Anda di halaman 1dari 5

Beginilah Mereka Mendidik Generasi tugasnya yang berat maka dipersiapkan orang yang tepat.

Karena risalahnya yang


mulia maka harus dibawa oleh orang yang sama mulianya. Lalu sebagai pendukung
dari tugas beliau dipilihkan seorang pendamping yang sepadan. Khadijah ath-thahirah.
dakwatuna.com – Sambil menangis Syafi’i kecil mengadu kepada ibunya. ”Aku tak Seorang wanita yang selalu menjaga kesucian budi pekerti dan kedudukannya yang
mau lagi pergi ke sana. Mereka menolak kehadiranku. Namun dengan penuh mulia di tengah-tengah kaumnya. Serta kesucian dirinya dari noda-noda paganisme
kelembutan sang ibu terus menyemangati. ”Kembalilah ke sana anakku, nanti jika pada zaman jahiliyah. Melalui perpaduan dua genetika inilah lahir ulama sekelas imam
engkau melihat anak-anak kaya itu belajar duduklah di samping mereka. Tetapi jangan asy Syafi’i.
sampai mereka merasa terganggu”. Satu dua kali nasihat itu dilaksanakan hingga
akhirnya ia bisa kembali belajar. Di usianya yang baru genap lima tahun bakat dan Namun faktor genetika saja tidak cukup berpengaruh. Proses selanjutnya adalah pola
kemampuannya mulai terlihat. Saat jam belajar selesai imam Ass Syafi’i mengulangi pembinaan. Untuk melahirkan seorang pemuda pemberani maka harus dibina dan
pelajaran untuk kawan-kawannya. Keterbatasan ekonomi keluarga tak menghentikan dilatih menjadi pemberani. Sebagaimana para ulama lahir melalui pembinaan yang
semangatnya menuntut ilmu. Usia 7 tahun ia telah menyelesaikan hafalan al-Quran. benar sebagai seorang ulama. Ibnu Mas’ud RA berkata, “Dahulu kami -para sahabat-
Memasuki usianya yang ke delapan Syafi’i kecil sudah terbiasa bergabung dengan para apabila belajar kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam 10 ayat, maka kami tidaklah
ulama. Pada usia 10 tahun imam Syafi’i telah hafal kitab al-Muwattha sebelum mempelajari 10 ayat lain yang diturunkan berikutnya kecuali setelah kami pelajari apa
bertemu dengan Imam Malik, sang penyusun kitab hadits itu. Sedang pada usia 15 yang terkandung di dalamnya.”
tahun ia sudah diizinkan untuk memberi fatwa.
Para ibu di zaman khulafa ar-rasyidin juga punya cara unik mengajari generasi muda
Imam As Syafi’i hanyalah contoh kecil bahwa bakat dan kemampuan tidaklah datang menjadi kesatria. Mereka tak pernah lupa menyertakan anak-anak dan remaja dalam
secara kebetulan. Melainkan harus dibangun dan direkayasa sejak dini. Jika Syafi’i setiap pertempuran. Di banyak pertempuran anak-anak dan remaja punya peranan
menjadi ulama dan imam besar di kemudian hari, itu adalah jasa dari ibunya. Selain khusus. Ketika ayah mereka berada di garis pertempuran, di saat bersamaan para ibu
nasab yang bersambung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pola sibuk menolong dan mengobati korban yang terluka. Anak-anak dan para remajalah
pembinaan yang diterapkan kepada Syafi’i. Sejak kecil Syafi’i dikirim ke Mekah untuk yang bertugas menggali dan menyiapkan kubur bagi para syuhada.
menimba ilmu dari para ulama. Dari sini kita mendapati bahwa generasi Islam
terdahulu dibangun melalui dua kaidah dasar. Pertama, ia lahir melalui rekayasa Karena alasan inilah Umar bin Khathab memerintahkan orang tua mengajari remaja
genetika (al–wirâtsah). Dan yang kedua melalui proses pembinaan (at-tarbiyah as- berkuda, berenang dan memanah. Salah seorang di antara mereka bahkan ada yang
shâhihah). terkena panah dan meninggal. Namun tak menjadi alasan bagi Umar menghentikan
kegiatan belajar memanah.
Rekayasa genetika sesungguhnya dapat kita temukan dalam diri Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah Kemampuan mendidik dan membina generasi muda setidaknya menjadi modal besar
memilih dari keturunan Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ismail as., dan memilih Kinanah bagi sebuah bangsa. Kemajuan sebuah bangsa bukan hanya waktu yang ditunggu
dari keturunan Nabi Ismail as., dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan kedatangannya. Melainkan harus dirancang dan direkayasa. Tidak ada jalan lain
memilih dari keturunan Quraisy yaitu Bani Hasyim, dan Allah telah memilihku dari kecuali dengan menghadirkan generasi muda yang siap berkontribusi bagi bangsanya.
keturunan Bani Hasyim”. (HR. Muslim, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Hibban dan Sunan Karena rahasia kemajuan sebuah bangsa ada pada generasi mudanya. Wallahu alam
Turmudzi) bisshawab.

