Anda di halaman 1dari 15

TEORI-TEORI DALAM GAYA KEPEMIMPINAN KEPUASAN KERJA

DAN KOMITMEN ORGANISASI

(TUGAS MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA)

Dosen : Dr. Oktavianur

Di Susun Oleh :

IRMA NOVIANTI
181165050

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
mencapai sesuatu. Motivasi boleh juga dikatakan sebagai rancangan atau kehendak
untuk menuju kejayaan dan mengelakkan dari kegagalan hidup. Dengan kata
lain motivasi adalah proses menghasilkan tenaga oleh keperluan diarahkan untuk
mencapai sesuatu. Seseorang yang mempunyai motivasi bermakna ia telah
memperoleh kekuatan untuk mencapai kecemerlangan dan kejayaan dalam
kehidupan. Dalam kumpulan kelompok, motivasi menjadi penggerak kepada
kejayaan kumpulan. Dengan adanya motivasi, maka wujudlah kerjasama, sifat
suka tolong-menolong antara satu sama lain.
Motivasi memainkan peranan yang sangat penting dalam bidang
pendidikan. Guru dan murid memerlukan motivasi untuk mengerakkan dirinya
untuk mencapai kualiti kerja atau kejayaan yang lebih cemerlang. Di sini motivasi

2
boleh ditakrifkan sebagai kebolehan atau persetujuan yang dilaburkan untuk
mengembangkan tenaga demi mencapai suatu penghargaan. Oleh yang demikian
motivasi adalah merupakan keadaan apabila keperluan manusia itu dipenuhi
dengan diberi ganjaran dan sesuatu status yang baik. Ekoran daripada itu, mereka
akan bekerja dengan lebih baik karena tiada lagi kebimbangan, rasa selamat dan
kehidupan yang terjamin telah tersedia untuk mereka. Begitu juga dengan
kepuasan, jika seseorang itu diberi motivasi, maka secara tidak langsung kehendak
mereka telah dipenuhi . Terpenuhnya kehendak dan kemauan oleh seseorang itu
boleh memberikan suatu kepuasan yang tidak terhingga pada diri seseorang. Pada
masa yang sama guru juga menjadi “motivator” kepada pelajar-pelajarnya untuk
berjaya dalam kehidupan mereka. Seorang guru yang baik mesti mempunyai
motivasi yang dinamik, cakap dan sentiasa berusaha untuk memajukan serta
meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah. Guru yang
bermotivasi juga mempunyai tenaga untuk menjadi penggerak kepada pelajar-
pelajarnya.
Pelajar yang bermotivasi ialah pelajar yang mempunyai minat untuk belajar
dan mencapai sesuatu. Mereka akan mendengar dan memberikan perhatian
sepenuhnya kepada pelajarannya. Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah
bertindak dan sedia menerima teguran dan arahan guru. Mereka boleh berdikari
dan suka memberikan pandangan dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar
seperti ini mempunyai penggerak dalam dirinya untuk mencapai kecemerlangan
akademik dan juga dalam hidup keseluruhannya. Oleh itu pengajaran dan
pembelajaran yang berkesan di sekolah boleh dicapai melalui guru dan pelajar
yang sentiasa bermotivasi. Ahli-ahli psikologi berpendapat bahawa tingkah laku
manusia boleh dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adakalanya manusia bertindak
berdasarkan perasaan dan nalurinya sendiri dan juga kadang-kala dipengaruhi oleh
persekitaran sekeliling. Melalui apa cara pun, manusia bertindak untuk mencapai
sesuatu matlamat dan ia akan mencari jalan yang paling mudah untuk mancapai
matlamat tersebut. Apa yang mendorong manusia bertindak untuk sesuatu tujuan

