PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
B. Tujuan percobaan :
1. Untuk menentukan Relative volatility berdasarkan komponen.
2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap relative volatility.
C. Latar Belakang
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs.
Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus – Clapeyron
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu.
Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum Raoult.
Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti hukum Henry. Sifat – sifat
koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas pada bab ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kesetimbangan Uap-Cair
Seperti telah disampaikan terdahulu, operasi distilasi mengekspoitasi
perbedaan kemampuan menguap (volatillitas) komponen-komponen dalam
campuran untuk melaksanakan proses pemisahan. Berkaitan dengan hal ini, dasar-
dasar keseimbangan uap-cair perlu dipahami terlebih dahulu. Berikut akan diulas
secara singkat pokok-pokok penting tentang kesetimbangan uap-cair guna
melandasi pemahaman tentang operasi distilasi.
Harga-K dan Volatillitas Relatif
Harga-K (K-Value) adalah ukuran tendensi suatu komponen untuk
menguap. Jika harga-K suatu komponen tinggi, maka komponen tersebut
cenderung untuk terkonsentrasi di fasa uap, sebaliknya jika harganya rendah,
maka komponen cenderung untuk terkonsentrasi di fasa cair. Persamaan (1) di
bawah ini menampilkan cara menyatakan harga-K.
Harga-K adalah fungsi dari temperatur, tekanan, dan komposisi. Dalam
kesetimbangan, jika dua di antara variable-variabel tersebut telah ditetapkan,
maka variable ketiga akan tertentu harganya.Dengan demikian, harga-K dapat
ditampilkan sebagai fungsi dari tekanan dan komposisi, temperatur dan
komposisi, atau tekanan dan temperatur.
Dengan Ki adalah harga-K untuk komponen I dan Ki adalah harga-K
untuk komponen j. Volatillitas relatif ini adalah ukuran kemudahan terpisahkan
lewat eksploitasi perbedaan volatillitas. Menurut konsensus, volatillitas relative
ditulis sebagai perbandingan harga-K dari komponen lebih mudah menguap
(MVC = more-volatile component) terhadap harga-K komponen yang lebih sulit
menguap. Dengan demikian, harga α mendekati satu atau bahkan satu, maka
kedua komponen sangat sulit bahkan tidak mungkin dipisahkan lewat operasi
distilasi.
Derajat kebebasan suatu sistem adalah bilangan terkecil yang
menunjukkan jumlah variabel bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen –
komponen) yang harus diketahui untuk menggambarkan keadaan sistem. Untuk
zat murni, diperlukan hanya dua variabel untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan
T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel ketiga dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga, sistem yang terdiri dari satu gas
atau cairan ideal mempunyai derajat kebebasan dua (υ = 2).Bila suatu zat berada
dalam kesetimbangan, jumlah komponen yang diperlukan untuk menggambarkan
sistem akan berkurang satu karena dapat dihitung dari konstanta kesetimbangan.
Misalnya pada reaksi penguraian H2O.
P P 1/ 2
H2 O2
KP
P H 2O
Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada
tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap
suhu atau potensial kimia terhadap suhu.
Gambar 3.2. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa – fasa padat, cair dan
gas terhadap suhu pada tekanan tetap
Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar 3.2. mengikuti persamaan
G S
T P
Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang
turun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Sg > Sl > Ss.
A. Metoda
Larutan Metanol
H2O
B. Materi
Prosedur kerja :
1. Buat larutan metanol dengan kadar yang diinginkan (48 %) Periksa semua
peralatan apakah sudah baik dan siap digunakan.
2. Setelah semua larutan dan peralatan selesai dipersiapkan masukkan larutan
tersebut kedalam still-pot sebanyak 300 cc.
3. Alirkan air pendingin kedalam kondensor kemudian diikuti pengaliran
listrik dengan menekan switch H1 dan H2 ( arus listrik jangan dibiarkan
mengalir apabila still-pot sedang kosong).
4. Bila pendingin sudah berlangsung dan condensat telah tertampung, operasi
ini dibiarkan terus sampai berkali-kali sampai selama 1 jam.
5. Ambil sampel dari hasil destilasi dan dari still pot kira-kira 10 cc untuk
masing-masing. Kemudian dianalisa untuk mengetahui Indeks refraktive
atau kerapatan. Kemudian dengan cara yang sama lakukan percobaan
dengan membuka stopcock k2 dan K3 secara berurutan.
6. Percobaan diulangi dengan memasukkan larutan berikutnya dengan kadar
yang berbeda-beda secara berturut-turut.hasil pengamatan percobaan
isikan kedalam lembar data.
C. Gambar Percobaan
BAB IV
ρ1 : 0,79 gr/ml
ρ2 : 1 gr/ml
V1 : 202,7 ml
V2 : 97,3 ml
Mf = ———————
𝑉1.𝜌1 𝑉2.𝜌2
+
𝑚1 𝑚2
𝑉1.0,79 𝑔𝑟/𝑚𝑙
32 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
0,48 = ——————————
𝑉1.0,79 𝑔𝑟/𝑚𝑙 (300−𝑉1).1
+
32 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
0,0246 𝑉1 𝑚𝑙/𝑚𝑜𝑙
0,48 = ——————————
300−𝑉1
0,0246 𝑉1 𝑚𝑙/𝑚𝑜𝑙 + 18
0,0246 𝑉1 𝑚𝑙/𝑚𝑜𝑙
0,48 = ——————————
0,4428.𝑉1 300−𝑉1
+ 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
0,0246 𝑉1 𝑚𝑙/𝑚𝑜𝑙
0,48 = ——————————
𝑚𝑙
0,4428.𝑉1 − 𝑉1+300
𝑚𝑜𝑙
18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
0,0246 𝑉1
0,48 = ——————————
−0,5572.𝑉1+300
18
−0,5572.𝑉1+300
0,48 = 0,0246 V1
18
144 = 0,7102 V1
V1 = 202,7 ml
V2 = (300 – v1)
= (300 – 202,7)ml
= 97,3 ml
Pembuktian :
𝑉1.𝜌1
𝑚1
Mf = ———————
𝑉1.𝜌1 𝑉2.𝜌2
+
𝑚1 𝑚2
Mf = ——————————
202,7 𝑚𝑙 𝑥 0,79 𝑔𝑟/𝑚𝑙 97,3𝑚𝑙.1 𝑔𝑟/𝑚𝑙
+
32 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
5,0041 𝑚𝑜𝑙
Mf = ——————————
5,0041 𝑚𝑜𝑙
Mf = 10,4096 𝑚𝑜𝑙
Mf = 0,4807
yA + y B = 1
Destilat
YA + YB = 1 YA + YB = 1
YB = 1 – YA YB = 1 - YA
YB = 1- 0,84 YB = 1- 0,695
YB = 0,16 YB = 0,305
Untuk K II Untuk K IV
YA + YB = 1 YA + YB = 1
YB = 1 – YA YB = 1 - YA
YB = 1- 0,765 YB = 1- 0,65
YB = 0,235 YB = 0,35
XA + X B = 1
Residu
Untuk K I Untuk K II
XA + XB = 1 XA + XB = 1
XB= 1 – XA XB= 1 – XA
XB= 1 – 0,64 XB= 1 – 0,495
XB= 0,36 XB= 0,505
XA + XB = 1 XA + XB = 1
XB= 1 – XA XB= 1 – XA
XB= 1 – 0,365 XB= 1 – 0,30
XB= 0,635 XB= 0,7
YA/XB
𝛼 𝐴 − 𝐵 = YB/XA
Untuk K I
YA/XB
𝛼 𝐴 − 𝐵 = YB/XA
0,84/0,36
= 0,16/0,64
2,3333
= 0.25
= 9,3332
Untuk K II
YA/XB
𝛼 𝐴 − 𝐵 = YB/XA
0,765/0,505
= 0,235/0,495
1,5148
= 0.4747
= 3,1910
Untuk K III
YA/XB
𝛼 𝐴 − 𝐵 = YB/XA
0,695/0,635
= 0,305/0,365
1.0944
= 0,8356
= 1,3097
Untuk K IV
YA/XB
𝛼 𝐴 − 𝐵 = YB/XA
065/0,7
= 0,35/0,30
0,9285
= 1,1666
= 0,7959
4. Mencari nilai Pengaruh temperatur
t
α A-B = 8,9 [(TA+TB)]
Untuk K I
t
α A-B = 8,9 [(TA+TB)]
35,5 K
= 8,9 [(341 K + 345 K )]
35,5
= 8,9 [ 686 ]
= 0,46
Untuk K II
t
α A-B = 8,9 [(TA+TB)]
35,5 K
= 8,9 [(343 K + 349 K )]
35,5
= 8,9 [ 692 ]
= 0,456
Untuk K III
35,5 K
= 8,9 [(347 K + 351 K )]
35,5
= 8,9 [ 698 ]
= 0,452
Untuk K IV
t
α A-B = 8,9 [(TA+TB)]
35,5 K
= 8,9 [(349 K + 353 K )]
35,5
= 8,9 [ 702 ]
= 0,450
C. Grafik
1. Diagram titik didih campuran vs Mol fraksi uap cair
2. Grafik Konsentrasi Metanol Vs Indeks Bias
D. Tabulasi Data
KESIMPULAN
Dengan diketahui nya harga Relative volatility dari suatu larutan maka
dapat juga diketahui hubungan antara mole fraksi dalam fasa uap dan mole
fraksi dalam fasa cair dan komponen-komponen yang terdapat pada
larutan.
Kesetimbangan Fase Uap-Cair akan seimbang pada K2,K3, dan K4
Untuk membuat larutan methanol 48% dalam 300 ml diperlukan methanol
202,7 ml dan 97,3 air.
Untuk mengetahui keseimbangan fasa uap-cair dari suatu larutan biner
dapat dinyatakan dari Relative volatilitynya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II. 2016 PTKI: Medan
Butanol + Air Dan Iso-Butanol Air Pada 101,3 Kpa’. Jurusan Teknik
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 1999.Operasi Teknik Kimia,edisi keempat, jilid
2, Erlangga, Jakarta