Demikian, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seorang dari sekian banyak


keturunan Adam yang dipilih oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Beliau dipersiapkan
menjadi penutup risalah para nabi dan rasul jauh, sebelum kelahirannya. Karena
Lenyapnya Keimanan kenikmatan itu, dia pun mulai meninggalkan shalat, serta Qurannya karena baginya Al-
Quran dan shalat hampa saja terasa olehnya, dia pun jauh semakin jauh dari ketaatan.

dakwatuna.com – Alkisah di suatu negeri ada saudagar yang shalih memulai usaha Bila tanda-tanda tadi menghinggapi diri-diri ini maka bersegeralah kembali kepada-
dari modal kecil hingga saat ini sangat kaya raya. Dengan kekayaannya tentu ia dapat Nya, agar setitik kenikmatan keimanan tidak lenyap dari hati ini, agar suara keimanan
mempunyai apa pun yang dia mau, satu dua tahun berlalu kekayaannya tambah tidak hilang saat kita terperdaya ingin melakukan maksiat, sebab hal yang tidak dapat
berlimpah, wanita-wanita memenuhi harinya, fasilitas mewah menyertai kehidupannya, diprediksi hingga saat ini adalah trafik naik dan turunnya keimanan.
kesenangan duniawi selalu siap menemaninya. Sebab, kekayaannya melimpah ruah.
Tapi itu semua dia lakukan dengan menentang peraturan Rabbnya tidak seperti dahulu Sesungguhnya maksiat itu membunuh kelezatan ketaatan kepada Allah, dalam Al-
dengan keshalihannya, sekarang segala cara ia halalkan agar hartanya terus bertambah Quran surat Ali-Imran ayat 8 terdapat doa agar Allah jaga keimanan setiap insan, “Ya
dan bertambah, namun hatinya tidak dapat dibohongi ia tetap merasa sepi sunyi pada Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
lubuk hati terdalamnya, tetapi ia tidak paham apa yang hilang darinya. Engkau memberi petunjuk kepada kami. Dan karunialah kepada kami rahmat dari sisi
engkau. karena Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi karunia.” Aamiin
Di lain kisah hidup sosok sederhana, jujur, berwatakkan tenang serta murah senyum, allahumma aamiin. (dakwatuna/hdn)
hari-harinya ia habiskan untuk bertani, tidak lupa setiap paginya diiringi pula dengan
shalat duha, sebagai bentuk ikhtiar agar segala macam rezeki dimudahkan oleh Rabb-
Nya, juga amalan sedekah tidak pernah terlewatkan, ayat-ayat Quran selalu
terlafazhkan dari bibirnya, hatinya tenang sebab dipenuhi dengan kedekatan dirinya
terhadap Rabb-Nya, walaupun kehidupan kesehariannya dipenuhi keterbatasan namun

Cek Lagi Iman Kita


hatinya tenang dan senantiasa mensyukuri segala nikmat Rabbnya yang ia dapatkan
hingga detik ini.

