Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau curahan,

sedangkan melitus artinya gula atau madu. Dengan demikian secara bahasa,

diabetes melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula,

yang dimaksud dalam hal ini adalah air kencing. Secara umum diabetes melitus

adalah suatu keadaan yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin sesuai

kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang

dihasilkan. Dalam hal ini, terjadi lonjakan kadar gula dalam melebihi normal.

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Tholib, 2016).

Menurut Shadine (2010) Diabetes adalah suatu penyakit dengan peningkatan

glukosa darah diatas normal. Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya

oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Peningkatan jumlah penderita

diabetes akhir-akhir ini sangat cepat, dan banyak diantaranya tidak menyadarinya

betapa seriusnya penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa penderita

tidak merasakan timbulnya gejala-gejala diabetes.

1
2

Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 menunjukkan bahwa 1

dari 12 orang di dunia menderita DM. Total penderita DM di seluruh dunia

berjumlah 387 juta jiwa (8,3%), jumlah penderita DM yang meninggal di tahun

2014 mencapai angka 4,9 juta jiwa (IDF, 2014). Jumlah penderita DM di

Indonesia pada tahun 2014 adalah 9,1 juta jiwa (5,81%). DM yang tidak

terdiagnosis berjumlah 4,8 juta (5,27%), penderita yang meninggal akibat DM

berjumlah 175.836 jiwa (1.9%), diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang

menderita DM di tahun 2035 mencapai angka 14,1 juta (IDF, 2014) .

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

intervensi terapi seumur hidup. Penyakit Diabetes Melitus dapat dikontrol dengan

cara mengendalikan kadar gula darah dalam batas normal. Penyakit ini akan

menyertai penderita seumur hidup penderita sehingga akan mempengaruhi

terhadap kecemasan penderita baik dari keadaan kesehatan fisik, psikologis, social

dan lingkungan (Copel, 2007 dalam Jauhari, 2016).

Kecemasan pada penderita diabetes melitus dikarenakan bahwa diabetes dianggap

merupakan suatu penyakit yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif

yang kompleks terhadap kelangsungan kecemasan individu. Kecemasan terjadi

karena seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis (Issacs A,

2005 dalam Jauhari, 2016).

Aspek sosial pada penderita diabetes melitus tipe 2 sangat penting diperhatikan

karena pada kenyataannya diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis

yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar. Salah satu
3

aspek sosial tersebut adalah dukungan sosial (Hasanat, 2010 dalam Jauhari, 2016).

Dukungan sosial merupakan bentuk interaksi antar individu yang memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis melalui terpenuhinya kebutuhan akan keamanan.

Dukungan sosial dapat berpengaruh terhadap kecemasan pada penderita diabetes

melitus tipe 2 dengan meregulasi proses psikologis dan memfasilitasi perubahan

biologis (Jauhari dan Kurniawati, 2008 dalam Jauhari, 2016).

Tindakan untuk mengatasi kecemasan ada dua cara yaitu farmakologi dan non

farmakologi. Tindakan non farmakologi diantaranya adalah relaksasi, distraksi,

aromaterapi, dan massage. Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi

nonfarmakologis, yaitu complementary and alternative therapies (CATs) yang

dikelompokkan ke dalam Mind-body and spiritual terapies. Relaksasi pertama

kali dikenalkan oleh seorang psikolog dari Chicago yang bernama Jacobson.

Metode fisiologis yang dikembangkan untuk melawan ketegangan dan kecemasan

yang disebut relaksasi progresif. Relaksasi progresif merupakan suatu teknik

relaksasi yang berguna untuk mengurangi ketegangan otot. Jacobson berpendapat,

bahwa semua bentuk ketegangan, termasuk ketegangan mental didasarkan pada

kontraksi otot (Sheridan dan Radmacher, 1992 dalam Solehati dan Kosasih,

2015).

Relaksasi otot progresif merupakan suatu metode yang terdiri atas peregangan dan

relaksasi sekelompok otot, serta memfokuskan pada perasaan rileks

(Ignativiticious, 1995 dalam Solehati dan Kosasih, 2015). Menurut Herodes

(2010) dalam Setyoadi dan Kushariyadi (2011) relaksasi otot progresif adalah

teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau
4

sugesti. Teknik relaksai otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas

otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan

dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks.

