Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

(Lambang Persatuan Indonesia & Perubahan UUD)

DI SUSUN OLEH :

Vicky Prayga 1926114


Riska Anisa 1926100
Riska Yolanda A 1926098
Rona Safitri 1926102
Saftalia Suryati 1926104
Selvi Utami 1926104

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita berikan kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang ”Makalah Pancasila
(Lambang Persatuan Indonesia & Perubahan UUD” ini, tepat pada waktunya.

Adapun tujuan pembuatan makalah kami ini untuk memenuhi tugas dosen,dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,khususnya bagi kami sendiri.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat dapat dipahami serta berguna,
khususnya kepada kami dan tentunya kepada semua orang yang membaca. Kami
mohon maaf atas segala kesalahan kata-kata yang mungkin kurang berkenan, dan
kembali lagi kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan
di masa yang mendatang.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lambang Negara ......................................................................... 3
2.1.1 Bentuk Lambang Negara Persatuan Indonesia .......................................... 3
2.2 Perubahan UUD Aturan Peralihan dan Tambahan ....................................... 4
2.2.1 Pengertian UUD 1945 ................................................................................ 4
2.2.2 Amademen (Perubahan) UUD 1945 .......................................................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 11
3.2 Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lambang negara merupakan perwujudan sebuah ideologi dari suatu negara. Dari
situ lambang negara juga dapat diartikan sebagai indentitas suatu kalangan yang
berisi kepribadian yang dipegang saat menjalankan sebuah pemerintahan.
Penggunaan lambang negara diharapkan pembeda untuk bangsa-bangsa lain. Dari
beberapa lambang negara yang ada, sebagian diantaranya menggunakan figur
burung. Figur burung sendiri dianggap mampu merepresentasikan keberagaman
dan kekuatan sebuah negara. Di Indonesia sendiri, Garuda dipakai sebagai
lambang negara setelah dilebur dengan nilai nilai luhur yang disebut Pancasila.

Dari situ lahirlah nama Garuda Pancasila yang disepakati sebagai perwujudan
ideologi Pancasila yang selesai disempurnakan pada tahun 1950an. Dalam
perancangan lambang negara Indonesia sendiri dibuatlah tim khusus dengan nama
Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Sultan Hamid II dengan panitia
teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh
Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi
usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Setelah dilakukannya sayembara terpilihlah dua rancangan lambang negara
terbaik, yaitu karya M Yamin dan karya Sultan Hamid II. Namun karya M Yamin
terlalu memperlihatkan visual yang berbau Jepang. Terpilihlah karya Sultan
Hamid II, lalu mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Dan sampai
pada tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar Lambang Negara yang telah
diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno.

Mempertimbangkan derajat kepentingan sebuah lambang maka beberapa negara


hingga kini menerapkan hukum yang ketat untuk mengatur tentang lambang
negaranya, termasuk perbedaan satu dengan yang lainnya, sebagaimana Burung
Garuda diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 1951 tentang
Lambang Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang

1
Penggunaan Lambang Negara, dan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan beberapa
rumusan masalah antara lain:
1. Apa sajakah lambang persatuan indonesia ?
2. Bagaimana perubahan UUD?
3. Bagaimana aturan peralihan dan tambahan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui lambing persatuan Indonesia.
2. Untuk mengetahui perubahan UUD.
3. Untuk mengetahui aturan peralihan dan tambahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lambang Negara


Lambang/simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai
yang dipelajari dan direspon manusia dalam pengertian makna dan nilainya.
Suatu simbol disebut siginifikan atau memiliki makna apabila simbol itu
membangkitkan individu yang menyampaikan respon, demikian hal-nya akan
muncul pada individu yang dituju. Simbol atau lambang adalah semacam tanda,
lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau
yang mengandung maksud tertentu.

2.1.1 Bentuk Lambang Negara Persatuan Indonesia


1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia Sebagai mana
kita ketahui, setiap negara memiliki bahasa yang berbeda – sebagai ciri khas
yang di miliki oleh Negara tersebut. Begitu pula dengan Indonesia, Indonesia
memiliki beragam bahasa hampir setiap wilayah atau daerah memiliki bahasa
tersendiri, Seperti jawa, Madura, papua, batak, sunda, ambon, aceh, dll. Dan
bahasa tersebut di gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk
bertukar pikiran maupun mengeluarkan pendapatnya.
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih Bendera merupakan salah satu
lambang yang menjadi Identitas yang dapat di kenali saat melihat warna serta
motif gambar di dalamnya. Setiap Negara pasti memiliki bendera sebagai ciri
dari Negara tersebut. Seperti Indonesia, Bendera Indonesia berwarna Merah
dan Putih, seperti yang sudah tertera dalam UUD 1945 pasal 35 yang
menyebutkan bahwa “ Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih”.
Warna Merah dan Putih yang menjadi warna pilihan yang di pilih untuk
melambangkan Indonesia itu memiliki arti Merah artinya Berani sedangkan
Putih artinya Suci, yang diharapkan masyarakat Infdonesia bisa memikili jiwa
Berani dan Suci seperti lambang Bendera Indonesia.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya Lagu kebangsaan Indonesia
dipublikasikan pada tahun 1928, yang dikarang oleh Wage Rudolf

3
Soepratman diciptakan tahun 1924. Pada tahun 1928 Wage Rudolf
Soepratman mengumumkan dan menyatakan bahwa lagu karangannya
menjadi atau ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia yang diberi judul
“ Indonesia Raya ”
4. Lambang Negara yaitu Pancasila Seperti pada Undang – undang Dasar 1945
yang telah di tetapkan bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda
Pancasila. Pancasila disini yang dimaksud adalah burung garuda yang
melambangkan kekuatan bangsa Indonesia. Burung garuda sebagai lambang
negara Indonesia memiliki warna emas yang melambangkan kejayaan
Indonesia. Sedangkan perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa
Indonesia. Simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila
dalam pancasila,yaitu:
a) Bintang melambangkan sila ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1).
b) Rantai melmbangkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (sila ke-
2).
c) Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3).
d) Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila ke-4).
e) Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia (sila ke-5).

2.2 Perubahan UUD, Aturan Peraliahan dan Aturan Tambahan


2.2.1 Pengertian UUD 1945
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari
dan tersusun atas 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Bagian pembukaan, terdiri atas 4 alinea
2. Bagian batang tubuh, terdiri dari 6 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan
pengalihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Bagian penjelasan, yang meliputi penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal.
Pada UUD disahkan olek PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 baru
meliputi pembukaan dan batang tubuh saja, sedangkan penjelasan belum termasuk

4
didalamnya. Setelah naskah resmi dimuat dan disiarkan dalam berita republic
Indonesia pada tanggal15 Februari 1946, penjelasan terebut telah menjadi bagian
daripadanya, sehingga pengertian UUD 45 seperti yng dinyatakan diatas meliputi
pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan.

Sedangkan undang-undang dasar menurut UUD 45 adalah hukum tertulis. Sebagai


hukum, UUD itu mengikat bagi pemerintah, lembaga Negara/masayarakat, serta
bagi warga Indonesia dimanapun berada. Dan sebagai hukum, undang-undang itu
berisikan norma-norma, aturan-aturan\ atau ketentuan-ketentuan yang harus
dilaksanakan dan ditaati.

Undang-undang dasar merupakan sumber hukum, peraturan atau keputusan


pemerintah termasuk kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan
bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi, dan pada akhirnya dapat
dipertanggungjawabkan pada ketentuan UUD 1945.

UUD sebagai hukum tertulis mempunyai kerangka tata aturan atau tata tingkatan
norma hukum yang berlaku dan menempati kedudukan yang tinggi, yang
mempunyai fungsi sebagai alat pengontrol bagi norma hukum yang
kedudukannya lebih rendah, apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang Dasar.
Selain UUD sebagai hukum dasar tertulis, masih ada hokum lainnya yang tidak
tertulis, yaitu dalam penjelasan UUD 45 dinyatkan sebagai “Aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun
tidak tertulis’ yang dikenal dengan sebutan konvensi. Konvensi merupakan
aturan-aturan pelengkap yang mengisi kekosongan yang timbul dalam praktik
kenegaraan yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar. Dengan adanya
konvensi itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang Dasar.

2.2.2 Amademen (Perubahan) UUD 1945

5
Sebenarnya bukan istilah ‘amandemen’ lagi yang digunakan, melainkan
‘perubahan’. Jadi yang benar adalah “Hasil Perubahan UUD 1945”, bukan “Hasil
Amandemen UUD 1945”. Perubahan UUD ini tidak dilakukan berkali-kali,
melainkan hanya satu kali yaitu selama rentang waktu tahun 1999-
2002.Perubahan tersebut melputi 4 tahap, antara lain :
1. Tahap 1 : Tahun 1999
2. Tahap 2 : Tahun 2000
3. Tahap 3 : Tahun 2001
4. Tahap 4 : Tahun 2002

Perubahan UUD 1945 banyak menghadirkan hal-hal baru. Misalnya pada nama
UUD kita. Sebelum perubahan nama UUD kita adalah UUD 1945, tetapi setelah
perubahan namanya yang baku menjadi Undang-Undang Dasar Negar Republik
Indonesia Tahun 1945. Selain itu, juga terjadi perubahan dalam bab, pasal, dan
ayatnya.

Perubahan UUD bukan suatu yang ditabukan, tapi merupakan tuntutan sejarah.
Perubahan UUD sudah bisa diprediksi oleh Ir. Soekarno. Pada saat pembahasan
penetapan UUD sudah dikemukakan bahwa UUD kita memang sudah sederhana
namun jika suatu saat terjadi perkembangan zaman boleh diubah agar bisa
menyesuaikan atau beradaptasi. Jadi ini juga merupakan amanat dari Ir. Soekarno.