Al-Hafizh Ibn al-Jauzi dalam kitabnya, Shaid al-Khaitir menuturkan bahwa andai saja dakwatuna.com – Ibarat pohon yang sedang berkembang, ia hanya akan rapuh apabila
orang yang melakukan maksiat menyadari betapa kenikmatan maksiat itu hanya sesaat, tidak disiram. Begitu pula hati. Kesibukan dunia terkadang menutup hati kita dari cita-
kemudian setelah itu dia merasakan akibat kemaksiatannya, yaitu kemurkaan Allah, cita akhirat dengan alasan tidak mampu mencari waktu untuk mengingat dan
dosa, dan siksa-Nya, maka orang itu tidak akan sanggup melakukan maksiat. melakukan aktivitas keagamaan. Bangun pagi, kerja/kuliah, pulang malam, istirahat.
Seakan shalat hanyalah menjadi sebuah aktivitas tanpa ruh. Pernahkah merasakan hal
Namun yang terjadi adalah, orang itu terpesona dengan kenikmatan maksiat, berzina yang sama?
dan berzina, memakan riba, berbohong, korupsi, mencuri, menipu. Baginya
kemaksiatan tidak berdampak apa pun terhadap kehidupannya, dia tetap enjoy dengan Dalam keadaan itu, terkadang kita akan mengalami beberapa masa lemah. Ketika hati
kebergelimangan maksiat. Apa yang sesungguhnya terjadi dengan orang yang seperti merasa jauh dari Allah, namun tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seolah-olah ingin
ini? berhenti sejenak dan mulai timbul beberapa alasan untuk ‘diam’. CEK LAGI IMAN
KITA. 4 kata sederhana yang penuh makna. Ketika kita malas untuk menghadiri rapat,
Ibn al-Jauzi memberikan jawaban “kemaksiatan itu diganjar dengan kemaksiatan”. cek lagi iman kita. Ketika kita malas untuk bangun shalat malam dan berdzikir kepada
Ketika seseorang melakukan suatu maksiat, lalu diikuti maksiat berikutnya itu Allah, cek lagi iman kita. Ketika kita malas untuk belajar, cek lagi iman kita.
sesungguhnya siksaan Allah, tetapi dia tidak merasa sedang disiksa Allah, dengan
diambilnya kelezatan kedekatan dengan Rabbnya, tidak dapat merasakan nikmatnya Mengimani sesuatu yang ghaib memang tidak mudah. Tetapi marilah kita ingat
ketaatan, shalat dan doanya kehilangan ruhnya, karena tidak lagi merasakan kembali firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 2 yang artinya, “Kitab (Al-Quran ini
tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yaitu mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menyedekahkan sebagian Jagalah Iman, Atau Setan Siap Menjadi
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka”.
Teman
Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mengingat kembali nikmat yang telah Allah
berikan. Mengingat kembali ketika kita masih dapat melihat orang tua kita, ketika kita dakwatuna.com – Di saat hati manusia mulai mati atau mengeras, ketika akalnya
masih dapat mendengar suara adzan dan suara burung yang berkicau, ketika ban motor padam atau menyimpang, dan ia kalah dalam peperangan melawan hawa nafsu, maka
kita tidak bocor dalam perjalanan menuju tempat kerja, dan ketika kita masih mampu sesungguhnya ketika itulah banyak pintu kejahatan di dalam dirinya sendiri dan setan
melangkahkan kaki tanpa bantuan orang lain. Sekilas hal ini terlihat sepele, tetapi tanpa mengalir di dalam diri anak adam sebagaimana aliran darah. Ketika pertahanan iman
nikmat-nikmat ini, maka aktivitas kita tidak akan berjalan dengan lancar. seorang manusia mulai runtuh maka setan bersiap untuk menjadi kawan dekat dan
membuatnya lupa akan Tuhan.
Shalat dan membaca Al-Quran adalah jembatan untuk dapat berkomunikasi dengan
Allah. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 153 yang artinya, “Hai orang- “Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah.” (Al-
orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Mujadilah: 19)
Allah beserta orang-orang yang sabar”. Lima waktu adalah waktu yang sesuai untuk
mengistirahatkan pikiran dan tenaga kita dari kesibukan dunia. Kesegaran air wudhu Ingatlah wahai sudaraku, setan tidak akan pernah berputus asa untuk menjatuhkan iman
dan ketenangan ketika berkomunikasi dengan Allah adalah saat yang tidak boleh kita dan menyesatkan manusia. Setan telah bulat memantapkan niat untuk menjauhkan
lewatkan. Membaca Al-Quran juga demikian. manusia dari jalan yang lurus yaitu jalan yang di ridhai Allah SWT. Dan inilah isyarat
yang pernah diberikan dan telah diabadikan dalam Al-Quran:
Jika kita masih belum mampu merasakan ruh saat melaksanakan shalat atau membaca
Al Quran, selain kembali mengingat nikmat yang Allah berikan, mendatangi majelis “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
ilmu adalah salah satu cara efektif untuk mengisi iman kita. Mendatangi majelis ilmu (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan
dapat berupa halaqah atau kajian. Kembali bertemu dengan kekuatan ukhuwah bersama mendatangi mereka dari muka bumi dan dari belakang mereka, dari kanan mereka dan
orang-orang sholeh akan menguatkan hati kita yang gersang akan iman. dari kiri mereka.” (QS. Al-A’raf: 16-17)