3
itu ialah apa yang dinamakan “motivasinya” Untuk memahami dengan lebih
mendalam tentang tindakan manusia ini kita perlulah mengkaji beberapa teori
yang berkaitan. Jadi teori yang akan diketengahkan disini ialah tentang teori
motivasi “Maslow”.
Teori Maslow ini dapat memotivasi manusia untuk memuaskan sejumlah
kebutuhan yang melekat pada diri setiap manusia yang cendrung bersifat bawaan.
Kebutuhan ini terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam suatu tingkat atau
hirerarki kebutuhan, yaitu :
☻ Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan.
☻ Kebutuhan keamanan, tidak hanya dalam arti fisik, akan tetapi juga mental
psikologikal dan intelektual.
☻ Kebutuhan sosial, berkaitan dengan menjadi bagian dari orang lain, dicintai
orang lain dan mencintai orang lain.
☻ Kebutuhan prestise yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-
simbol status.
☻ Aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut :
1) Apa lima jenis hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow?
2) Apakah kebutuhan manusia berjenjang ?
3) Bagaimana peranan teori Abraham Maslow dalam aktualisasi kehidupan ?

C. Tujuan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan:
1) Untuk mengetahui apa lima jenis hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow

4
2) Untuk mengetahui Apakah kebutuhan manusia berjenjang
3) Untuk mengetahui peranan teori Abraham Maslow dalam aktualisasi kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti
dorongan atau menggerakkan. Menurut Luthans (2006) motivasi adalah proses
sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara
fisik dan psikis atau dengan kata lain adalah suatu dorongan yang ditunjukan untuk
memenuhi tujuan tertentu. Menurut Terry dan Rue dalam Suharto dan Budi
Cahyono (2005) mengatakan motivasi adalah “…getting a person to exert a high
degree of effort…” yang artinya adalah “motivasi membuat seseorang untuk
bekerja lebih berprestasi”. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting

5
karena manajer/ pimpinan membagikan pekerjaan kepada bawahannya untuk
dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
Dari defenisi di atas tersebut dapat dijelaskan bahwa pimpinan harus
mengetahui apa dan bagaimana yang harus dipenuhi (pemuas kebutuhan
karyawan) sehingga dapat menjadi daya pendorong bagi karyawan untuk
berperilaku ke arah tercapainya tujuan perusahaan. Dalam pemberian motivasi
seluruh perusahaan mempunyai kesamaan tujuan untuk merangsang dan
mendorong individu agar bekerja lebih giat, efisien dan efektif dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan. Ada beberapa tujuan yang dapat diperoleh dari
pemberian motivasi menurut Hasibuan (2005) yaitu:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja
2. Meningkatkan prestasi kerja
3. Meningkatkan kedisiplinan
4. Mempertahankan kestabilan perusahaan
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas dan partisipasi
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
Dalam hal pemberian motivasi ini pimpinan harus mampu melihat situasi
serta suasana kerja para karyawan pada saat bekerja, hal ini berguna untuk
memberikan motivasi pada saat kapan para karyawan diberikan motivasi, baik itu
motivasi positif maupun negatif. Secara garis besarnya, menurut Hasibuan (2005)
motivasi terdiri dari:
1. Motivasi positif (incentive positif), maksudnya memotivasi (merangsang)
seseorang dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi.
Dengan motivasi positif, semangat kerja orang tersebut akan meningkat
karena umumnya manusia senang yang baik-baik saja.

6
2. Motivasi negatif (incentive negatif), maksudnya memotivasi seseorang dengan
memberi hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik, dengan
motivasi negatif ini semangat bekerja orang itu dalam jangka waktu pendek
akan meningkat karena takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang
dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktiknya kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu
perusahaan. Insentif (positif/negatif) harus sesuai dengan perjanjian, penggunaan
harus tepat dan seimbang agar dapat meningkatkan semangat kerja serta dapat
meraih prestasi kerja yang diinginkan. Yang menjadi masalah ialah kapan
motivasi positif dapat efektif untuk jangka panjang sedangkan motivasi negatif
sangat efektif untuk jangka pendek. Akan tetapi kita harus konsisten dan adil
dalam menerapkannya.