Hal ini dibuktikan oleh penelitian Rahayu, Rochmawati, Purnomo (2014) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 Wilayah Kerja Puskesmas

Karangdoro Semarang. Dari nilai mean dan median, terlihat bahwa terjadi

penurunan tingkat kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2, dimana nilai

mean dan median sebelum dilakukan terapi adalah 3,725 dan 4 menjadi 2,325 dan

2. Hal ini menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan

terapi relaksasi otot progresif.

Penelitian juga dilakukan oleh Maghfirah, Sudiana, Widyawati (2015) dalam

penelitiannya di RSUD.Dr.Harjono Ponorogo didapatkan penurunan tingkat stres

pada pasien diabetes mellitus tipe 2 setelah dilakukan terapi relaksasi otot

progresif dengan jumlah 30 responden yang terdiri dari 14 orang kelompok

perlakuan dan 16 orang kelompok kontrol. Dimana pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol didapatkan hasil dengan tingkat stres psikologis sebelum

dilakukan intervensi 0,307 % dan sesudah dilakukan intervensi menjadi 0,035%.

Jadi didapatkan kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh relaksasi otot

progresif terhadap penurunan tingkat stres psikologis.

Berdasarkan penelitian tersebut penulis akan melakukan asuhan keperawatan pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan masalah keperawatan kecemasan


5

menggunakan teknik relaksasi otot progresif di Puskesmas Gedong Air Bandar

Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Diabetes adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal.

Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang

diproduksi oleh pankreas. Peningkatan jumlah penderita diabetes akhir-akhir ini

sangat cepat, dan banyak diantaranya tidak menyadarinya betapa seriusnya

penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa penderita tidak merasakan

timbulnya gejala-gejala diabetes. Kecemasan pada penderita diabetes melitus

dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu penyakit yang

menakutkan, karena mempunyai dampak negatif yang kompleks terhadap

kelangsungan kecemasan individu. Kecemasan terjadi karena seseorang merasa

terancam baik secara fisik maupun psikologis. Tindakan untuk mengatasi

kecemasan ada dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Tindakan non

farmakologi diantaranya adalah relaksasi, distraksi, aromaterapi, dan massage.

Relaksasi progresif merupakan suatu teknik relaksasi yang berguna untuk

mengurangi ketegangan otot. Relaksasi otot progresif dapat menurunkan

kecemasan khususnya pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan latar

belakang diatas, maka ditarik rumusan masalah “Bagaimana pengaruh teknik

relaksasi otot progresif untuk menurunkan tingkat kecemasan ringan sebelum dan

sesudah diberikan intervensi?”


6

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi dan menganalisa pada klien DM tipe 2 tentang penerapan

teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan kecemasan yang dilakukan di

Puskesmas Gedong Air Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum dilakukan teknik relaksasi otot

progresif.

2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot

progresif.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi ataupun

referensi yang berkaitan dengan ilmu keperawatan dan menambah pengetahuan

bagi peneliti yang melakukan pengembangan penelitian selanjutnya.


7

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan wawasan dan menambah pengalaman bagi peneliti dalam

pelaksanaaan terapi relaksasi otot progresif untuk menurunkan kecemasan

pada pasien Diabetes Melitus.

2) Bagi Tempat Peneliti

Dapat digunakan sebagai informasi dalam pelayanan keperawatan pasien yang

mengalami kecemasan pada pasien Diabetes Melitus.

3) Bagi Responden

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pasien tentang relaksasi otot

progresif yang dapat menurunkan kecemasan pada Diabetes Melitus.

4) Bagi Institusi Panca Bhakti

Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan sebagai tambahan

referensi bagi mahasiswa di institusi pendidikan serta dapat menambah rasa

ingin tahu mahasiswa tentang terapi relaksasi otot progresif terhadap

penurunanan kecemasan pada pasien Diabetes Melitus.

Anda mungkin juga menyukai