Anda di halaman 1dari 26

Vertebrata Hama

KULIAH 1 PENDAHULUAN
Bakhroini Habriantono
PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
Profil Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah : VERTEBRATA
HAMA

Kode Mata Kuliah : PNH 1307

Semester/Tahun Akademik : GASAL/2019-
2020

SKS : 2 (2-0)

Koordinator Mata Kuliah : Ir. Wildan
Jadmiko, MP.

Tim Pengajar : Ir Sigit Prastowo, MP. &
Bakhroini Habriantono, STP, MP.
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Vertebrata Hama merupakan
mata kuliah wajib program studi Proteksi
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Jember. Membahas tentang ruang
lingkup vertebrata hama, kedudukan dan
arti penting vertebrata hama, morfologi
mamalia dan aves, ekologi vertebrata
hama, fisiologi dan perilaku vertebrata
hama serta teknik-teknik pengendalian
vertebrata hama
Referensi

Anonim, 2015. Pestisida untuk Pertanian. Direktorat Jendral Perlindungan Tanaman. Kementerian
Pertanian RI, Jakarta

Anonim. 1996. Pengendalian Hama Terpadu Tikus. Seri HPT. Program Nasional PHT. Bappenas, Jakarta

Anonim. 1990. Pedoman Eradikasi Tikus: Petunjuk Teknis Operasional tentang Pengendalian Tikus di
Gudang. BULOG, Jakarta

Mackinson, J. 1990. Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Priyambodo, S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. PT Penebar Swadaya,. Jakarta

Rochman. 1990. Masalah Tikus dan Pengendaliannya. Dalam Perlindungan Tanaman menunjang
terwujudnya pertanian tangguh dan kelestarian lingkungan. PT Agricon, Bogor

Reissig, W.H, et al. 1986. Illustrated guide to integrated pest management in rice in tropical Asia. IRRI,
Philipina

Sanchez, F. et al. 1985. Rodent Biology and Control. The National Crop Protetion Center, Philipina

Sunarjo, P.I. 1992. Pengendalian Kimiawi Tikus Hama. Prosiding Seminar Pengendalian Hama Tikus
Terpadu, Bogor

Sunarjo, P.I. 1993. Pengembangan Umpan yang lebih disukai tikus sawah. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu, Bogor
PERATURAN DALAM PERKULIAHAN
1. Berpakaian yang sopan, kenakan kemeja atau
kaos berkerah … tidak mengenakan kaos
oblong.
2. Kenakan sepatu … tidak sandal …, tidak sepatu
sandal
3. Keterlambatan kuliah max. 15 menit
4. Nilai D dan E diberi kesempatan untuk
memperbaiki (dengan persyaratan)
5. Batasan nilai A, AB, B, BC, C, D, E tergantung
dari standar dengan memperhatikan rataan &
simpangan baku
Kriteria Penilaian

Tugas 20%
Kuis 20%
UTS 30%
UAS 30%
Organisme Pengganggu
Tumbuhan
Peraturan Pemerintah Nomor:  6 Tahun
1995 Tentang Perlindungan Tanaman,
Pasal 1 mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan Organisme
pengganggu tumbuhan adalah semua
organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian tumbuhan.
Penggolongan OPT

4 golongan OPT Utama pada tanaman


budidaya:
1. Gulma
2. Invertebrata
3. Vertebrata
4. Agen Penyebab Penyakit
Vertebrata Hama

Semua hewan bertulang belakang yang


dalam ekosistem bertindak sebagai
pengganggu/perusak tanaman budidaya.
Termasuk di dalamnya adalah ikan,
reptilia, amphibia, aves dan mamalia.
Hama Golongan Vertebrata

Beberapa hama vertebrata dapat menyebabkan
kerusakan yang serius pada tanaman budidaya. Oleh
karena itu penting bagi kita menemukan teknik-
teknik perlindungan tanaman yang tepat untuk
mengatasi serangan mereka.


Hama golongan Vertebrata mencakup:

Ø
Primata: monyet, kera, lutung dll.

Ø
Ungulata: kijang, babi hutan, gajah dll.

Ø
Rodentia: landak, tupai, bajing, tikus dll.

Ø
Chiroptera: kelelawar buah

Ø
Aves : pipit, manyar kutilang, dll.
A. Primata
Di antara primata, lemur
dan monyet (kera dan lutung)
sebagian besar adalah vegetarian,
makan daun, bunga, buah-buahan
dll. Sifat vegetarian dari pola
makan mereka membuat mereka
berpotensi merusak tanaman dan
kebun.
Hama primata yang sering
dijumpai pada tanaman
perkebunan adalah beruk (Macaca
nemestrina) dan monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis)
Beruk
B. Ungulata
Gajah
Di antara hama mamalia tanaman
budidaya, gajah (Elephas maximus)
berpotensi menjadi salah satu hewan
yang paling merusak. Gajah memakan
berbagai macam tanaman termasuk
sorgum, padi, tebu, kelapa, pisang,
mangga dan buah-buahan lainnya.
Penghapusan besar-besaran tanaman
makanan alami gajah seperti bambu,
rumput tinggi dan Akasia untuk
keperluan industri, dapat memaksa
mereka untuk mencari makanan dari
tanaman yang dibudidayakan.
Babi Hutan
Babi hutan seringkali menjadi
hama yang dapat menimbulkan
kerusakan serius pada lahan
pertanian dikarenakan
melimpahnya jumlah mereka di
alam dan kebiasaan mereka
merusak tanah saat mencari
makan (rooting) dan membuat
sarang. Selain itu, babi hutan juga
bersifat omnivorous, yang dengan
mudah mendapatkan makanan.
C. Rodensia
Landak
Landak menyebabkan
kerusakan tanaman panen
dikarenakan kebiasaan
mereka menggali tanah.
Selain itu landak juga
memakan pangkal pohon
muda di perkebunan dan
area pembibitan, sehingga
menyebabkan kematian
tanaman secara langsung.
Mereka juga memotong dan
melahap akar bibit, anakan
dan transplantasi.
Bajing
Bajing menyebabkan
kerusakan di ladang pertanian
dan di perkebunan. Mereka
dapat merusak tongkol jagung
dan bibit muda di pembibitan.
Tupai terbang/bajing menjadi
hama dikarenakan kebiasaan
nokturnal dan memakan
terutama buah-buahan dan
kacang-kacangan dari
berbagai tanaman
Tikus
Tikus menyebabkan kerusakan
parah pada tanaman dan komoditas
domestik, sehingga perlu dikontrol
secara efektif. Lingkungan tempat
tinggal manusia dikotori oleh mereka
sampai-sampai tidak dapat ditoleransi
lagi bagi manusia. Beberapa jenis
penyakit diketahui ditularkan oleh
tikus. Selain mengkonsumsi cukup
banyak makanan, mereka juga
mengkontaminasi komoditas pertanian
melalui oleh urin, feses, dan rambut.
Selain memakan tanaman di lapangan,
tikus juga dikenal sebagai hama
gudang/hama pasca penen
D. Chordata
Kelelawar
Kelelawar pemakan buah
seringkali dianggap sebagai hama
tanaman yang merugikan karena
menyerang buah-buah yang masak,
terutama pada jenis buah-buahan
yang dibudidayakan.
Namun demikian, kelelawar tidak
semata-mata menggantungkan
hidupnya pada buah-buahan yang
berasal dari tanaman budidaya,
tetapi juga memangsa buah-buahan
dari tanaman yang tumbuh alami.
E. Aves
Spesies burung yang paling sering
menimbulkan kerugian serius adalah
burung pipit (Lonchura sp.). Selain itu
spesies burung lain seperti burung
kutilang, burung betet dan burung gereja
diketahui juga dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman budidaya.
Burung Pipit
Burung pipit merupakan
burung pemakan biji-bijian
yang sering dijumpai di
lahan pertanian padi yang
hampir panen. Pada
umumnya burung pipit akan
menyerang secara
berkelompok dari puluhan
hingga ribuan jumlahnya.
Burung Manyar
Makanan dari burung
Manyar terdiri dari biji-
bijian yang dapat dijumpai
pada wilayah pedesaan yang
masih punya lahan
pertanian yang luas serta di
hutan-hutan.
Burung Kutilang
Burung kutilang
memakan buah-buahan
yang lunak. Cucak kutilang
sering membuat petani
jengkel dikarenakan kerap
melubangi buah pepaya
atau buah pisang yang telah
masak di kebun sehingga
dianggap sebagai hama.
Burung Betet
Burung betet suka mencari
makan berupa buah-buahan
seperti buah pisang dan buah
pepaya. Selain itu burung betet
juga suka makan biji-bijian,
bunga, dan kuncup daun.
Dengan jenis makan seperti
itu, maka burung betet sering
disebut sebagai hama
pertanian sebab perilakunya
tersebut dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman
budidaya.
Burung gereja
Sama halnya dengan burung
pipit, burung gereja juga dapat
menimbulkan kerusakan pada
lahan pertanian khususnya
gandum dan padi dikarenakan
perilakunya yang suka memakan
biji-bijian. Selain itu habitat
burung gereja yang tinggal di
atap-atap rumah dianggap
sebagai ‘hama’ karena dapat
merusak atap bangunan.
Glossary

Diurnal ●
Foliovora

Nocturnal ●
Nektivora

Crepscular ●
Arboreal

Frugivora ●
Aerial

Granivora ●
Terestrial

Omnivora

Anda mungkin juga menyukai