B. Teori Motivasi Menurut Abraham Maslow


Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari
psikologi humanistik. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak
puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif
psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri eksistensinya. Gerakan ini
kemudian dikenal dengan psikologi humanistik (Misiak dan Sexton, 1988).
Maslow menamakan psikologi humanistik sebagai “kekuatan yang ketiga”,
disamping psikologi behavioristik dan psikoanalisa sebagai kekuatan pertama dan
kekuatan kedua. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya yang
tercermin dalam bukunya “Motivation and Personality”. Ia mengajukan teori
tentang hierarchy of needs. Kebutuhan-kebutuhan ini adalah sebagai berikut :

7
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat mengenai konsep motivasi manusia dan mempunyai lima
hierarki kebutuhan, yaitu :

1) Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah)


Kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan.
Teori ini bisa dikatakan sebagai suatu hal yang memang mendasari seseorang
untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan kebutuhan ini. Example, Bagi
karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, rumah, kendaraan dll, yang
merupakan kebutuhan pokok, menjadi motif dasar dari karyawan itu sendiri
mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi
bagi organisasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (Safety Needs)
Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan
seseorang dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung
jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh
produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan
wewenangnya. Example, kebutuhan ini lebih dibutuhkan bagi seseorang yang

8
bekerja dalam organisasi yang menghasilkan produk berupa barang, tidak
hanya keselamatan dan keamanan dalam kedudukan, tetapi keamanan dan
keselamatan pekerjaan itu sendiri, seperti para buruh yang bekerja pada pabrik
yang mengolah bahan kimia, mereka butuh rasa keamanan yang tinggi.
3) Kebutuhan sosial (Social Needs)
Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok
kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, meningkatkan
relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan
termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi. Example, biasa lebih
diperlukan oleh karyawan yang diharuskan bekerja dibalik meja atau
computer, terutama seperti mereka yang bekerja sebagai administrator dalam
suatu jejaring sosial, meskipun mereka bisa bersosialisasi lewat dunia maya,
tetap saja mereka membutuhkan kehadiran orang-orang sekitar yang dapat
diajak kerja sama dan bisa diajak berbicara sambil menunjukkan emosinya.

4) Kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs)


Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan
akan simbol-simbol dalam status seseorang serta prestasi yang
ditampilkannya. Example, setiap karyawan memiliki prestasi masing-masing,
dalam hal itu mereka berkompetisi dalam menyelesaikan tugas sebaik-
baiknya, setelah pencapaian usaha mereka dinilai baik oleh organisasi dan
atasan, biasanya mereka diberikan piagam, atau suatu emblem yang dapat
menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berhasil dalam bidangnya sesuai
dengan yang diharapkan organisasi. Kebutuhan akan hal tersebut memancing
mereka untuk terus giat menapaki bidangnya masing-masing.
5) Kebutuhan Akutualisasi Diri (Self Actualization)
Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini
merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya)
dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita

9
diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan
manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi
untuk dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan diri
sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan
pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh
manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan yang
dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi
kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku subjek
yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal
pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual
dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin
banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin
mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan
organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan
mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan
pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak
tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut
diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan
berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, dalam hal ini keamanan sebelum

10
kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang
ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman,
demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan
manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang
bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta
ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila
berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai
hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di
waktu yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa
bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam
pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu
dalam pemenuhan kebutuhan itu.
C. Aktualisasi Teori Maslow
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat
teoritis, namun telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan
teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih
bersifat aplikatif. Maslow menggambarkan manusia yang sudah
mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya
dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan, dengan mengidentifikasikan 15
ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai berikut:
☻ Memiliki persepsi akurat tentang realitas.

