KELOMPOK 6
HANIN AFIFAH N (P23136017010)
M ZAKY ALFARISI (P23136017015)
SYIFA FAUZIAH (P23136017025)
VALENTINA FEBRIYANI S (P23136017027)
YUSTICA UMMI S (P23136017030)
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam
menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan berperan
dalam meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai saat ini, penyediaan
air bersih untuk masyarakat diindonesia masih dihadapkan pada beberpa permasalahan yang
cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang
masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk
masyarakat.
Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh. Air di dalam
tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi
tubuh. Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan
air yang cukup bagi dirinya (Suharyono, 1996).
Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung pada air, karena air
dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain sebagainya. Manfaat
lain dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi, dan lain sebagainya yang sejenis
dengan ini. Semakin maju tingkat kebudayaan masyarakat maka penggunaan air makin meningkat.
Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan setiap
orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari
tanpa air minum (Suripin, 2002).
Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang
syarat-syarat kulaitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang
ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi Negara anggota. Namun
demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan syarat syarat kualitas air sesuai
dengan kondisi negara tersebut.
1.2.TUJUAN
ISI
Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai
di dunia. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap
orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap
penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang
tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya
cukup, lokasinya membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke
tempat-tempat yang memerlukan.
Curah hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/
berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang mahal
untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk menekan
kerusakan musibah banjir.
Air permukaan
Air permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi yang berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi tetapi berada di permukaan tanah. Kualitas air ini
biasanya tergantung daerah sekitarnya dimana air itu berada. Air permukaan kurang baik
untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, oleh karena itu perlu adanya pengolahan
terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan, air ini terdiri dari ; air sungai, telaga, danau, rawa
dan sebagainya.
Adalah air yang berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudia
mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi alamiah. Yang
termasuk sumber air jenis ini terdiri dari air sumur dangkal, sumur dalam dan mata air
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
Syarat bakteriologi
tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, kolera dan bakteri patogen
penyebab penyakit (Mulia, 2005)
PDAM (Perusahaan Dagang Air Minum), BUMN yang berkaitan dengan usaha
menyediakan air bersih bagi masyarakat, biasanya melakukan pengolahan air bersih
secara fisika dan kimia. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di
Indonesia adalah sebagai berikut :
Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber
air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen
(penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang
dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.
Bak Prasedimentasi (optional)
Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya tinggi (kekeruhan
yang menyebabkan air berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak sederhana,
fungsinya untuk pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll.
Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih yakni WTP.
WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa
bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a. Koagulasi
Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi
partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid
dengan berbagai partikel koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah
untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya seperti
memisahkan air pada susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat)
agar koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat pengaduknya
dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau
terjunan) atau mekanis (menggunakan batang pengaduk).
b. Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk membentuk dan
memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini dibutuhkan lokasi yang
alirannya tenang namun tetap ada pengadukan lambat (slow mixing) supaya flok
menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa kimia
yang mampu mengikat flok-flok tersebut.
c. Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat
jenis partikel kolid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air.
Pada masa kini, unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi telah ada yang dibuat
tergabung yang disebut unit aselator.
d. Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan media butiran. Media
butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica dan kerikil silica dengan ketebalan
berbeda. Cara ini dilakukan dengan metode gravitasi.
e. Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman dan bakteri yang
hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat mematikan kuman ini,
biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum
masuk ke bangunan selanjutnya, yakni reservoir.
Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi di
Indonesia menggunakan konsep gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan di tempat
dengan posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi, bisa
diatas bukit atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air.
Untuk menghemat biaya pembangunan, unit intake, WTP dan reservoir dapat dibangun
dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan
pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari
WTP ke resevoir. Pada akhirnya, dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan
melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.
Sekarang ini, perkembangan metode pengolahan air bersih telah banyak berkembang,
diantaranya adalah sistem saringan pasir lambat. Perbedaan utama pada sistem ini
dengan sistem konvensional adalah arah aliran airnya dari bawah ke atas (up flow), tidak
menggunakan bahan kimia dan biaya operasinya yang lebih murah. Pada akhir tahun
lalu pun, Pusat Penelitian Fisika LIPI telah berhasil menciptakan alat untuk mengolah
air kotor menjadi air bersih yang layak diminum, sistem ini dirancang agar mudah
dibawa dan dapat dioperasikan tanpa memerlukan sumber listrik.
BAB III
PENUTUP
Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial,
sehingga kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Salain untuk
dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan (Sutrisno, 1991:1). Mengingat
betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus
memenuhi persyaratan. Yaitu:
1. Syarat fisik: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa,
suhu antara 10o – 25o C (sejuk).
2. Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak
mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, kolera dan
bakteri patogen penyebab penyakit (Mulia, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
http://ishakinfo.blogspot.com/2012/06/makalah-air-bersih-pada-pemukiman.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Air_bersih
http://pengolahanair-oke.blogspot.com/2013/03/mempelajari-cara-pengolahan-air-bersih.html
https://athaagatha.wordpress.com/2012/11/28/makalah-air-bersih/