas. Tidak mahal
- Losio benzil benzoate 10%, gunakan selama 24 jam. Tidak tersedia di US
- Ivermektin 200 mikrogram/kgBB, konsumsi pada hari pertama dan ke 8. Bila pada
skabies krusta, konsumsi pada hari ke 1,2,8,9, dan 15. Efektivitas tinggi dengan profil keamanan
yang baik pula, tidak direkomendasikan pada anak-anak yang beratnya kurang dari 15 kg atau
ibu hamil/menyusui
Jawaban:
Pemeriksaan skin scraping bisa dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- proteksi diri sendiri dengan menggunakan handscoen untuk mencegah infestasi
- identifikasi area yang hendak di scraping, dan kerok kulit dengan ujung skalpel blade.
- pindahkan material yang didapatkan dari hasil kerokan yang berada di ujung skalpel blade ke
objekglass dengan mengetuk dengan pelan. Lalu tambahkan 1-2 tetes minyak emersi atau
mineral oil ke objekglass sehingga membentuk gabungan sel-sel mati dan minyak
- tutup objekglass yang telah diteteskan minyak dengan deskglass
- tulis label nama pasien, tanggal diambil, serta lokasi pengambilan spesimen
- letakkan slide pada slide carrier, masukkan ke dalam plastik dengan formulir permintaan untuk
diperiksakan di laboratorium
Jawaban:
Pruritus nocturnal merupakan salah satu tanda kardinal dari skabies. Hal ini bisa dijelaskan
sebagai akibat tungau lebih aktif di malam hari, karena kondisi kulit pada malam hari cenderung
lebih hangat. Selain itu, skibala (feses) yang dihasilkan oleh tungau mengandung enzim protease
yang mengaktivasi protease activated receptor 2 (PAR-2) yang merupakan reseptor pruritus.