2. Epidemiologi/Insiden Kasus
1. Kurang Energi Protein (KEP) adalah bentuk paling umum dari kekurangan
gizi di antara pasien yang dirawat inap di Amerika Serikat. Sebanyak
setengah dari semua pasien dirawat di rumah sakit memiliki kekurangan
gizi pada tingkat tertentu. Dalam survei terbaru di rumah sakit anak-anak
besar itu, prevalensi akut dan kronis kekurangan energi protein lebih dari
satu setengah. Hal ini sangat banyak penyakit yang terjadi di Amerika
abad 21, dan kasus pada anak 8-bulan di pinggiran kota Detroit, Mich,
dilaporkan pada tahun 2010.
2. Dalam survei pada masyarakat berpenghasilan rendah wilayah di Amerika
Serikat, 22-35% anak usia 2-6 tahun berada di bawah persentil 15 untuk
berat badan. Survei lain menunjukkan bahwa 11% anak-anak di daerah
berpenghasilan rendah memiliki tinggi badan-banding-usia pengukuran di
bawah persentil ke-5. Pertumbuhan yang buruk terlihat pada 10% anak
pada populasi pedesaan.
3. Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa anak-anak kurang gizi
berjumlah 181.900.000 (32%) di negara berkembang. Selain
itu, 149.600.000 diperkirakan anak-anak muda dari 5 tahun kekurangan
gizi ketika diukur dalam hal berat untuk usia. Di selatan Asia Tengah dan
timur Afrika, sekitar separuh anak-anak memiliki keterbelakangan
pertumbuhan karena kekurangan energi protein. Angka ini adalah 5 kali
prevalensi di dunia barat.
4. Sebuah studi cross-sectional dari remaja Palestina menemukan bahwa
55,66% dari anak laki-laki dan 64,81% anak perempuan memiliki asupan
energi yang tidak memadai, dengan asupan protein tidak memadai dalam
15,07% dari anak laki-laki dan 43,08% anak perempuan. Uang saku harian
yang direkomendasikan untuk mikronutrien disambut oleh kurang dari
80% dari subyek penelitian.
5. Sekitar 50% dari 10 juta kematian tiap tahun di negara berkembang terjadi
karena kekurangan gizi pada anak-anak muda dari 5 tahun. Pada
kwashiorkor, angka kematian cenderung menurun sebagai usia meningkat
onset. Temuan Dermatologic tampil lebih signifikan dan lebih sering
terjadi di antara berkulit gelap orang. Temuan ini mungkin dijelaskan
dengan prevalensi yang lebih besar dan tingkat keparahan peningkatan
protein energi malnutrisi di negara berkembang dan tidak perbedaan dalam
kerentanan rasial.
6. Marasmus paling sering terjadi pada anak berusia kurang dari 5 tahun.
Periode ini ditandai dengan kebutuhan energi meningkat dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi virus dan bakteri. Menyapih (penghentian ASI
dan dimulainya MPASI) terjadi selama periode berisiko tinggi. Menyapih
sering diperrimit oleh faktor geografi, ekonomi kesehatan, kesehatan
masyarakat, budaya, dan pola diet.
7. Hal ini dapat efektif bila diperkenalkan makanan memberikan nutrisi yang
tidak memadai, ketika makanan dan air yang terkontaminasi, ketika akses
ke perawatan kesehatan tidak memadai, dan / atau ketika pasien tidak
dapat mengakses atau membeli makanan yang tepat.
3. Penyebab / etiologi
1. Fsiologi
a. Intake nutrient
b. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
c. Pengetahuan
d. Gangguan penelan atau menelan
e. Perasaab tidak makan setelah makan
f. Anoreksia
g. Nausea & Vomitus
h. Intake kalori & lmak berlebihan
2. Kemampuan mencerna nutrient
a. Obstruksi mencerna cairan ,mal absorbsi nutrient,DM
3. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan ,stress,kondisi , yang meningkatkan bmr, kanker
4. Gaya hidup berlebihan
a. Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia foddyerlusia
menginjak 1 tahun.
b. Kebiasaan makanan lansia menghindari yang penting untuk dimakan
5. Status kesehatan
a. Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat
6. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyedian makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit
4. Faktor predisposisi
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat mempengaruhi gizi seseorang
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu dapat mempengaruhi status gizi
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan ,sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yng dibutuhkan secara secara cukup
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan suatu gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Pathway (Bagan)
6. Klasifikasi
a. Kwarshiorkor adalah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein
atau defisiensi yg disertai nutrient lainnya yang biasa dijumpai pada bayi
masa disapih dan anak pra sekolah (balita.
b. Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang paling buruk
sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan
makanan yang sangat kurang, infeksi pembawa lahir prematunitas
penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.
c. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa
sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan dan
meningkatkan masalah kesehatan.
d. Under weight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler /dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi
yg tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
7. Gejala klinis
1. Kekurangan nutrisi
a) Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
b) Merasakan ketidakmampuan.
c) Melaporkan perubahan sensasi rasa.
d) Melaporkan kurangnya makan.
e) Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
2. Kelebihan nutrisi (Obesitas)
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif
kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil
dengan dagu yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan
payudara yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian
menimbulkan perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul
lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan
biasanya pada biseb dan trisebnya
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan fisik: apatis, lesu
b. Berat badan : obesitas, kurus
c. Otot : flaksia/lemah, tonus berkurng,tendernes, tidak mampu bekerja.
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun.
e. Fungsi gastrointesial : anoreksia, konstipasi, diare, flaktuslen, pembesaran
liver atau lien.
f. Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 10x/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
10. Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus Gangguan Pola Nutrisi umumnya
memberikan hasil yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages)
mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak secara umum, namun anak
dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan intelektualnya.
Kasus-kasus Gangguan Pola Nutrisi yang tidak dilakukan penanganan atau
penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibta yang fatal.
12. Penatalaksanaan
A. Kekurangan Nutrisi
1. Menstimulasi nafsu makan
a. Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang
memang disukai klien yang disesuaikan dengan kondisi klien
b. Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang
anoreksik
c. Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan
d. Berikan lingkungan rapi dan bersih yang yang bebas dari penglihatan dan
bau yang tidak enak . Balutan kotor ,pispotyang telah dipakai ,set irigasi
yang tidak tertutu atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat
memberikan pengaruh negative pada nafsu makan .
e. Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum nafsu
makan istirahat bila mengalami keletihan
f. Kurang stress fsikologi
g. Berikan oral hygine sebelum makan
2. Membantu klien makan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi
B. Kelebihan Nutrisi (Obesitas)
Penatalaksanaan Obesitas dianjurkan agar melalui banyak cara secara
bersama-sama. Terdapat banyak pilihan antara lain:
1. Gaya hidup
Perubahan perilaku dan pengaturan makan.Prinsipnya mengurangi asupan
kalori dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan
perubahan perilaku.Kata pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan
membuat Anda hidup sampai sembilan puluh
sembilan tahun”.Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB
yang sehat.Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk
keberhasilan penurunan BB. Pengaturan makan disesuaikan dengan
banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik. Makan jumlah sedang
makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah.Pilih jenis
makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan, jenis makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi,
hindari manis-manisan, kurangi lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung
kalori misalnya makanan yang diproses mengandung lebih banyak kalori
daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga teratur, dan kurangi
waktu nonton TV.
2. Bedah bariatrik
Di Amerika Serikat cara ini dianjurkan bagi mereka dengan IMT 40 kg/m2
atau IMT 35,0-39,9 kg/m2 disertai penyakit kardiopulmonar, DM t2, atau
gangguan gaya hidup dan telah gagal mencapai penurunan BB yang cukup
dengan cara non-bedah. (NIH Consensus Development Panel pada
tahun 1991). Kemudian pada tahun 2004 ASBS Consensus menganjurkan
juga cara ini untuk mereka dengan IMT 30,0–34,9 kg/m2 dengan keadaan
komorbid yang dapat disembuhkan atau diperbaiki secara nyata. Dapat
diharapkan penurunan BB maksimal 21–38%.
3. Obat-obat anti obesitas
Ada obat yang mempunyai kerja anoreksian (meningkatkan satiation,
menurunkan selera makan, atau satiety, meningkatkan rasa kenyang, atau
keduanya), contohnya Phentermin.Obat ini hanya dibolehkan untuk
jangka pendek.Orlistat menghambat enzim lipase usus sehingga
menurunkan pencernaan lemak makanan dan meningkatkan ekskresi
lemak dalam tinja dengan sedikit kalori yang diserap. Sibutramine
meningkatkan statiation dengan cara menghambat ambilan kembali
monoamine neurotransmitters (serotonin, noradrenalin dan sedikit
dopamin), menyebabkan peningkatan senyawa-senyawa tersebut di
hipotalamus. Rimonabant termasuk kelompok antagonuis CB1, yang
menghambat ikatan cannabinoid endogen pada reseptor CB1 neuronal,
sehingga menurunkan selera makan dan menurunkan BB.Orlistat,
sibutramin dan rimonabant dapat dipergunakan untuk jangka lama dengan
memperhatikan efek sampingnya; rimonabant masih ditunda di
Amerika Serikat.Sayangnya obat-obatan tersebut tiada yang dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan orang.Oleh karena itu industri farmasi
masih mengembangkan banyak calon obat baru.
4. Balon Intragastrik
Balon Intragastrik adalah kantung poliuretan lunak yang dipasang ke
dalam lambung untuk mengurangi ruang yang tersedia untuk makanan.
5. Pintasan Usus
Pintasan usus meliputi penurunan berat badan dengan cara malabsorbsi.
Tindakan ini kadang-kadang dilakukan dengan diversi biliopankreatik,
yang memerlukan reseksi parsial lambung dan eksisi kandung empedu
dengan transeksi jejunum .jejunum proksimal dianastomosiskan
(dihubungkan melalui pembedahan) ke ilium distal, dan jejunum distal
dianastomosiskan ke bagian sisa dari lambung.
3. Rencana Tindakan
a. Monitoring status gizi klien
b. Berikan cairan dengan tepat
c. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
d. Memotivasi klien agar mau makan dan juga minum dengan porsi sedikit
tapi sering
e. Melakukan kolaborasi dengan petugas gizi untuk menyediakan makanan
dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan klien
4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nutrisi dilakukan dengan menilai masalah
keperawatan yang muncul. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat
dilihat dan hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
tujuan keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
keperawatan yang diberikan.
Langkah-langkah pasien:
1. Daftar tujuan pasien.
2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Dibandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan kepada pasien apakah tujuan dapat tercapai/tidak. Jika
tujuan tidak dapat tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluar yang terbaik, kemudian catat apa
yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA