Anda di halaman 1dari 2

Faktor resiko menurunnya penglihatan pada hifema traumatik: Jakarta

Eye Trauma Study

Tujuan : Untuk melaporkan faktor resiko menurunnya penglihatan pada hifema traumatik.
Bahan dan metode: Suatu penelitian retrospektif dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dari rekam medis antara Januari 2011 dan Desember 2015 di Jakarta, Indonesia. Data klinis
termasuk ketajaman penglihatan awal (IVA), hasil akhir ketajaman penglihatan (FVA) dalam
3 bulan, evaluasi dengan menggunakan slit lamp untuk menentukan derajat hifema, tekanan
intraokular, temuan fundus dengan oftalmoskop direk atau indirek.
Hasil : Penelitian termasuk 97 pasien, dengan laki-laki yang terbanyak dengan perbandingan
9:1. Peluru soft gun merupakan penyebab terbanyak _27,8%), kecelakaan kerja (12,4%),
cedera olahraga (14,4%), kecelakaan lalu lintas (2,1%) dan penyebab lain (43,3%). Rendahnya
hasil penglihatan biasanya disebabkan oleh perdarahan vitreus, katarak, iridodialisis, dan
ruptur koroid. Pada analisis statistik, faktor resiko signifikan merupakan kausalitas (P=0,018),
IVA (P=0,026), onset cedera (0,000), dan derajat hifema (P=0,000).
Kesimpulan : Derajat hifema, IVA, penyebab, onset cedera merupakan faktor resiko signifikan
yang berhubungan dengan menurunnya penglihatan pada hifema traumatik.

PENDAHULUAN
Trauma mata merupakan penyebab yang terbanyak yang menyebabkan kecacatan pada mata
dan penglihatan pada anak-anak maupun dewasa muda. Penurunan penglihatan yang
disebabkan oleh trauma tumpul sering dapat dicegah. Hifema traumatik secara umum dapat
dilihat pada anak maupun dewasa muda dengan insiden sekitar 2 dari 10.000 anak per tahun.
Rata-rata insiden per tahun hifema yaitu 17 dari 100.000, dengan insiden tertinggi antara 10
dan 20 tahun. Rata-rata umur yang dilaporkan adalah 25 tahun. Cedera olahraga merupakan
60% dari hifema traumatik.
Dua pertiga hifema traumatik disebabkan oleh trauma tumpul, dan 1/3 disebabkan oleh ruptur
bola mata. Kompresi anteroposterior pada bola mata dan pemanjangan simultan dari area
ekuator yang disebabkan oleh trauma tumpul bola mata atau jaringan peribulbar diikuti oleh
peningkatan tekanan pada segmen anterior secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan ruptur ada
iris dan/atau pembuluh darah badan siliar dan akhirnya menyebabkan perdarahan pada anterior
chamber (AC). Perdarahan dapat total atau parsial, biasanya menempati bagian terendah pada
AC disebabkan oleh gaya gravitasi. Perdarahan sekunder dapat terjadi setelah pemecahan
gumpalan darah, mengecilnya gumpalan darah, dan kontraksi pada pembuluh darah yang
terkena trauma. Mekanisme lain dari hifema disebabkan oleh kerusakan langsung pada
pembuluh darah dan hipotoni post-trauma.

Laporan dari negara berkembang bahwa kerusakan berat pada mata pada jam kerja dan waktu
santai di rumah. Kondisi ini terjadi berbeda-beda di Jakarta dengan beberapa rumah sakit
tersier, dimana insidensinya berhubungan dengan aktifitas di luar (outdoor). Terdapat beberapa
penelitian terbatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi FVA. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk melaporkan faktor resiko yang berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan yang disebabkan trauma tumpul bola mata.

BAHAN DAN METODE


Ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif pada semua pasien dengan hifema traumatik
yang berhubungan dengan cedera bola mata tertutup, mengacu pada rumah sakit tersier antara
Januari 2011 dan Desember 2015 di Jakarta, Indonesia. Penelitian ini dilakukan sesuai prinsip
Deklarasi Helsinki. Komite etik Universitas Kristen Indonesia memberikan persetujuan untuk
penelitian ini.

Data-data pasien dikumpulkan dari rekan medis. Data-data tersebut meliputi umur, jenis
kelamin, penyebab dan letak cedera, onset kerusakan, selang waktu antara terjadinya trauma
dan penatalaksanaannya, dan pengobatan yang didapat sebelum mereka masuk rumah sakit.
Tambahan data yang didapat yaitu IVA, dan follow-up FVA pada 3 bulan dengan kartu Snellen,
yang dikonversi ke LogMAR untuk analisis statistik. Individu-individu dengan kerusakan bola
mata terbuka dan hifema non traumatik tidak termasuk pada penelitian ini. Individu dengan
follow-up <3 bulan tidak termasuk pada analisis. Data dikumpulkan selama follow-up
termasuk koreksi terbaik pada ketajaman penglihatan dan komplikasi yang terjadi pada segmen
anterior dan posterior jika ada. Hasil akhir dikatakan buruk apabila VA <0,1.

Data klinis didapatkan derajat hifema, berdasarkan temuan dari hasil pemeriksaan dengan slit
lamp, tekanan intraokular, oftalmoskop direk atau indirek. Derajat hifema yaitu derajat 1 (darah
terisi <1/3 pada AC); Derajat 2 (darah terisi 1/3-1/2 pada AC); derajat 3 (darah terisi >1/2 AC),
dan derajat 4 (hifema total entah bekuan darah berwarna merah atau hitam).

Semua pasien menjalani pemeriksaan dasar. Riwayat spesifik penyakit mengenai terjadinya
trauma dan riwayat penyakit umum tentang penyakit lain (anemia, penyakit darah, riwayat
pengobatan, dan penyakit hati atau ginjal) didapatkan dari rekam medis. Semua pasien dengan
hifema traumatik datang ke rumah sakit dan di tatalaksana termasuk pembatasan aktifitas fisik,
tetes mata sikloplegik (atropin 1% 2x sehari), kortikosteroid topikal, dan patching pada mata
yang terkena dengan pelindung yang keras. Mata dengan peningkatan tekanan intraokular di
terapi dengan agen topikal dan sistemik untuk menurunkan tekanan intraokular, dengan timolol
maleat 0,5% tetes mata dan oral inhibitor karbonik anhidrase (kecuali terdapat kontraindikasi).
Mata dengan hifema total dan glaukoma tidak terkontrol menjalani parasintesis dan irigasi AC.

Kami menganalisis data dengan menggunakan SPSS versi 21.0 (SPSS,Inc.,Chicago, IL, USA)
pada semua analisis statistik, dan P<0,05 dinilai signifikan secara statistik.

HASIL
Terdapat 97 pasien yang

Anda mungkin juga menyukai