Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA


Pemeriksaan Tajam Penglihatan Mata (VISUS)
Bertujuan untuk mengetahui ketajaman penglihatan mata OS
OPTOTIPE SNELLEN
- OS di minta untuk duduk dan pemeriksa akan berdiri dengan jarak sejauh 6
meter dr OS
- Lalu OS menutup mata sebelah kiri tanpa ditekan lalu mata kanan
memandang lurus ke depan, matanya tidak boleh melirik atau dikerutkan.
- OS diminta untuk menyebutkan huruf pada optotype Snellen dari yang
terbesar hingga terkecil
 Bila huruf terkecil masih dapat terbaca semua visus 6/6 (normal)
 Bila dalam membaca huruf terdapat kesalahan menyebut 2 huruf
visus 6/6 false 2 (F2)
 Bila pasien tidak dapat membaca huruf terbesar, maka dilanjutkan
dengan TES HITUNG JARI

Kalo salah 3  naik ke atas (max salah 2)


Kalo salah > ½ baris maka naik ke atas

TES HITUNG JARI


Jari dapat dilihat dengan tajam penglihatan normal pada jarak 60m
- OS diminta duduk lalu pemeriksa akan berdiri dengan jarak 5 meter dari OS
- Mata kiri ditutup dengan telapak tangan tanpa ditekan, lalu mata kanan
memandang lurus kedepan. Mata tidak boleh melirik atau dikerrutkan.
 OS diminta untuk menghitung jumlah jari pemeriksa
 Bila OS tidak dapat menghitung jari, maka pemeriksa maju 1 meter
dan begitu seterusnya.
 Contoh : bila jari yang terlihat dan dapat ditung jumlahnya tanpa salah
pada jarak 4 maka tajam penglihatan OS adalah 4/60
 Bila OS tetap tidak dapat melihat dan menghitung jari hingga jarak 1
m, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan UJI LAMBAIAN TANGAN

UJI LAMBAIAN TANGAN


Lambaian tangan dapat dilihat denga tajam penglihatan normal pada jarak 300m
- OS diminta duduk dan pemeriksa akan berdiri dengan jarak 1 meter dari OS
- Mata kiri OS ditutup tanpa ditekan lalu mata kanan memandang lurus
kedepan
- Lalu pemeriksa akan melambaikan tangan kearah kana kiri dan atas bawah
- Pemeriksa menanyakan ke OS apakah melihat lambaian tangan dan arah
lambaian tangan
- Bila OS dapat melihat lambaian tangan dan dapat menetukan arah lambaian
tangan, maka visusnya adalah 1/300
- Bila dengan uji lambaian tangan masih belum terlihat, maka dilanjutkan
dengan UJI PROYEKSI SINAR
UJI PROYEKSI SINAR
Sinar dapat terlihat dengan tajam penglihatan normal dengan jarak tak terhingga
- OS diminta untuk duduk dan pemeriksa akan berdiri dengan jarak 1 meter
dari OS
- Mata kiri ditutup tanpa ditekan lalu mata kanan memandang lurus kedepan
- Arahkan penlight ke kornea mata OS dari arah kanan, kiri, atas, dan bawah
- Lalu tanyakan pada OS apakah melihat sinar dana rah datangnya sinar
- Bila OS dapat melihat sinar maka visusnya adalah 1/ dan bila mampu
menyatakan arah datangnya sinar dengan baik, maka visusnya 1/ dengan
proyeksi baik
- Bila OS tetap tidak dapat melihat sinar maka visusnya adalah 0, No light
Perception / NLP

PINHOLE
- Jika os membaik dengan pinhole maka kelainan irefraksi, sedangkan jika
memburuk dengan menggunakan pinhole terjadi kelainan media refraksi

PEMERIKSAAN KEDUDUKAN BOLA MATA DAN GERAKAN EKSTRAOKULAR


Bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada gerakan otot mata OS

KEDUDUKAN BOLA MATA


- OS diminta duduk, dan pandangan lurus kedepan
- Pemeriksa akan menggunakan senter untuk melihat refleksi sinar pada
kornea OS
- Lalu pemeriksa akan menyinarkan senter ke glabella OS dengan jarak 30cm
- Mengamati bayangan sinar / refleksi sinar pada kornea (reflex Hirscberg)
kedua mata
- Hasil normal (Ortoforia) yaitu terdapat reflex sinar jatuh tepat di central
kornea kedua mata

GERAKAN OTOT EKSTRAOKULAR


- OS diminta untuk duduk, pandangan lurus kedepan
- Lalu OS diminta untuk menggerakkan bola mata mengikuti arah gerakan
senter, tapi hanya bola matanya saja yang bergerak
- Pemeriksa akan menggerakkan senter ke 8 arah secara perlahan dan
mengarahkan gerakkan otot bola mata ke tiap arah semaksimal mungkin
PEMERIKSAAN TEKANAN INTRAOKULAR (TIO)
Bertujuan untuk mengetahui apakan ada peningkatan pada tekanan intraocular atau
tidak

PEMERIKSAAN TIO DENGAN TONOMETRI SCHIOTZ


- OS diminta untuk berbaring, lalu pemeriksa akan meneteskan anestesi local
pada mata. Mata OS lurus menghadap ke atas
- Selanjutnya pemeriksa akan membersihkan tonometry dengan alcohol 70%
(bersihkan pada bagian ujung bawah plunger, footplate dan balok tera
- Lalu mengkalibrasi tonometer pada balok tera sampai jarum ke angka 0
- Jempol pasien diminta untuk di angkat, lalu OS disuruh untuk melihat lurus ke
arah jempol
- Lalu tonometry diletakkan di korne dan membaca simpangan jarum
- Setelah sudah mendapatkan hasil nya, mata di teteskan dengan antibiotic
eye drop
- Hasil normal tonometry 11-21mmHg
TIO  : glaukoma
TIO  : ablasio retina

PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR DENGAN LOUPE


Bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada segmen anterior mata OS

- Menggunakan Loupe untuk melakukan pemeriksaan


- Menekan rima orbita : apakah ada krepitasi, nyeri tekan, dan intak atau tidak
- Melihat pelpebra superior dan inferior ada atau tida hordeolum, chalazion,
atau massa
- Melihat margo palpebra ada atau tidak ektopion, entropion, atau trichiasis
- Melihat fissure palpebra ada atau tidak ptosis, menutupi atau tidak pupil
- Supersillia ada atau tidak sikatriks dan madarosis
- Pada konjungtiva OS diminta melihat kea rah bawah, untuk melihat ada atau
tidak hiperemis, anemis dan sebaliknnya pada konjungtiva tarsal inferior
- Pada konjungtiva bulbi OS di minta untuk melihat kiri dan kanan : melihat
ada atau tidak injeksi siliar maupun injeksi konjungtiva
- Selanjutnya pemeriksa akan memeriksa mata dengan menggunakan sinar
senter dan mengarahkan 45 derajat:
o Pada kornea apa kah terlihat sikatriks, edema, infiltrak, ulkus, jernih
atau tidak
o COA terlihat jernih dan dangkal atau tidak, terlihat ada atau tidaknya
hipopion, sel flare
o Iris normal atau tidak, terlihat atau tidak garis-garis (kripti), ada atau
tidaknya atrofi, warna merata, tidak adanya sinekia
- Selanjutnya pada pupil terlihat :
o Bentuk pupil, berada di tengah atau pinggir, diameter yang isokor
- Lalu OS diteteskan midriacyl eyedrop untuk melihat lensa jernih atau tidak,
adanya bayangan iris pd lensa, shador test
PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR (DIRECT OPHTALMOSCOPE)
Bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada segmen posterior mata OS

- Pertama-tama OS diteteskan midryacil eyedrop dan tunggu setengah jam


hingga pupil melebar lalu pandangan lurus kedepan
- Lensa oftalmoskop disesuaikan dengan ukuran kacamata OS
- Memeriksa mata kanan OS harus dengan mata kanan pemeriksa
- Telunjuk berada di pengaturan lensa
- Jarak 30cm di depan OS dan mengarahkan sinar opthalmoskop pada pupil OS
- Pemeriksa perlahan maju kea rah ophtalmoskop diposisikan pada sisi
temporal OS
- Hasil yang diharapkan normal dengan :
o Terdapat reflex cahaya merah, funduskopi (+)
o Papil nervi optica berbentuk bulat, batas papil tegas, warna merah
kekuningan, CDR 0,3
o Arteri pada retina tampak merah terang dan vena tampak merah
gelap dengan perbandingan 2 : 3
o Macula / lutes dilateral, fovea reflex (+) berarti ada pantulan

PEMERIKSAAN TELINGA
- Menginspeksi daun telinga dan jaringan sekitarnya
Bentuk telinga yang normal
Scapa, helix, tragus dan bagian yang lain tidak hiperemis dan tidak ada massa

- Menginspeksi liang telinga


Melihat ada atau tidak secret, serumen, ataupun darah
Jika terlihat darah kemungkinan ada fraktur basis cranii

- Menekan tragus dan processus mastoideus


Apakah ada nyeri atau tidak
Jika tragus nyeri kemungkinan ada radang pada meatus Acustica externus
Jika processus mastoideus nyeri : mastoiditis

- Memeriksa telinga menggunakan speculum


Posisi OS lebih tinggi dari pemeriksa
Lalu arahkan senter ke lubang telinga
o Hasil normal : liang teinga lapang, tidak ada secret ataupun serumen,
membrane timpani intak, cone of light (+)
- Menarik auricula ke arah posterior dan tragus ke arah anterior
(menggunakan kerucut yang kecil)
o Hasil normal : tidak ada hiperemis, tidak ada buldging, membrane timpani
intak dan cone of light (+)
- Memeriksa telinga menggunankan otoskop
o Hasil normal cone of light (+) pada arah jam 4/5, jika cone of light terlihat di
arah jam 6 maka terjadi miringoplasti

PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


- Memakai lampu kepala
- Duduk berhadapan dengan OS dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
kiri atau kanan OS
- Menginspeksi hidung OS
o Bentuk hidung normal atau tidak, mancung/pesek
o Pada bagian radix, dorsum, apex, dan ala nasi ada atau tidaknya
hiperemis, masa, maupun sikatriks
o Septum nasi deviasi atau tidak
o Lubang hidung ada atau tidak secret
o Vestibulum nasi terdapat secret atau tidak
- Melakukan palpasi sinus paranasal
o Sinus frontalis, ethmoidalis, maxilaris, sphenoidalis : ada atau tidaknya
nyeri tekan pada sinud paranasal

- Memeriksa hidung menggunakan speculum


cara memegang speculum : seperti memegang gas motor
- Lampu dan pandangan mata satu
bidang horizontal, tegak lurus

- Kepala pasien lebih tinggi

- Pasien mendongakkan
kepalanya, kita tahan pake
tangan kiri

- Tangan kanan pegang spekulum

Posisi OS lebih tinggi dari pemeriksa


Pemeriksa duduk disamping kanan pasien dan memiringkan badan ke kanan
Akan terlihat concha nasalis inferior dan media : hiperemis atau tidak, ada
buldging atau tidak, ada atau tidak massa
Lalu speculum dikeluarkan
- Selanjutnya memeriksa rhinoskopi porterior menggunakan spatel yang
dipegang menggunakan 3 jari, lalu lidah OS diminta untuk menjulurkan lidah
dan letakkan spatel pada 2/3 lidah
- Masukkan kaca ke dalam, dan arahkan ke belakang uvula
- Hasil normal choana norma, septum tidak deviasi
PEMERIKSAAN OROPHARYNX
- Memakai lampu kepala
- Menginspeksi bagian bibir : labium oris superior dan inferior bentuk normal
atau tidak, ada atau tidak sumbing
- OS diminta untuk membuka mulut dan lihat :
- Gigis normal yang berjumlah 32 untuk dewasa
- Vestibulum oris normal
- Cavum oris normal tidak ada massa
- Lidah norma, tidak deviasi, tidak ada typhoid tongue
- Palatum molle dan palatum durum tidak hiperemis
- Uvula ditengah, tidak deviasi
- Arcus palatoglosus normal, tidak hiperemis, tidak ada massa
- Tonsilnya T1-T1 (kalo udah tiroidektomi = T0)
- Arcus palatopharyngeus tidak hiperemis
- Menekan 2/3 bagian lidah dengan spatula
- Lalu minta pasien ucapkan AAA lalu apakah terlihat dinding faring yang
hiperemis atau tidak

PEMERIKSAAN LARING & HIPOFARING


- Inspeksi leher bagian luar : bentuk normal atau tidak, trakea berada di tengah,
ada atau tidak kemerahan, ada atau tidak massa/tumor
- minta OS untuk menelan : lihat apakah adam’s apple ikut turun saat menelan
atau tidak
- selanjutnya palpasi (dilakukan dari belakang OS)
KGB Submentalis (jaritelunjuk) KGB Submaxillaris KGB Parotis
KGB Sublingualis (Jari Tengah)

KGB Regio Coli KGB Supraclavicula KGB Ligamentum Nuchae


Pada protuberantia occipitalis
externa

Selanjutnya lakukan pemeriksaan menggunakan laringoskopi indirect


Lidah OS di bungkus dengan kassa di Tarik keluar dan minta untuk mengucapkan “aaa”
dan “iii”
o Jari I diatas lidah
o Jari III dibawah lidah
o Jari II
menekan
pipi pasien
ke arah
dalam

Hasil normal :
o epiglottis bentuk normal, tidak hiperemis, tidak ada massa/buldging
o aditus larynges tampak lapang
o vestibulum larynges tidak ada massa
o Plica vestibulari dan plica vocalis tidak tampak edema, tidak hiperemis dan
tidak ada massa
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala dibagi menjadi 3 macam :
o Tes Rinne
- Tes rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang dengan
hantaran udara
- Pemeriksaan ini memakai garpu tala, sebelumnya garpu tala di getarkan
atau diketuk lalu diletakkan pada processus mastoideus OS sampai tidak
terdengar lalu pindahkan ke depan telinga OS.
- Jika masih terdengar : test rinne (+)
- Jika tidak terdengar : test rinne (-)
o Test Weber
- Letakkan garpu tala yang sudah digetarkan atau diketuk pada dahi/ os
mentum/ gigi/ ujung hidung OS
- Lalu tanyakan antara kanan dan kiri ada mana terasa lebih jelas
- Jika lebih ke kiri : lateralisasi kiri
- Jika lebih ke kanan : lateralisasi kanan
- Jika sama : tidak ada lateralisasi
o Test swabch
- Membandingkan telinga OS dengan pemeriksa
- Letakkan garpu tala di processus mastoideus OS, jika OS sudah tidak
mendengar bunyi maka letakkan garpu tala pada pemeriksa
- Jika pemeriksa masih dapat mendengar : swabach memendek
- Bila pemeriksa tidak dapat mendengar pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya
- Garpu tala diletakkan di processus mastoideus pemeriksa hingga tidak
terdengar, lalu letakkan pada processus mastoideus OS
- Jika pasien masih mendengar : swabch memanjang
- Jika pasien sudah tidak mendengar : swabach sama dengan pemeriksa

Test Rinne Test Weber Test Schawabach Diagnosis


(+) Tidak ada lateralisasi Sama dengan Normal
pemeriksa
(-) Lateralisasi ke Memanjang Tuli konduktif
telinga yang sakit
(+) Lateralisasi ke Memendek Tuli sensorineural
telinga yang sehat

PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA


- Inspeksi dengan 3 posisi yaitu tangan menggantung di samping badan, bertolak
pinggang dan tangan di angkat ke atas
 Bentuk simetris atau tidak
 Ada kemerahan (rash) atau tidak
 Papil dimpling (papil masuk ke dalam)
 Ulkus papil (dripping) = cairan netes-netes (nipple discharge)
 Kelenjar montgomery lebih menonjol atau tidak
 Peau d’orange (kulit jeruk)
 Skin dimpling (cekungan pada kulit)

- Palpasi
OS dalam keadaan berbaring lalu letakkan 3 jari dan raba mengelilingi daerah
payudara dari dalam mengarah ke lateral dengan 3 tekanan yaitu ringan, sedang
dan berat sampai axillary tail
Hasil normal tidak teraba benjolan
Jika hasil teraba benjolan kemungkinan adanya massa jinak ataupun ganas.

PEMERIKSAAN THORAX
Inspeksi
- Melihat apakah OS tampak sesak atau tidak
- Ada atau tidaknya pernafasan cuping hidung, ada tidaknya penggunaan
otos bantu nafas dan retraksi
- Menyebutkan terdengan tidaknya nafas cuping hidung, ada tidaknya
suara serak, mengi, stridor
Inspeksi warna kulit berkaitan dengan pernapasan
- Melihat ada tidaknya sianosis
- Melihat warna kulit pucat atau tidak pernah pucat
Inspeksi leher berkaitan dengan pernapasan
- Melihat ada tidaknya penggunaan otot bantu nafas M.
sternokleidomastoideus
- Melihat ada tidaknya bendungan vena leher
- Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar limfa
Inspeksi dada depan
 Melihat ada tidaknya bendungan vena, benjolan, ginekomastia, emfisema subkutis
 Melihat bentuk dada dengan menilai diameter antero-posterior dibandingkan
diameter transversal = 1 : 2 simetris, serta besar sudut angulus costae
 Melihat ada tidaknya peleberan sela iga
 Melihat frekuensi pernapasan dengan melihat pergerakan dada
 Melihat irama pernafasan
o BARREL CHEST : bentuk dada menyerupai barel karena hiperinflasi paru
(terjebaknya udara akibat sal. napas yg menyempit) → asma berat, PPOK

o PECTUS CARINATUM (PIGEON CHEST) : tulang sternum menonjol ke depan


→ kongenital, pasca operasi
o PECTUS EXCAVATUM / FUNNEL CHEST : tulang sternum mencekung ke dalam
→ ricketsia, marfan’s syndrome

Palpasi leher
 Melakukan perabaan kelenjar limfa : palpasi dengan ujung jari pada daerah
submandibular, sepanjang M Sternokleidomastoideus dan supraklavikula
 Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah
antara trakea-sternokleidomastoideus, kiri-kanan atau meletakkan ujung-ujung jari
telunjuk, jari tengah, jari manis kanan pada suprasternal notch
 Melakukan perabaan di seluruh dada untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis,
sela iga dan menilai benjolan atau massa bila ada
 Melakukan pemeriksaan ekspansi dada dengan meletakkan kedua telapak tangan
pada dada kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta OS
inspirasi dalam
 Melakukan pemeriksaan fremitus, raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-
jari kedua tangan pada kiri dan kanan. Meminta OS menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara nafas yang ditimbulkan
 Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
 Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah
Perkusi umum
 Melakukan perkusi seluruh dada depan untuk menilai secara umum ada tidaknya
kelainan, lakukan secara sistematis
 Lakukan perkusi dari apeks paru sampai kebawah
 Bandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan

Batas paru-hati
 Letakkan tangan kiri menyangga belakang OS pada costae 11 dan 12
 Tempatkan ujung jari kanan di daerah redup hepar bawah / di bawah kostae
 Mulai dengan tekanan ringan untuk menentukan pembesaran hepar, tentukan besar
konsistensi dan bentuk permukaan
 Minta OS nafas dalam, tekan segera jari kanan secara perlahan, saat pasien melepas
nafas, rasakan adanya masa hepar, pembesaran, konsistensi dan bentuk
permukaannya
 NORMAL : tidak teraba / teraba kenyal, ujung tajam
 ABNORMAL :
o Teraba nyata (membesar), lunak dan ujung tumpul : hepatomegaly
o Teraba nyata (membesar), keras tidak merata, ujung ireguler : hepatoma
AUSKULTASI
 Lakukan auskultasi paru secara sistematis
 Lakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula) sampai ke bawah.
Suara Nafas
Normal : bersih, tidak ada suara tambahan
Abnodmal :
o Ronkhi : suara tambahan pada bronchus akibat timbunan lender atau secret
pada bronchus
o Krepitasi : berasal dari bronchus, alveoli, kavitas paru yang berisi cairan
(seperti gesekan rambut / meniup dalam air)
o Wheezing : suara seperti bunyi pluit, karena penyempitan bronchus dan
alveoli
Pemeriksaan dada belakang
 Meminta OS duduk membelakangi pemeriksa
 Melihat ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau
benjolan pada tulang belakang
 Lakukan perabaan diseluruh dada belakang untuk menilai ada tiddaknya emfisema
subkutis dan menilai benjolan/tumor bila ada
 Lakukan pemeriksaan ekspansi pada dada belakang dengan meletakkan kedua
tangan pada dada belakang kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan
meminta OS isnpirasi dalam
 Lakukan mulai dari bawah scapula
 Lakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari
kedua tangan pada dada belakang kiri dan kanan. Minta OS menyebutkan 77 atau 99
berulang-ulang dan merasakan dengan teliti ada getaran suara nafas yang
ditimbulkan
 Lakukan perkusi seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya kelainan
 Melakukan perkusi paru secara sistematis
 Dilakukan dari apeks (daerah atas scapula) sampai ke bawah (interskapula terus ke
bawah scapula)
 Bandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
BATAS PARU BELAKANG
 Perkusi pada garis scapula kanan dan kiri untuk mencari batas paru belakang kanan
dan kiri, dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari vertebra
prominens
AUSKULTASI DADA BELAKANG
 Lakukan auskultasi paru secara sistematis
 Lakukan dari apeks paru (daerah atas scapula), daerah interskapula terus ke bawah
 Bandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
 Berkonsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi

PEMERIKSAAN TEKANAN VENA JUGULARIS


 Posisikan OS setengah berbaring dengan kepala disanggah bantal hingga
membentuk sudut 45o. Kepala disanggah dengan bantal bertujuan untuk
merelaksasikan M. sternokleidomastoideus
 Lakukan pengamatan pada leher kanan pasien, lakukan identifikasi pulsasi vena
jugular pada suprasetrnalis notch atau dibelakang M. sternokleidomastoideus
 Lakukan penekanan pada pulsasi untuk memastikan pulsasi berasal dari vena jugular
interna. Jika pulsasi hilang dengan penekanan, maka pulsasi berasal dari vena jugular
interna. Identifikasi titik kolaps (lokasi dimana V. jugular interna mulai menghilang).
 Letakkang penggaris tepat diatas angulus Ludovici dan ukur ketinggian dari angulus
Ludovici menuju titik kolaps. Hasil yg didapat ditulis didalam 5+ …cm
 Identifikasi pula lama pulsasi dan gelombang yang dihasilkan. Nilai apakah terdapat
kelainan atau tidak

JVP ditemukan meningkat pada keadaan overload cairan, terutama pada gagal jantung dan
pada kondisi dimana terdapat dilatasi jantung kanan, misalnya pada emboli paru akut.

PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
 Melihat ada atau tidak kelainan bentuk rongga dada, pectus excavatum / pectus
carinatum
 Melihat ada atau tidak bekas luka (scar) pada daerah sternum, scar mengindikasikan
adanya riwayat operasi bypass
 Melihat iktus kordis
Iktus kordis seringkali terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri pada orang dewasa
normal yang agak kurus.
Bila iktus kordis melebar ke kiri, kemungkinan terdapat pembesaran ventrikel kiri

