PENDAHULUAN
Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau curahan,
sedangkan melitus artinya gula atau madu. Dengan demikian secara bahasa,
diabetes melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula,
yang dimaksud dalam hal ini adalah air kencing. Secara umum diabetes melitus
adalah suatu keadaan yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin sesuai
kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang
dihasilkan. Dalam hal ini, terjadi lonjakan kadar gula dalam melebihi normal.
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Tholib, 2016).
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya
oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Peningkatan jumlah penderita
diabetes akhir-akhir ini sangat cepat, dan banyak diantaranya tidak menyadarinya
betapa seriusnya penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa penderita
1
2
berjumlah 387 juta jiwa (8,3%), jumlah penderita DM yang meninggal di tahun
2014 mencapai angka 4,9 juta jiwa (IDF, 2014). Jumlah penderita DM di
Indonesia pada tahun 2014 adalah 9,1 juta jiwa (5,81%). DM yang tidak
intervensi terapi seumur hidup. Penyakit Diabetes Melitus dapat dikontrol dengan
cara mengendalikan kadar gula darah dalam batas normal. Penyakit ini akan
terhadap kecemasan penderita baik dari keadaan kesehatan fisik, psikologis, social
karena seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis (Issacs A,
Aspek sosial pada penderita diabetes melitus tipe 2 sangat penting diperhatikan
yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar. Salah satu
3
aspek sosial tersebut adalah dukungan sosial (Hasanat, 2010 dalam Jauhari, 2016).
Tindakan untuk mengatasi kecemasan ada dua cara yaitu farmakologi dan non
aromaterapi, dan massage. Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi
kali dikenalkan oleh seorang psikolog dari Chicago yang bernama Jacobson.
kontraksi otot (Sheridan dan Radmacher, 1992 dalam Solehati dan Kosasih,
2015).
Relaksasi otot progresif merupakan suatu metode yang terdiri atas peregangan dan
(2010) dalam Setyoadi dan Kushariyadi (2011) relaksasi otot progresif adalah
teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau
4
sugesti. Teknik relaksai otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas
Hal ini dibuktikan oleh penelitian Rahayu, Rochmawati, Purnomo (2014) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap tingkat
Karangdoro Semarang. Dari nilai mean dan median, terlihat bahwa terjadi
penurunan tingkat kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2, dimana nilai
mean dan median sebelum dilakukan terapi adalah 3,725 dan 4 menjadi 2,325 dan
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 setelah dilakukan terapi relaksasi otot
perlakuan dan 16 orang kelompok kontrol. Dimana pada kelompok perlakuan dan
Jadi didapatkan kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh relaksasi otot
Lampung.
Diabetes adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal.
Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang
penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa penderita tidak merasakan
kecemasan ada dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Tindakan non
relaksasi otot progresif untuk menurunkan tingkat kecemasan ringan sebelum dan
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan khusus.
progresif.
progresif.
1.4 Manfaat
1) Bagi Peneliti
3) Bagi Responden