PINHOLE
- Jika os membaik dengan pinhole maka kelainan irefraksi, sedangkan jika
memburuk dengan menggunakan pinhole terjadi kelainan media refraksi
PEMERIKSAAN TELINGA
- Menginspeksi daun telinga dan jaringan sekitarnya
Bentuk telinga yang normal
Scapa, helix, tragus dan bagian yang lain tidak hiperemis dan tidak ada massa
- Pasien mendongakkan
kepalanya, kita tahan pake
tangan kiri
Hasil normal :
o epiglottis bentuk normal, tidak hiperemis, tidak ada massa/buldging
o aditus larynges tampak lapang
o vestibulum larynges tidak ada massa
o Plica vestibulari dan plica vocalis tidak tampak edema, tidak hiperemis dan
tidak ada massa
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala dibagi menjadi 3 macam :
o Tes Rinne
- Tes rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang dengan
hantaran udara
- Pemeriksaan ini memakai garpu tala, sebelumnya garpu tala di getarkan
atau diketuk lalu diletakkan pada processus mastoideus OS sampai tidak
terdengar lalu pindahkan ke depan telinga OS.
- Jika masih terdengar : test rinne (+)
- Jika tidak terdengar : test rinne (-)
o Test Weber
- Letakkan garpu tala yang sudah digetarkan atau diketuk pada dahi/ os
mentum/ gigi/ ujung hidung OS
- Lalu tanyakan antara kanan dan kiri ada mana terasa lebih jelas
- Jika lebih ke kiri : lateralisasi kiri
- Jika lebih ke kanan : lateralisasi kanan
- Jika sama : tidak ada lateralisasi
o Test swabch
- Membandingkan telinga OS dengan pemeriksa
- Letakkan garpu tala di processus mastoideus OS, jika OS sudah tidak
mendengar bunyi maka letakkan garpu tala pada pemeriksa
- Jika pemeriksa masih dapat mendengar : swabach memendek
- Bila pemeriksa tidak dapat mendengar pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya
- Garpu tala diletakkan di processus mastoideus pemeriksa hingga tidak
terdengar, lalu letakkan pada processus mastoideus OS
- Jika pasien masih mendengar : swabch memanjang
- Jika pasien sudah tidak mendengar : swabach sama dengan pemeriksa
- Palpasi
OS dalam keadaan berbaring lalu letakkan 3 jari dan raba mengelilingi daerah
payudara dari dalam mengarah ke lateral dengan 3 tekanan yaitu ringan, sedang
dan berat sampai axillary tail
Hasil normal tidak teraba benjolan
Jika hasil teraba benjolan kemungkinan adanya massa jinak ataupun ganas.
PEMERIKSAAN THORAX
Inspeksi
- Melihat apakah OS tampak sesak atau tidak
- Ada atau tidaknya pernafasan cuping hidung, ada tidaknya penggunaan
otos bantu nafas dan retraksi
- Menyebutkan terdengan tidaknya nafas cuping hidung, ada tidaknya
suara serak, mengi, stridor
Inspeksi warna kulit berkaitan dengan pernapasan
- Melihat ada tidaknya sianosis
- Melihat warna kulit pucat atau tidak pernah pucat
Inspeksi leher berkaitan dengan pernapasan
- Melihat ada tidaknya penggunaan otot bantu nafas M.
sternokleidomastoideus
- Melihat ada tidaknya bendungan vena leher
- Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar limfa
Inspeksi dada depan
Melihat ada tidaknya bendungan vena, benjolan, ginekomastia, emfisema subkutis
Melihat bentuk dada dengan menilai diameter antero-posterior dibandingkan
diameter transversal = 1 : 2 simetris, serta besar sudut angulus costae
Melihat ada tidaknya peleberan sela iga
Melihat frekuensi pernapasan dengan melihat pergerakan dada
Melihat irama pernafasan
o BARREL CHEST : bentuk dada menyerupai barel karena hiperinflasi paru
(terjebaknya udara akibat sal. napas yg menyempit) → asma berat, PPOK
Palpasi leher
Melakukan perabaan kelenjar limfa : palpasi dengan ujung jari pada daerah
submandibular, sepanjang M Sternokleidomastoideus dan supraklavikula
Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah
antara trakea-sternokleidomastoideus, kiri-kanan atau meletakkan ujung-ujung jari
telunjuk, jari tengah, jari manis kanan pada suprasternal notch
Melakukan perabaan di seluruh dada untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis,
sela iga dan menilai benjolan atau massa bila ada
Melakukan pemeriksaan ekspansi dada dengan meletakkan kedua telapak tangan
pada dada kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta OS
inspirasi dalam
Melakukan pemeriksaan fremitus, raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-
jari kedua tangan pada kiri dan kanan. Meminta OS menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara nafas yang ditimbulkan
Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah
Perkusi umum
Melakukan perkusi seluruh dada depan untuk menilai secara umum ada tidaknya
kelainan, lakukan secara sistematis
Lakukan perkusi dari apeks paru sampai kebawah
Bandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
Batas paru-hati
Letakkan tangan kiri menyangga belakang OS pada costae 11 dan 12
Tempatkan ujung jari kanan di daerah redup hepar bawah / di bawah kostae
Mulai dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran hepar, tentukan besar
konsistensi dan bentuk permukaan
Minta OS nafas dalam, tekan segera jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas
nafas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk
permukaannya
NORMAL : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam
ABNORMAL :
o Teraba nyata (membesar), lunak dan ujung tumpul : hepatomegaly
o Teraba nyata (membesar), keras tidak merata, ujung ireguler : hepatoma
AUSKULTASI
Lakukan auskultasi paru secara sistematis
Lakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula) sampai ke bawah.
Suara Nafas
Normal : bersih, tidak ada suara tambahan
Abnodmal :
o Ronkhi : suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lender atau secret
pada bronchus
o Krepitasi : berasal dari bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan
(seperti gesekan rambut / meniup dalam air)
o Wheezing : suara seperti bunyi pluit, karena penyempitan bronchus dan
alveoli
Pemeriksaan dada belakang
Meminta OS duduk membelakangi pemeriksa
Melihat ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau
benjolan pada tulang belakang
Lakukan perabaan diseluruh dada belakang untuk menilai ada tiddaknya emfisema
subkutis dan menilai benjolan/tumor bila ada
Lakukan pemeriksaan ekspansi pada dada belakang dengan meletakkan kedua
tangan pada dada belakang kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan
meminta OS isnpirasi dalam
Lakukan mulai dari bawah scapula
Lakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari
kedua tangan pada dada belakang kiri dan kanan. Minta OS menyebutkan 77 atau 99
berulang-ulang dan merasakan dengan teliti ada getaran suara nafas yang
ditimbulkan
Lakukan perkusi seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya kelainan
Melakukan perkusi paru secara sistematis
Dilakukan dari apeks (daerah atas scapula) sampai ke bawah (interskapula terus ke
bawah scapula)
Bandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
BATAS PARU BELAKANG
Perkusi pada garis scapula kanan dan kiri untuk mencari batas paru belakang kanan
dan kiri, dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari vertebra
prominens
AUSKULTASI DADA BELAKANG
Lakukan auskultasi paru secara sistematis
Lakukan dari apeks paru (daerah atas scapula), daerah interskapula terus ke bawah
Bandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
Berkonsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi
JVP ditemukan meningkat pada keadaan overload cairan, terutama pada gagal jantung dan
pada kondisi dimana terdapat dilatasi jantung kanan, misalnya pada emboli paru akut.
PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
Melihat ada atau tidak kelainan bentuk rongga dada, pectus excavatum / pectus
carinatum
Melihat ada atau tidak bekas luka (scar) pada daerah sternum, scar mengindikasikan
adanya riwayat operasi bypass
Melihat iktus kordis
Iktus kordis seringkali terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri pada orang dewasa
normal yang agak kurus.
Bila iktus kordis melebar ke kiri, kemungkinan terdapat pembesaran ventrikel kiri
Palpasi
Pulsasi iktus kordis : lokalisasipunctum maksimal (biasanya terletak pada 2 jari
medial dari garis midklavikula kiri). Nilai apakah iktus kordis kuat angkat, frekuensi,
kualitas dari pulsasi yang teraba. Ukur berapa cm diameter iktus kordis (normal =
2cm). bila terdapat pembesaran ventrikel kiri = pulsasi apeks teraba bergeser.
Thrill : getaran yang terasa pada tangan pemeriksa. Thrill dapat teraba karena
adanya bising yang minimal derajat 3. Thrill dibedakan atas thrill sistolik dan diastolic
tergantung pada difase mana thrill berada.
Heaving : rasa gelombang yang dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini terjadi
karena overload ventrikel kiri, misalkan pada insufisiensi mitral.
Lift : rasa dorongan terhadap tangan pemeriksa. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan tekanan di ventrikel, mislanya pada stenosis mitral
Perkusi
Batas jantung kanan, terdapat 3 urutan cara untuk menentukan batas jantung kanan :
1. Tentukan batas paru hati
Jari tangan diletakkan sejajar dengan iga pada garis midklavikula kanan. Kemudian
dilakukan perkusi mulai dari titik tengah garis midklavikula kanan dari kranial ke
kaudal. Suara normal yang didapat adalah suara sonor (paru), dan perkusi
dilanjutkan sampai timbul suara redup biasanya pada sela iga VI kanan. Bunyi redup
ini berasal dari batas paru – hati.