Palpasi
 Pulsasi iktus kordis : lokalisasipunctum maksimal (biasanya terletak pada 2 jari
medial dari garis midklavikula kiri). Nilai apakah iktus kordis kuat angkat, frekuensi,
kualitas dari pulsasi yang teraba. Ukur berapa cm diameter iktus kordis (normal =
2cm). bila terdapat pembesaran ventrikel kiri = pulsasi apeks teraba bergeser.
 Thrill : getaran yang terasa pada tangan pemeriksa. Thrill dapat teraba karena
adanya bising yang minimal derajat 3. Thrill dibedakan atas thrill sistolik dan diastolic
tergantung pada difase mana thrill berada.
 Heaving : rasa gelombang yang dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini terjadi
karena overload ventrikel kiri, misalkan pada insufisiensi mitral.
 Lift : rasa dorongan terhadap tangan pemeriksa. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan tekanan di ventrikel, mislanya pada stenosis mitral
Perkusi
Batas jantung kanan, terdapat 3 urutan cara untuk menentukan batas jantung kanan :
1. Tentukan batas paru hati
Jari tangan diletakkan sejajar dengan iga pada garis midklavikula kanan. Kemudian
dilakukan perkusi mulai dari titik tengah garis midklavikula kanan dari kranial ke
kaudal. Suara normal yang didapat adalah suara sonor (paru), dan perkusi
dilanjutkan sampai timbul suara redup biasanya pada sela iga VI kanan. Bunyi redup
ini berasal dari batas paru – hati.
2. Tentukan batas jantung kanan relative
Dari batas paru – hati, diukur 2 jari ke arah kranial lalu letakkan kembali telapak
tangan pada dada. Lakukan perkusi ke arah medial untuk mencari perubahan suara
dari sonor ke redup yang merupakan batas relative jantung kanan dan normalnya
pada garis sternal kanan
3. Tentukan batas jantung absolut
Dari batas jantung kanan relative dilanjutkan perkusi ke mdial hingga mendapat
suara pekak yang merupakan penanda batas absolut jantung kanan (biasanya pada
garis midsternalis).
Batas jantung kiri :
Pertama-tama tentukan garis aksilaris medial kiri. Kemudian jari tengah kiri diletakkan pada
titik teratas garis aksilaris medial kiri. Lakukan perkusi dari kranial ke kaudal untuk mencari
perubahan buni dari sonor ke timpani yang merupakan batas paru-lambung. Dari titik ini di
ukur 2 jari ke arah kranial kemudian dilakukan perkusi lagi kearah medial hingga muncul
perubahan suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relative jantung kiri (biasanya
terletak 2 jari medial dari garis midklavikular kiri). Perkusi diteruskan ke medial, sampai
terjadi perubahan suara dari redup ke pekak yang merupakan batas absolut jantung kiri.
Batas jantung atas :
Tentukan garis sternalis kiri terlebih dahulu. Dari titik teratas dilakukan perkusi ke arah
kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normalnya adalah pada sela
iga II kiri.
Auskultasi
Lokasi pemeriksaan auskultasi :
 Apeks : untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
 Sela iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan : untuk mendengarkan bunyi jantung
yang berasal dari katup tricuspid
 Sela iga II kiri : untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal
 Sela iga II kanan : untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup aorta.

PEMERIKSAAN ABDOMEN
INSPEKSI : besar dan bentuk bentuk perut, keadaan dinding perut (ascites, stria, pelebaran
vena : menjauhi umbilicus berarti bendungan vena porta, mendekati umbilicus berarti
bendungan vena cava), spider nevi, caput medusa, cullen’s sign, grey turner’s sign.

SPIDER NAEVI : arteri telengektasis CAPUT MEDUSAE : pelebaran vena2


pd kulit dan cabang kapiler spt laba2 kutaneus disekeliling umbilikus →
→ kehamilan, malnutrisi berat, sirosis hipertensi portal, sirosis

CULLEN’S SIGN : ekimosis periumbilikal pd


perdarahan peritoneal

GREY-TURNER’S SIGN : ekimosis pada flank


akibat perdarahan peritoneal

PALPASI
 Meminta OS tidur terlentang
 Palpasi dilakukan dengan cara menempelkan tangan pada dinding perut
 Melakukan palpasi superfisial pada seluruh abdomen secara sistematis
 Perhatikan wajah pasien selama palpasi (untuk melihat adanya nyeri tekan atau
tidak)
PALPASI HEPAR
 OS diminta untuk tidur terlentang
 Meminta OS melipat kedua tungkai (30-45 derajat)
 Lakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari
tangan kanan
 Meminta OS untuk menarik nafas dalam
 Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan tangan kanan pada
regio iliaka kanan dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus costae kanan
 Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal
pada saat OS ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolic
 Palapasi dilakukan ke arah arcus costae kanan
 Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah abdomenke arah
epigastrium dimulai dari umbilicus dengan cara seperti di atas.
 Meminta OS tidur terlentang 30-45 derajat
 Lakukan penekanan pada perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan
kanan
 Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen kebawah dengan arah dorsal
pada saat OS ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolic
 Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilicus di garis tengah abdomen
menuju arcus costae kiri

PEMERIKSAAN ASCITES
1. SHIFTING DULLNESS
- Meminta OS tidur terlentang
- Melakukan perkusi dari umbilicus (bagian puncak abdomen) ke lateral kiri
atau kanan
- Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup
- Tandai batas perubahan suara tersebut dengan meletakkan jari
plesimeter tetap pada batas tersebut lalu OS diminta untuk miring ke
arah kontralateral gerakan perkusi
- Menunggu beberapa saat 30-60 detik
- Lakukan perkusi kembali batas yang tadi telah ditentukan dan tentukan
apakah ada perubahan suara dari redup ke sonor
- Lakukan apada kedua sisi
2. KNEE-CHEST POSITION
- OS dalam posisi tengkurap dan menungging (Knee – Chest Position)
- Lakukan perkusi dari arah lateral ke umbilicus, bila terdapat cairan bebas
akan terjadi perubahan bunyi timpani menjadi redup.
3. TES UNDULASI
- OS berbaring terlentang, dan tangan OS diletakkan di tengah perut
dengan sedikit tekanan
- Satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi abdomen sedangkan
tangan lain mengetuk berulang kali pada sisi lain.
4. TEKNIK PUDDLE SIGN
- OS dalam posisi telungkup dan menungging (knee chest position)
- Stetoskop diletakkan pada bagian terbawah abdomen dan didengar
perubahan bunyi ketukan
- Dilakukan ketukan berulang kali pada dinding abdomen
PALPASI TITIK McBURNEY
- Meminta OS pasien tidur telentang
- Menentukan titik Mc Burney pada dinding perut kuadran kanan bawah
- Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS
kanan dengan umbilicus
- Lakukan penekanan pada titik tersebut
- Perhatikan apakah terdapat defans muscular
PEMERIKSAAN BALOTEMEN
- Meminta OS tidur telentang
- Lakukan pemeriksaan dengan cara bimanual
- Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada
dinding abdomen di ventralnya pada kedua sisi
- Tangan kanan digerakkan dan tangan kiri diam (tangan pada pinggang bagian
belakang) maka akan teraba benturannya di tangan lain (disebut sebagai fenomena
balotemen positif. Cara yang sama dilakukan untuk tangan kiri.
AUSKULTASI ABDOMEN
- Meminta OS tidur terlentang
- Letakkan stetoskop pada dinding abdomen dan dengarkan bunyi usus atau bunyi lain
(bruit, arterial, venous hump, succession splash)

PEMERIKSAAN KESADARAN
 Meminta izin pada OS dan menjelaskan prosedur
 Menilai komponen E pada GCS :
- Komponen E adalah “EYE”
- 4 jika OS membuka mata secara spontan
- 3 jika OS membuka mata dengan perintah verbal
- 2 jika OS membuka mata dengan rangsang nyeri (missal : tekanan pada
supraorbital, daerah sternum, atau kuku jari)
- 1 jika tidak ada reaksi
 Menilai komponen M pada GCS :
- Komponen M adalah “MOTORIK”
- Jika memberikan rangsang nyeri pada supraorbital, lalu OS dapat mengangkat
tangan untuk menepis rangsang, dapat digolongkanmengetahui lokasi
- 6 jika OS mengikuti perintah verbal
- 5 jika OS mengetahui lokasi nyeri
- 4 jika OS menghindar nyeri
- 3 jika ada reaksi fleksi (dekortikasi)
- 2 jika ada reaksi ekstensi (deserbasi)
- 1 jika tidak ada reaksi, pastikan dulu rangsang nyeri sudah adekuat
 Menilai komponen V pada GCS :
- Komponen V adalah “VERBAL”
- 5 jika baik orientasi (waktu, tempat, orang)
- 4 jika berbicara, ada disorintasi
- 3 jika meracau tidak jelas
- 2 jika hanya mengerang
- 1 jika tidak ada jawaban
 Menghitung GCS dari masing-masing komponen, dengan 3 sebagai nilai minimal dan
15 sebagai nilai maksimal

PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL


 Meminta OS tidur terlentang, tanpa bantal, tungkai dalam keadaan rileks
 Tangan kiri pemeriksa diletakkan dibelakang kepala OS, sementara tangan kanan
pemeriksa di manubrium sterni
 Lakukan fleksi pada leher, dan menilai tahanan saat melakukan gerakan ini
 LASEGUE : OS yang sedang ekstensi kedua tungkainya, mengangkat satu tungkai,
bengkokkan di sendi panggul. Tungkai lainnya harus dalam keadaan diam.
Nyeri saad sudut 70 derajat atau kurang merupakan lasegue positif. Disebabkan oleh
rangsang meningeal, iskialgia, maupun HNP lumbal.
 KERNIG : OS yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul
sampai 90 derajat, lalu tungkai bawah diekstensikan sampai 135 derajat. Jika timbul
nyeri dan tahanan sebelum sudut ini, tanda kernig positif. HNP lumbal dapat pula
menimbulkan kernig positif.
 BRUDZINSKI I : mirip saat melakukan fleksi pada leher, tangan pemeriksa menahan
agar OS tidak mengangkat badan. Jika positif, maka akan muncul fleksi pada kedua
tungkai.
 BRUDZINSKI II : satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan satu
lagi dalam keadaan ekstensi. Bila tungkai yang ekstensi ini menjadi fleksi, maka
dinyatakan positif.