Satu hal tidak boleh kita lupakan adalah janji Allah pasti benar. Masih kita ingat ketika Begitu ketatnya setan dalam menjalankan misinya. Jikalau setan saja telah
kota terbesar dan terkuat di dunia, Konstantinopel, dapat dikalahkan oleh seorang membulatkan niat untuk menyesatkan manusia, mana niat kita yang ingin selalu teguh
pemuda berusia 23 tahun karena keyakinannya akan janji Allah yaitu bisyarah bahwa memperjuangkan agama dengan gagah berani seperti apa yang pernah dilakukan oleh
kemenangan kaum Muslim di atas kaum yang lain pasti benar. Iman adalah penopang baginda Rasulullah SAW dan para sahabatnya? Apakah hati kita sudah mulai mati,
bagi kita untuk meyakini kekuasaan dan bergerak di dunia semata-mata untuk rapuh, mengeras dengan kehidupan yang fana? Ataukah kita masih dalam pencarian
mendapatkan ridha dari-Nya sehingga tidak ada alasan untuk melupakan kepentingan kenikmatan yang tak yakin akan keberkahannya?
akhirat dalam kesibukan dunia.
Ingatlah bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, akan ada kehidupan yang kekal
nan abadi. Di sanalah manusia-manusia terbaik akan dikumpulkan (surga), dan di
sanalah manusia-manusia pengikut setan akan disatukan dalam siksaan (neraka). Maka
dari itu, jika kita menginginkan indahnya kehidupan yang kekal, carilah manisnya iman
semasa hidup. Semoga Allah meneguhkan hati dan menjaga iman kita.
Memaknai Adabul Isti’dzan (Meminta berjumlah delapan puluh lebih datang dan mengemukakan berbagai alasan mengapa
tidak ikut berperang. Bahkan mereka berani bersumpah untuk menguatkan alasan yang

Izin) Sebagai Cerminan Iman telah mereka buat buat.

