Anda di halaman 1dari 26

Presentasi

Kasus
skabies
Dyah Retno Yus F

PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia

: 15 tahun

Alamat: Karang Tengah


Agama: Islam
Tanggal pemeriksaan : 19 Mei 2016
No CM : 32929
Anamnesis

: Pada tanggal 19 Mei 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Gatal di tangan, badan, kaki dan sela jari-jari tangan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas I Cilongok bersama sepupunya
dengan keluhan gatal-gatal pada tangan, badan, dan kaki. Keluhan
berawal dari gatal kemudian timbul bercak-bercak kemerahan yang
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya merasa gatal hanya di
tangan kemudian menyebar sampai ke sela jari tangan, badan dan
kaki. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam
hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap
malam. Pasien sudah menggunakan bedak tabur, tapi keluhan
tidak membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi disangkal. Riwayat keluhan yang sama disangkal.


Riwayat sakit kulit disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dan tidur bersama dengan ibunya. Pasien
memakai mukenah dan handuk bergantian dengan ibunya.

STATUS GENERALIS: DBN


STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi:
Sela-sela jari tangan kanan dan kiri
Regio :
manus,pedis,antebrachii,abdomen
Effloresensi:
Papul eritem milier sampai lentikuler tersebar diskrit

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, usulan pemeriksaan penunjang
adalah pemeriksaan dengan membuat biopsy irisan dari lesi untuk
memeriksa tungau, biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan
HE serta pemeriksaan tungau dengan mikroskop cahaya
DIAGNOSIS KERJA
Skabies
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis kontak iritan
Prurigo

PENATALAKSANAAN

Farmakologis

Permetrin (Scabimite) cream 5% setelah mandi sore dioles ke


permukaan kulit seluruh tubuh, kemudian didiamkan minimal 10 jam,
setelah itu mandi seperti biasa. Pemakaian hanya 1 kali dalam seminggu.

Cetirizine 10 mg

Inerson cream dioles 2 x sehari

Non farmakologis

Rutin minum obat

Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh

Medikamentosa
Permetrin (Scabimite) cream 5% dioleskan pada malam hari
ke seluruh tubuh kecuali muka dan diamkan selama minimal 8
jam, setelah itu mandi dan bilas dengan air seluruh tubuh.
Pemakaian hanya 1 kali dalam seminggu. Pemakaian diulang
seminggu kemudian dihari dan waktu yang sama apabila
keluhan belum membaik.
Loratadin 10 mg 1x sehari
Salep antibiotik

PROGNOSIS
Advitam

: ad bonam

Adsanationam

:ad bonam

Adfungisionam

:ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptesscabei var. Hominis dan
produknya.

EPIDEMIOLOGI
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Daerah endemik skabies adalah daerah tropis dan
subtropis sepertiAfrika, Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Amerika Utara, Kepulauan Karibia, India danasia Tenggara. Pada
masa lalu, skabies muncul dalam suatu siklus yang dikenal
sebagai gatal tujuh tahun, tapi ini tidak lagi terjadi. Dalam
beberapa tahun terakhir, epidemik lebih banyak di panti jompo,
pantiasuhan dan beberapa tempat yang mungkin mengalami
kepadatan (Binic et al., 2010; Chosidow, 2007; Walton et al.,
2007).

ETIOLOGI
Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Sarcoptes
scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas
Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili
Sarcoptidae. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis.

SIKLUS HIDUP

CARA PENULARAN
Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung
(Kulit dengan kulit) maupun kontak tak langsung dengan
penderita.
PREDILEKSI

Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan


2 dari 4 tanda cardinal sebagai berikut:
Pruritus nokturna
Menyerang manusia secara berkelompok
Terowongan (kanalikulus)
Ditemukan tungau

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun
yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan
KOH 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah
mikroskop. Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur
atau kotoran S. scabiei.
Menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian dilihat
dengan kaca pembesar.
Biopsi irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis
dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.
Biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.
BURROW IN TEST

DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah
prurigo, pedikulosis corporis, dermatitis(Djuanda et al., 2007).
PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
NON MEDIKAMENTOSA

KOMPLIKASI
Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ektima, selulitis,
folikulitis dan furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Pemakaian anti skabies misalnya gamma benzena heksaklorida
yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbukan dermatitis
kontak iritan
Terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari 2 kali
terutama pada pemakian di genitalia pria
Dapat timbul infeksi sekunder sistemik yang memperberat
perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses, internal,
pneumonia piogenik dan septikemia (Stone, 2009).

PROGNOSIS
Keberhasilan pengobatan skabies dan pemberantasan penyakit
tersebut tergantung pada pemilihan efektif, pemakaian obat
yang benar, serta menghilangkan faktor predisposisi (Walton,
2007).

PEMBAHASAN
Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, hal ini sesuai
dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari 4 tanda
kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. Tanda
kardinal yang ditemukan pada pasien yaitu pruritus nokturna dan
adanya orang sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama yaitu
teman-teman pasien di pesantren.
Dari status dermatologisnya dapat ditemukan papul eritema multipel,
bentuk bulat berbatas tegas disertai krusta dan eksriasi di atas kulit
eritema di regio palmar manus sinistra. Hal ini sesuai dengan predileksi
skabies yaitu pada bagian startum korneum yang tipis seperti sela-sela
jari tangan, pergelangan tanagan, siku bagian luar, ketiak bagian luar,
punggung , pinggang daerah sekitar periumbilikal, lipat paha bagian
dalam dan daerah genitalia.

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan


memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang
diberikan adalah Permetrin (Scabimite) cream 5% yang dioleskan
pada malam hari ke seluruh tubuh kecuali muka dan diamkan
selama minimal 8 jam, setelah itu mandi dan bilas dengan air ke
seluruh tubuh. Pemakaian hanya satu kali dalam seminggu. Pada
teori yang telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik
diberikan berupa permetrin 5% mengingat obat ini efektif pada
semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah. Selan itu
diberikan salep antibiotik yang diberikan bila ada infeksi sekunder.
Obat sistemik yang diberikan adalah loratadine yang diminum
sehari sekali setelah makan sebagai antihistamin untuk
mengurangi rasa gatal.

Prognosis skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila


diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan
predisposisi. Selain itu perlu diberikan pengobatan pada teman
pasien yang mengalami penyakit serupa dan screening pada
keluarga pasien.

KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptesscabei var. Hominis dan produknya
Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung (Kulit dengan
kulit) maupun kontak tak langsung dengan penderita.
Tempat predileksi scabies terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis.
Empat tanda cardinal scabies, yaitu Pruritus nokturna, menyerang manusia
secara berkelompok, terowongan (kanalikulus), ditemukan tungau.
Penegakan diagnosis scabies ditegakkan jika menemukan dua dari empat
tanda kardinal.
Terapi pada pasien scabies dapat diberikan obat topical, yaitu belerang endap
(sulfur presipitatum), Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), Gama Benzena Heksa
Klorida, Krotamiton 10% dan Permetrin 5% dalam krim, salep antibiotik jika
ada infeksi sekunder dan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 1. Makassar:


FakultasKedokteranUniversitasHasanudin. 5-10
Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian). 2010. Scabies Following
Systemic And Topical Corticosteroid Therapy. J Korean MedSci; 25:.88-91
Chosidow, O. 2006. Scabies. New England Journal Med.July :354/1718-27
Djuanda et al., 2007. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: FKUI
Handoko, Ronny P. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: FKUI;122-25
Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1. Jakarta:Hipokrates
Hicks MI, Elston DM. 2009. Scabies. Dermatoogic Therapy. November:22/279-292
Iskandar, Tolibin. 2014. Masalah Skabies Pada Hewan dan Manusia serta
Penanggulangannya. Wartazoa. 10(1): 28-34

Anda mungkin juga menyukai