PEMERIKSAAN FISIK PADA EKSTREMITAS


EKSTREMITAS ATAS
 Inspeksi : melihat bagaimana pergerakan tangan, kekuatan otot, adanya
pembengkakan atau tidak, hiperemis, purpura, atau tidak
 Nilai kekuatan motoric ekstremitas atas. Minta OS duduk/tidur. Lakukan
pemeriksaan kekuatan pada keempat sendi (jari, pergelangan tangan, siku,
dan bahu) bandingkan kiri dan kanan. Nilai seluruh gerakan yang mungkin
pada persendian tersebut.
 Menguji kekuatan abduksi pada sendi bahu (menahan kekuatan pemeriksa
yang akan meluruskan siku OS)
 Menguji kekuatan fleksi sendi siku (menahan kekuatan pemeriksa yang akan
membengkokkan siku OS)
 Menguji kekuatan ekstensi pergelangan tangan (melawan kekuatan
pemeriksa yang akan menekuk pergelangan tangan OS)
 Menguji kekuatan fleksi jari-jari tangan (meremas jari pemeriksa)
 Menguji kekuatan abduksi jari-jari tangan (pertahankan posisi jari-jari yang
terbuka dan melebar jangan sampai merapat)
EKSTREMITAS BAWAH
 Melihat kekuatan motoric ekstremitas bawah. Minta pasien untuk
duduk/tidur. Lakukan pemeriksaan kekuatan pada keempat sendi (jari,
pergelangan kaki, lutut, panggul). Bandingkan kiri dan kanan.
 Menguji kekuatan fleksi panggul ( tangan pemeriksa berada di paha OS
sambal menekan, sedangkan OS d minta untuk mengangkat kakinya dan
melawan kekuatan pemeriksa)
 Menguji kekuatan ekstensi panggul (menekan tumit ke bawah sekeras-
kerasnya)
 Menguji kekuatan abduksi panggul (tangan pemeriksa berada di kedua paha
OS ingin membuka lebar, sedangkan OS menahan sekuat-kuatnya)
 Menguji kekuatan fleksi lutut (tekut lutus OS, dan OS melawan kekuatan
pemeriksa)
 Menguji kekuatan ekstensi lutut ( OS di minta untuk meluruskan lutut, dan
melawan kekuatan pemeriksa)
 Menguji kekuatan plantarfleksi (seperti menginjak pedal gas)
 Menguji kekuatan dorsifleksi (naikkan kaki, dan melawan kekuatan
pemeriksa)
 Nilai tonus OS. Palpasi tonus otot OS, nilai juga dengan melakukan ekstensi-
fleksi secara lambat dan cepat pada ekstremmitas OS. Hal ini dapat
membedakan tonus yang meningkat secara spatis (missal : saat stroke), dan
secara rigid (misal : pada penderita Parkinson – cog wheel phenomenon)

PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN

KULIT
Inspeksi
1. Warna kulit
Normal : nampak lembab, Kemerahan
Abnormal : cyanosis / pucat
2. Tekstur kulit
Normal : tegang dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua )
Abnormal : menurun  dehidrasi, nampak tegang  odema, peradangan
3. Kelainan / lesi kulit
Normal : tidak terdapat
Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :
1. bentuk Lesi
 Lesi Primer : bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi, hypopigmentasi,
pustula
 Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi, lichenifikasi, scar,
ulceratif.
2. distribusi dan konfigurasinya.
General, Unilateral, Soliter, Bergerombol

Palpasi
1. Tekstur dan konsistensi
Normal : halus dan elastis
Abnormal : kasar, elastisitas menurun, elastisitas meningkat ( tegang )
2. Suhu
Normal : hangat
Abnormal : dingin ( kekurangan oksigen/sirkulasi ), suhu meningkat ( infeksi )
3. Turgor kulit
Normal : baik
Abnormal : menurun / jelek  orang tua, dehidrasi
4. Adanya hyponestesia/anestesia
5. Adanya nyeri tekan atau tidak

Pemeriksaan Khusus
Akral : inspeksi dan palpasi jari-jari tangan, warna, dan suhu
Normal tidak pucat dan hangat
Abnormal pucat, dingin (kekurangan oksigen)
CR (capilari refiil) : tekan ujung jari beberapa detik, kemudian lepas, dan lihat perubahan
warna
Normal warna berubah merah lagi < 3 detik
Abnormal warna berubah > 3 detik (gangguan sirkulasi)
Edema: tekan beberapa saat kuli tungkai, perut, dahi, perhatikan adanya lekukan (pitting)
Normal tidak ada pitting
Abnormal terdapat pitting (non pitting pada beri-beri)
KUKU
 Perhatikan warna kuku, bentuk kuku, elastisitas kuku, lesi, tanda radang
 Abnormal :
o Jari tabuh (clumbing finger) : penyakit jantung kronik
o Puti tebal : jamur
RAMBUT TUBUH
Perhatikan distribusi, warna, dan pertumbuhan rambut

Anda mungkin juga menyukai