2. Tentukan batas jantung kanan relative
Dari batas paru – hati, diukur 2 jari ke arah kranial lalu letakkan kembali telapak
tangan pada dada. Lakukan perkusi ke arah medial untuk mencari perubahan suara
dari sonor ke redup yang merupakan batas relative jantung kanan dan normalnya
pada garis sternal kanan
3. Tentukan batas jantung absolut
Dari batas jantung kanan relative dilanjutkan perkusi ke mdial hingga mendapat
suara pekak yang merupakan penanda batas absolut jantung kanan (biasanya pada
garis midsternalis).
Batas jantung kiri :
Pertama-tama tentukan garis aksilaris medial kiri. Kemudian jari tengah kiri diletakkan pada
titik teratas garis aksilaris medial kiri. Lakukan perkusi dari kranial ke kaudal untuk mencari
perubahan buni dari sonor ke timpani yang merupakan batas paru-lambung. Dari titik ini di
ukur 2 jari ke arah kranial kemudian dilakukan perkusi lagi kearah medial hingga muncul
perubahan suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relative jantung kiri (biasanya
terletak 2 jari medial dari garis midklavikular kiri). Perkusi diteruskan ke medial, sampai
terjadi perubahan suara dari redup ke pekak yang merupakan batas absolut jantung kiri.
Batas jantung atas :
Tentukan garis sternalis kiri terlebih dahulu. Dari titik teratas dilakukan perkusi ke arah
kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normalnya adalah pada sela
iga II kiri.
Auskultasi
Lokasi pemeriksaan auskultasi :
Apeks : untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
Sela iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan : untuk mendengarkan bunyi jantung
yang berasal dari katup tricuspid
Sela iga II kiri : untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal
Sela iga II kanan : untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup aorta.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
INSPEKSI : besar dan bentuk bentuk perut, keadaan dinding perut (ascites, stria, pelebaran
vena : menjauhi umbilicus berarti bendungan vena porta, mendekati umbilicus berarti
bendungan vena cava), spider nevi, caput medusa, cullen’s sign, grey turner’s sign.
PALPASI
Meminta OS tidur terlentang
Palpasi dilakukan dengan cara menempelkan tangan pada dinding perut
Melakukan palpasi superfisial pada seluruh abdomen secara sistematis
Perhatikan wajah pasien selama palpasi (untuk melihat adanya nyeri tekan atau
tidak)
PALPASI HEPAR
OS diminta untuk tidur terlentang
Meminta OS melipat kedua tungkai (30-45 derajat)
Lakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari
tangan kanan
Meminta OS untuk menarik nafas dalam
Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan tangan kanan pada
regio iliaka kanan dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus costae kanan
Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal
pada saat OS ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolic
Palapasi dilakukan ke arah arcus costae kanan
Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah abdomenke arah
epigastrium dimulai dari umbilicus dengan cara seperti di atas.
Meminta OS tidur terlentang 30-45 derajat
Lakukan penekanan pada perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan
kanan
Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen kebawah dengan arah dorsal
pada saat OS ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolic
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilicus di garis tengah abdomen
menuju arcus costae kiri
PEMERIKSAAN ASCITES
1. SHIFTING DULLNESS
- Meminta OS tidur terlentang
- Melakukan perkusi dari umbilicus (bagian puncak abdomen) ke lateral kiri
atau kanan
- Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup
- Tandai batas perubahan suara tersebut dengan meletakkan jari
plesimeter tetap pada batas tersebut lalu OS diminta untuk miring ke
arah kontralateral gerakan perkusi
- Menunggu beberapa saat 30-60 detik
- Lakukan perkusi kembali batas yang tadi telah ditentukan dan tentukan
apakah ada perubahan suara dari redup ke sonor
- Lakukan apada kedua sisi
2. KNEE-CHEST POSITION
- OS dalam posisi tengkurap dan menungging (Knee – Chest Position)
- Lakukan perkusi dari arah lateral ke umbilicus, bila terdapat cairan bebas
akan terjadi perubahan bunyi timpani menjadi redup.
3. TES UNDULASI
- OS berbaring terlentang, dan tangan OS diletakkan di tengah perut
dengan sedikit tekanan
- Satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi abdomen sedangkan
tangan lain mengetuk berulang kali pada sisi lain.
4. TEKNIK PUDDLE SIGN
- OS dalam posisi telungkup dan menungging (knee chest position)
- Stetoskop diletakkan pada bagian terbawah abdomen dan didengar
perubahan bunyi ketukan
- Dilakukan ketukan berulang kali pada dinding abdomen
PALPASI TITIK McBURNEY
- Meminta OS pasien tidur telentang
- Menentukan titik Mc Burney pada dinding perut kuadran kanan bawah
- Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS
kanan dengan umbilicus
- Lakukan penekanan pada titik tersebut
- Perhatikan apakah terdapat defans muscular
PEMERIKSAAN BALOTEMEN
- Meminta OS tidur telentang
- Lakukan pemeriksaan dengan cara bimanual
- Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada
dinding abdomen di ventralnya pada kedua sisi
- Tangan kanan digerakkan dan tangan kiri diam (tangan pada pinggang bagian
belakang) maka akan teraba benturannya di tangan lain (disebut sebagai fenomena
balotemen positif. Cara yang sama dilakukan untuk tangan kiri.
AUSKULTASI ABDOMEN
- Meminta OS tidur terlentang
- Letakkan stetoskop pada dinding abdomen dan dengarkan bunyi usus atau bunyi lain
(bruit, arterial, venous hump, succession splash)
PEMERIKSAAN KESADARAN
Meminta izin pada OS dan menjelaskan prosedur
Menilai komponen E pada GCS :
- Komponen E adalah “EYE”
- 4 jika OS membuka mata secara spontan
- 3 jika OS membuka mata dengan perintah verbal
- 2 jika OS membuka mata dengan rangsang nyeri (missal : tekanan pada
supraorbital, daerah sternum, atau kuku jari)
- 1 jika tidak ada reaksi
Menilai komponen M pada GCS :
- Komponen M adalah “MOTORIK”
- Jika memberikan rangsang nyeri pada supraorbital, lalu OS dapat mengangkat
tangan untuk menepis rangsang, dapat digolongkanmengetahui lokasi
- 6 jika OS mengikuti perintah verbal
- 5 jika OS mengetahui lokasi nyeri
- 4 jika OS menghindar nyeri
- 3 jika ada reaksi fleksi (dekortikasi)
- 2 jika ada reaksi ekstensi (deserbasi)
- 1 jika tidak ada reaksi, pastikan dulu rangsang nyeri sudah adekuat
Menilai komponen V pada GCS :
- Komponen V adalah “VERBAL”
- 5 jika baik orientasi (waktu, tempat, orang)
- 4 jika berbicara, ada disorintasi
- 3 jika meracau tidak jelas
- 2 jika hanya mengerang
- 1 jika tidak ada jawaban
Menghitung GCS dari masing-masing komponen, dengan 3 sebagai nilai minimal dan
15 sebagai nilai maksimal
KULIT
Inspeksi
1. Warna kulit
Normal : nampak lembab, Kemerahan
Abnormal : cyanosis / pucat
2. Tekstur kulit
Normal : tegang dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua )
Abnormal : menurun dehidrasi, nampak tegang odema, peradangan
3. Kelainan / lesi kulit
Normal : tidak terdapat
Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :
1. bentuk Lesi
Lesi Primer : bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi, hypopigmentasi,
pustula
Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi, lichenifikasi, scar,
ulceratif.
2. distribusi dan konfigurasinya.
General, Unilateral, Soliter, Bergerombol
Palpasi
1. Tekstur dan konsistensi
Normal : halus dan elastis
Abnormal : kasar, elastisitas menurun, elastisitas meningkat ( tegang )
2. Suhu
Normal : hangat
Abnormal : dingin ( kekurangan oksigen/sirkulasi ), suhu meningkat ( infeksi )
3. Turgor kulit
Normal : baik
Abnormal : menurun / jelek orang tua, dehidrasi
4. Adanya hyponestesia/anestesia
5. Adanya nyeri tekan atau tidak
Pemeriksaan Khusus
Akral : inspeksi dan palpasi jari-jari tangan, warna, dan suhu
Normal tidak pucat dan hangat
Abnormal pucat, dingin (kekurangan oksigen)
CR (capilari refiil) : tekan ujung jari beberapa detik, kemudian lepas, dan lihat perubahan
warna
Normal warna berubah merah lagi < 3 detik
Abnormal warna berubah > 3 detik (gangguan sirkulasi)
Edema: tekan beberapa saat kuli tungkai, perut, dahi, perhatikan adanya lekukan (pitting)
Normal tidak ada pitting
Abnormal terdapat pitting (non pitting pada beri-beri)
KUKU
Perhatikan warna kuku, bentuk kuku, elastisitas kuku, lesi, tanda radang
Abnormal :
o Jari tabuh (clumbing finger) : penyakit jantung kronik
o Puti tebal : jamur
RAMBUT TUBUH
Perhatikan distribusi, warna, dan pertumbuhan rambut