1. Dasar Pemikiran untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945 :


a) Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
b) Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada
pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945
adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim

6
disebut hak prerogatif dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan
membentuk Undang-undang.
c) UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir).
d) UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan
Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden
juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan
hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
e) Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah.
2. Tujuan perubahan UUD 1945 :
a) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara
b) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan
kedaulatan rakyat
c) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM
d) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis
dan modern
e) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan
Negara
f) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara
3. Kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan UUD 1945 :
a) Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
b) Tetap mempertahankan NKRI
c) Mempertegas sikap pemerintahan presidensial
d) Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke
dalam pasal-pasal.

4. Hasil perubahan UUD 1945 :

7
Perubahan terhadap UUD 1945, dilakukan melalui mekanisme sidang MPR
yaitu :
a) Sidang Umun MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b) Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c) Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d) Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002

Perubahan Pertama
Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16
ayat, yaitu :
1. Pasal 5 ayat 1 : Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada
DPR
2. Pasal 7 : Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden
3. Pasal 9 ayat 1 dan 2 : Sumpah Presiden dan Wakil Presiden
4. Pasal 13 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan dan Penempatan Duta
5. Pasal 14 ayat 1 : Pemberian Grasi dan Rehabilitasi
6. Pasal 14 ayat 2 : Pemberian amnesty dan abolisi
7. Pasal 15 : Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
8. Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan Menteri
9. Pasal 20 ayat 1-4 : DPR
10. Pasal 21 : Hak DPR untuk mengajukan RUU

Perubahan Kedua
Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
1. Bab VI : Pemerintahan Daerah
2. Bab VII : Dewan Perwakilan Daerah
3. Bab IX A : Wilayah Negara
4. Bab X : Warga Negara dan Penduduk
5. Bab XA : Hak Asasi Manusia
6. Bab XII : Pertahanan dan Keamanan
7. Bab XV : Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan

8
Perubahan Ketiga
Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
1. Bab I : Bentuk dan Kedaulatan
2. Bab II : MPR
3. Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara
4. Bab V : Kementrian Negara
5. Bab VII A: DPR
6. Bab VII B : Pemilihan Umum
7. Bab VIII A : BPK

Perubahan Keempat
Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31
butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam perubahaan keempat ini
ditetapkan bahwa :
1. UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
2. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal
18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
3. Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dihapuskan dan pengubahan
substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang “Kekuasaan
Pemerintahan Negara”.

Aturan Peralihan
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.

Pasal II

9
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Aturan Tambahan
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap
materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada
Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 2003.
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal.
Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia ke-6 (lanjutan) tanggal 10 Agustus 2002 Sidang
Tahunan Majelis Permusyaratan Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik sutau
kesimpulan bahwa sesungguhnya materi muatan yang terkandung pada Konstitusi
Indonesia (UUD 1945) mencakup hal-hal mengenai politik, ekonomi, hukum dan
HAM. Diaturnya hampir semua elemen kehidupan manusia ini memberikan
konsekuensi terhadap pelaksanaan ketatanegaraan yang harus berdasarkan kepada
kepentingan rakyat banyak atau tujuan negara itu sendiri. Mengenai ketentuan
ekonomi pada konstitusi Indonesia sudah mengalami perbaikan yang sangat
berarti, jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum diamandemen. Harus juga
dipahami prinsip perekonomian seperti halnya, kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan,
kemajuan, kesatuan ekonomi nasional . Seluruhnya harus dijadikan pedoman
pelaksanaan perekonomian di Indonesia.

Terhadap ketentuan sosial yang terkadung tidak cukup mensejahterakan rakyat,


tetapi perlu juga diperhatikan demi kepentingan bersama untuk mencerdaskan
bangsa. Beberapa alasan diamandemennya UUD 1945 menjadi koreksi bagi
pemerintah atau para pelaksana perubahan UUD 1945 untuk secara langsung
melibatkan kepentingan rakyat dan aspirasi rakyat.

3.2 Saran
Saran yang dapat diajukan dalam makalah “Perubahan Pembentukan Konstitusi
atau UUD 1945” ini yaitu diharapkan agar pemerintah dalam membuat ketentuan
mengenai susunan kelambagaan dan pelaksanaan Lembaga Perwakilan, lebih
tepatnya mengenai pengaturan hukumnya yang nampaknya masih dirasakan
bingung menamakan sistem perwakilan yang berlaku agar konstitusi yang
dikaitkan dengan negara hukum selain maksud untuk membatasi dan mengatur
kekuasaan negara yang sedang berlangsung perlu juga mementingkan
kesejahteraan rakyat banyak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jimly, Asshidiqie. 2005. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Konstitusi


Press. Jakarta.

A.G., Pringgodigdo. 1958. “Sejarah Pembentukan Undang-Undang Dasar


Republik Indonesia”. Majalah Hukum dan Masyarakat. Bandung

Dahlan Thaib, dkk,. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Soemantri, Sri. 2006. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi dalam Batang-
Tubuh UUD 1945 (Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945), Ed. II,
Cet. 1, Alumni. Bandung.

Vanzhart. 2012. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi (UUD 1945).


http://vahzhart.blogspot.com/. Diakses pada 19 September 2019

12

Anda mungkin juga menyukai