Sedangkan tiga orang dari golongan orang-orang mukmin yang lurus, yaitu Ka’b bin
dakwatuna.com – Sebagai pengawalan dalam penyampaian materi pada tema ini Malik, Murarah bin Rabi’, dan Hilal bin Umayyah berkata apa adanya kenapa tidak
ummahat berwajah teduh ini mengawalinya dengan menceritakan kisah burung ikut berperang. Kemudian karena tidak ikutsertaannya mereka bertiga dalam Perang
Hudhud dengan Nabi Sulaiman yang diabadikan dalam al-Quran surat an-Naml ayat Tabuk, Rasulullah memberikan iqab dengan mengasingkan mereka. Sahabat dilarang
20-23. berbicara dengan mereka bertiga. Mereka dikucilkan. Mereka juga harus berjauhan
dengan istri mereka selama empat puluh hari. Sebuah tekanan yang amat berat. Sanksi
”Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, ’Mengapa aku tidak melihat sosial lebih terasa berat ketimbang sanksi fisik. Kemudian setelah terjadi penyesalan,
Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir? Pasti akan kuhukum ia dengan Allah menurunkan ampunan-Nya melalui al-Quran surat at-Taubah ayat 118. Ayat ini
hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan merupakan kabar gembira bagi orang-orang muslim.
alasan yang jelas’. Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata,
‘Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari Begitulah Allah mengajarkan kita tentang pentingnya sebuah perizinan dalam suatu
negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang majlis atau urusan bersama.
perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
memiliki singgasana yang besar.” Kemudian, mengenai pentingnya suatu perizinan ini, ustadzah menjelaskannya melalui
al-Quran surat an-Nur ayat 62-63. Dengan merdu dan penuh penekanan beliau
Dari ayat di atas, sangat jelas dikatakan kepada kita mengenai gambaran pentingnya membacakan arti ayat tersebut.
sebuah “perizinan” ketika meninggalkan suatu majlis. Ketika Nabi Sulaiman
mengadakan suatu majlis, liqa’ (pertemuan) dengan kumpulan makhluk dan beliau ”(Yang disebut) orang Mukmin hanyalah orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
tidak melihat burung Hudhud dalam majlis, kemudian mengatakan dengan keras “Pasti (Muhammad), dan apabila mereka berada bersama-sama dengan dia (Muhammad)
akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia. Kecuali jika ia dalam urusan bersama, mereka meminta izin kepadanya. Sungguh orang-orang yang
datang kepadaku dengan alasan yang jelas”. meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (benar-benar)
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (62)
Sebuah pertanyaan mungkin akan muncul dalam benak kita. Sebegitu pentingnyakah
sebuah perizinan itu? Hingga Nabi Sulaiman memberikan ancaman ketika Hudhud ”Sungguh, Allah Mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di
tidak datang dengan alasan yang jelas dan benar? antara kamu dengan berlindung (kepada kawan-kawannya). Maka hendaklah orang-
orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa
Kisah kedua yang dipaparkan oleh ustadzah Ida adalah ketika terjadinya Perang Tabuk. azab yang pedih.”(63)
Peperangan yang amat berat karena menghadapi pasukan Romawi yang merupakan
kekuatan militer yang paling besar di muka bumi pada zaman itu. Syaikh Maka, sambil menjawab pertanyaan awal yang ada di benak tadi, patutlah kita
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam sirahnya mengatakan bahwa Perang Tabuk tertampar muka dan tercabik-cabik hati tatkala membaca ayat ini. Apabila kita masih
dalam kondisi yang khusus merupakan pelajaran yang amat berat dari Allah. Sehingga sering kali meninggalkan majlis-majlis dan urusan-urusan dakwah bersama tanpa izin
dengan pelajaran ini terlihat orang-orang yang beriman dan tidak beriman. Pasca syar’i kepada para qiyadah. Karena Adabul Isti’dzan merupakan sebuah cerminan dari
peperangan usai, Rasulullah Saw langsung menuju masjid dan shalat dua rakaat, ketaatan seorang jundi pada qiyadahnya. Adabul Isti’dzan adalah cerminan dari
sementara orang-orang duduk di sana. Terdapat pula orang-orang munafik yang keimanan. Maka suatu perizinan menjadi amat sangat penting. Kemudian menjadi
refleksi bersama pula bagi kita, apakah selama ini kita telah benar-benar dikatakan
beriman?

Beberapa poin penting yang disampaikan dalam kajian ini:

1. Sampaikanlah izin kepada seorang qiyadah ketika hendak meninggalkan suatu


pertemuan atau majlis
2. Hak seorang qiyadah untuk memberikan izin kepada yang mengajukan izin dengan
mempertimbangkan beberapa hal terkait ke syar’ian udzur yang diajukan. Timbangan
yang dipergunakan adalah fiqih prioritas amal shalih
3. Seorang qiyadah hendaknya memohonkan ampunan kepada Allah terhadap mereka
yang dikabulkan perizinannya. Ini adalah bentuk bahwa sesungguhnya qiyadah
hendaknya menghargai urusan jundinya
4. Jundi yang hendak meninggalkan pertemuan atau majlis, tidak meninggalkan majelis
sebelum keluar izin dari qiyadahnya. Jika meninggalkan majlis sebelum keluar izin,
maka ia adalah sebahagian dari mereka yang tidak taat.

Mengenai adab perizinan ini bukanlah untuk mempersulit dan membuat birokrasi yang
njlimet dalam berjamaah. Namun kaidah ini ada untuk menunjukkan bahwasanya Islam
mengajarkan untuk taat kepada para pemimpin selama tidak zhalim dan rasa
menghormati qiyadah terhadap jundinya.

Semoga mampu mengingatkan kita kembali akan pentingnya sebuah perizinan. Agar
kita termasuk orang yang beriman dan menjadi orang yang bertaqwa. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai