DI SUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita berikan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang ”Makalah Pancasila
(Lambang Persatuan Indonesia & Perubahan UUD” ini, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan makalah kami ini untuk memenuhi tugas dosen,dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi kami sendiri.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat dapat dipahami serta berguna,
khususnya kepada kami dan tentunya kepada semua orang yang membaca. Kami
mohon maaf atas segala kesalahan kata-kata yang mungkin kurang berkenan, dan
kembali lagi kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan
di masa yang mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lambang Negara ......................................................................... 3
2.1.1 Bentuk Lambang Negara Persatuan Indonesia .......................................... 3
2.2 Perubahan UUD Aturan Peralihan dan Tambahan ....................................... 4
2.2.1 Pengertian UUD 1945 ................................................................................ 4
2.2.2 Amademen (Perubahan) UUD 1945 .......................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari situ lahirlah nama Garuda Pancasila yang disepakati sebagai perwujudan
ideologi Pancasila yang selesai disempurnakan pada tahun 1950an. Dalam
perancangan lambang negara Indonesia sendiri dibuatlah tim khusus dengan nama
Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Sultan Hamid II dengan panitia
teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh
Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi
usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Setelah dilakukannya sayembara terpilihlah dua rancangan lambang negara
terbaik, yaitu karya M Yamin dan karya Sultan Hamid II. Namun karya M Yamin
terlalu memperlihatkan visual yang berbau Jepang. Terpilihlah karya Sultan
Hamid II, lalu mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Dan sampai
pada tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar Lambang Negara yang telah
diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno.
1
Penggunaan Lambang Negara, dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Soepratman diciptakan tahun 1924. Pada tahun 1928 Wage Rudolf
Soepratman mengumumkan dan menyatakan bahwa lagu karangannya
menjadi atau ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia yang diberi judul
“ Indonesia Raya ”
4. Lambang Negara yaitu Pancasila Seperti pada Undang – undang Dasar 1945
yang telah di tetapkan bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila. Pancasila disini yang dimaksud adalah burung garuda yang
melambangkan kekuatan bangsa Indonesia. Burung garuda sebagai lambang
negara Indonesia memiliki warna emas yang melambangkan kejayaan
Indonesia. Sedangkan perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa
Indonesia. Simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila
dalam pancasila,yaitu:
a) Bintang melambangkan sila ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1).
b) Rantai melmbangkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (sila ke-
2).
c) Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3).
d) Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila ke-4).
e) Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia (sila ke-5).
4
didalamnya. Setelah naskah resmi dimuat dan disiarkan dalam berita republic
Indonesia pada tanggal15 Februari 1946, penjelasan terebut telah menjadi bagian
daripadanya, sehingga pengertian UUD 45 seperti yng dinyatakan diatas meliputi
pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.
UUD sebagai hukum tertulis mempunyai kerangka tata aturan atau tata tingkatan
norma hukum yang berlaku dan menempati kedudukan yang tinggi, yang
mempunyai fungsi sebagai alat pengontrol bagi norma hukum yang
kedudukannya lebih rendah, apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang Dasar.
Selain UUD sebagai hukum dasar tertulis, masih ada hokum lainnya yang tidak
tertulis, yaitu dalam penjelasan UUD 45 dinyatkan sebagai “Aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun
tidak tertulis’ yang dikenal dengan sebutan konvensi. Konvensi merupakan
aturan-aturan pelengkap yang mengisi kekosongan yang timbul dalam praktik
kenegaraan yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar. Dengan adanya
konvensi itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang Dasar.
5
Sebenarnya bukan istilah ‘amandemen’ lagi yang digunakan, melainkan
‘perubahan’. Jadi yang benar adalah “Hasil Perubahan UUD 1945”, bukan “Hasil
Amandemen UUD 1945”. Perubahan UUD ini tidak dilakukan berkali-kali,
melainkan hanya satu kali yaitu selama rentang waktu tahun 1999-
2002.Perubahan tersebut melputi 4 tahap, antara lain :
1. Tahap 1 : Tahun 1999
2. Tahap 2 : Tahun 2000
3. Tahap 3 : Tahun 2001
4. Tahap 4 : Tahun 2002
Perubahan UUD 1945 banyak menghadirkan hal-hal baru. Misalnya pada nama
UUD kita. Sebelum perubahan nama UUD kita adalah UUD 1945, tetapi setelah
perubahan namanya yang baku menjadi Undang-Undang Dasar Negar Republik
Indonesia Tahun 1945. Selain itu, juga terjadi perubahan dalam bab, pasal, dan
ayatnya.
Perubahan UUD bukan suatu yang ditabukan, tapi merupakan tuntutan sejarah.
Perubahan UUD sudah bisa diprediksi oleh Ir. Soekarno. Pada saat pembahasan
penetapan UUD sudah dikemukakan bahwa UUD kita memang sudah sederhana
namun jika suatu saat terjadi perkembangan zaman boleh diubah agar bisa
menyesuaikan atau beradaptasi. Jadi ini juga merupakan amanat dari Ir. Soekarno.
6
disebut hak prerogatif dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan
membentuk Undang-undang.
c) UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir).
d) UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan
Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden
juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan
hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
e) Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah.
2. Tujuan perubahan UUD 1945 :
a) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
b) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan
kedaulatan rakyat
c) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
d) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis
dan modern
e) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan
Negara
f) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara
3. Kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan UUD 1945 :
a) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
b) Tetap mempertahankan NKRI
c) Mempertegas sikap pemerintahan presidensial
d) Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke
dalam pasal-pasal.
7
Perubahan terhadap UUD 1945, dilakukan melalui mekanisme sidang MPR
yaitu :
a) Sidang Umun MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b) Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c) Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d) Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002
Perubahan Pertama
Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16
ayat, yaitu :
1. Pasal 5 ayat 1 : Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada
DPR
2. Pasal 7 : Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden
3. Pasal 9 ayat 1 dan 2 : Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
4. Pasal 13 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan dan Penempatan Duta
5. Pasal 14 ayat 1 : Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
6. Pasal 14 ayat 2 : Pemberian amnesty dan abolisi
7. Pasal 15 : Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
8. Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan Menteri
9. Pasal 20 ayat 1-4 : DPR
10. Pasal 21 : Hak DPR untuk mengajukan RUU
Perubahan Kedua
Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
1. Bab VI : Pemerintahan Daerah
2. Bab VII : Dewan Perwakilan Daerah
3. Bab IX A : Wilayah Negara
4. Bab X : Warga Negara dan Penduduk
5. Bab XA : Hak Asasi Manusia
6. Bab XII : Pertahanan dan Keamanan
7. Bab XV : Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
8
Perubahan Ketiga
Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
1. Bab I : Bentuk dan Kedaulatan
2. Bab II : MPR
3. Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
4. Bab V : Kementrian Negara
5. Bab VII A: DPR
6. Bab VII B : Pemilihan Umum
7. Bab VIII A : BPK
Perubahan Keempat
Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31
butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam perubahaan keempat ini
ditetapkan bahwa :
1. UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
2. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal
18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
3. Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan pengubahan
substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang “Kekuasaan
Pemerintahan Negara”.
Aturan Peralihan
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II
9
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Aturan Tambahan
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap
materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada
Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 2003.
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal.
Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia ke-6 (lanjutan) tanggal 10 Agustus 2002 Sidang
Tahunan Majelis Permusyaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik sutau
kesimpulan bahwa sesungguhnya materi muatan yang terkandung pada Konstitusi
Indonesia (UUD 1945) mencakup hal-hal mengenai politik, ekonomi, hukum dan
HAM. Diaturnya hampir semua elemen kehidupan manusia ini memberikan
konsekuensi terhadap pelaksanaan ketatanegaraan yang harus berdasarkan kepada
kepentingan rakyat banyak atau tujuan negara itu sendiri. Mengenai ketentuan
ekonomi pada konstitusi Indonesia sudah mengalami perbaikan yang sangat
berarti, jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum diamandemen. Harus juga
dipahami prinsip perekonomian seperti halnya, kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan,
kemajuan, kesatuan ekonomi nasional . Seluruhnya harus dijadikan pedoman
pelaksanaan perekonomian di Indonesia.
3.2 Saran
Saran yang dapat diajukan dalam makalah “Perubahan Pembentukan Konstitusi
atau UUD 1945” ini yaitu diharapkan agar pemerintah dalam membuat ketentuan
mengenai susunan kelambagaan dan pelaksanaan Lembaga Perwakilan, lebih
tepatnya mengenai pengaturan hukumnya yang nampaknya masih dirasakan
bingung menamakan sistem perwakilan yang berlaku agar konstitusi yang
dikaitkan dengan negara hukum selain maksud untuk membatasi dan mengatur
kekuasaan negara yang sedang berlangsung perlu juga mementingkan
kesejahteraan rakyat banyak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Thaib, dkk,. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Soemantri, Sri. 2006. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi dalam Batang-
Tubuh UUD 1945 (Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945), Ed. II,
Cet. 1, Alumni. Bandung.
12