11
☻ Menikmati pengalaman baru.
☻ Memiliki kecenderungan untuk mencapai pengalaman puncak.
☻ Memiliki standar moral yang jelas.
☻ Memiliki selera humor.
☻ Merasa bersaudara dengan semua manusia.
☻ Memiliki hubungan pertemanan yang erat.
☻ Demokratis dalam menerima orang lain.
☻ Membutuhkan privasi.
☻ Bebas dari budaya dan lingkungan.
☻ Kreatif.
☻ Spontan.
☻ Lebih berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri.
☻ Mengakui sifat dasar manusia.
☻ Tidak selalu ingin menyamakan diri dengan orang lain.
Agar menjadi orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak selalu
dengan menampilakan semua ciri tersebut dan tidak hanya orang yang sudah
mengaktualisasikan diri yang menampilakan ciri-ciri tersebut. Namun, orang-
orang yang menurut Maslow adalah orang yang mengaktualisasikan diri umumnya
lebih sering menampilkan ciri-ciri tersebut dibandingkan kebanyakan dari kita.
Sebagian besar dari lima belas ciri tersebut sudah jelas dengan sendirinya, tetapi
kita mungkin bertanya-tanya tentang pengalaman puncak (experience peak).
Maslow mendefinisikan pengalaman puncak sebagai saat-saat tatkala dunia
tampak utuh dan orang itu merasa selaras dengannya. Pengalaman puncak selalu
melekat dalam diri kita dan mengubah persepsi kita mengenai dunia agar menjadi
lebih baik lagi.
Bagi sebagian orang, pengalaman puncak diasosiasikan dengan agama,
tetapi bisa juga tercetus melalui seni, musik, dan momen-momen yang
memerlukan pengambilan resiko. Maslow tidak menyamakan aktualisasi diri
dengan kesempurnaan. Orang-orang yang bisa mengaktualisasikan diri pada

12
dasarnya hanya memenuhi potensi dirinya sendiri. Dengan demikian, seseorang
bisa saja menjadi tolol, boros, sombong dan tidak sopan sekaligus, tetapi masih
tetap bisa mengaktualisasikan dirinya. Orang yang mampu mencapai aktualisasi
diri hanya kurang dari satu persen, sebab tidak banyak dari kita yang bisa
memenuhi semua kebutuhan yang lebih rendah dalam hierarki.
PRESENTASI PEMENUHAN KEBUTUHAN
NO KEBUTUHAN PRESENTASE
TERPUASKAN TERPUASKAN
1 Fisiologis 85%
2 Keamanan 70%
3 Dicintai dan Mencintai 50%
4 Self esteem 40%
5 Aktualisasi diri 10%

D. Implementasi Teori Maslow dalam Kehidupan


Seorang karyawan, jika sudah memenuhi kebutuhan hirarki maslow dari
kebutuhan fisiologis, seperti membangun rumah tangganya dengan hasil gaji yang
di capai, merasa aman dan nyaman dengan perusahaan yang disana ia meniti
karirnya, hingga kebutuhan self esteem (harga diri/pengakuan diri) yang dalam arti
karyawan tersebut sudah tercatat sebagai karyawan yang bisa naik jabatan atau
dipromosikan mengisi kursi manajer, kemudian mengaktualisasi dirinya dengan
mengikuti seminar-seminar yang membangun jiwa kepemimpinannya, hingga
ketika ia mendapatkan prestasi sebagai manajer, kemudian ia melakukan
aktualisasi lebih lanjut dengan memberi motivasi terhadap bawahannya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik benang merah yaitu sebagai
berikut :
1. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow
☻ Kebutuhan fisiologis
☻ Kebutuhan akan rasa aman
☻ Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki
☻ Kebutuhan akan prestasi
☻ Kebutuhan aktualisasi diri

14
2. Kebutuhan manusia menurut maslow berjenjang dan apabila kebutuhan satu
telah terpenuhi maka berpindah kepada kebutuhan yang lainnya dan begitu
seterusnya sampai seluruh kebutuhan manusia terpenuhi.
3. Peranan teori Abraham Maslow dalam mengaktualisasikan diri dalam
kehidupan sangat membantu dalam bidang ilmu pengetahuan serta dalam
kehidupan dunia kerja

DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta

http://teorimotivasiabrahammaslow-implikasinya.html

http://teorimaslow.html

15

Anda mungkin juga menyukai