Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang berbahagia sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan
penduduk, dan membantu usaha peningkatan perpanjangan harapan hidup,
menurunnya tingkat kematian bayi serta menurunnya kematian ibu karena
kehamilan dan persalinan (Hartanto,2002). Keluarga Berencana Nasional
mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sehingga harus dilaksanakan
secara berkesinambungan (BKCS-KB Kota Metro,2006).
Di Indonesia terdapat 66% PUS yang mengikuti Keluarga
Berencana, hal ini berarti ada sekitar 34% PUS di Indonesia yang tidak
mengikuti Keluarga Berencana. Kondisi tersebut bila tidak diintervensi,
dikhawatirkan dalam beberapa tahun kedepan Indonesia akan mengalami
ledakan jumlah penduduk. Saat ini baru 66% pasangan usia subur (PUS) di
Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB). Pemerintah
telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah
penduduk hingga 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun,
penduduk Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta
KB tetap konstan 60%, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5
juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun menjadi 0,5% per tahun, jumlah
penduduk Indonesia akan membengkak menjadi 264,4 juta jiwa. pada tahun
2006 sebanyak 194.379 pasangan sedangkan yang mengikuti program KB
sebagai peserta baru dan peserta aktif sebanyak 150.230 pasangan atau
mencapai 81,84%.
Wanita saat akan menentukan kapan dan metode kontrasepsi apa
yang akan digunakan harus mempertimbangkan pengaruh metode kontrasepsi
terhadap fungsi reproduksi, salah satu alasan yang paling banyak disebutkan
dalam penghentian kontrasepsi adalah efek samping yang dirasakan. Menurut

1
penelitian yang dilakukan oleh WHO pada 5332 wanita yang telah
mempunyai anak di 14 negara berkembang menunjukkan bahwa banyak
wanita berhenti menggunakan kontrasepsi IUD, oral dan suntik dikarenakan
mereka tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi (Klobinsky,1997).
Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan
seksualitasnya tidak dapat dikesampingkan dalam pengambilan keputusan
dalam menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita takut siklus normalnya
berubah karena mereka takut perdarahan yang lama dapat mengubah pola
hubungan seksual dan juga dapat membatasi aktivitas keagamaan maupun
budaya. Dinamika seksual dan kekuasaan antara pria dan wanita dapat
menyebabkan penggunaan kontrasepsi terasa canggung bagi wanita. Pendapat
suami mengenai Keluarga Berencana cukup kuat pengaruhnya untuk
menentukan penggunaan metode keluarga berencana oleh istri. Berbagai
budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak akan fertilitas
istri mereka. Di Papua Nugini dan Nigeria, wanita tidak dapat membeli
kontrasepsi tanpa persetujuan suami.(Klobinsky,1997).

2
BABII
PEMBAHASAN

2.1.Konsep Dasar Penyakit


2.1.1. Definisi
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya.
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan
memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan
metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat
diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi
yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun adalah
suatu keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia 20 tahun
yang dapat menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan
anak yang dilahirkan.
2.1.2. Cakupan pasangan usia subur
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya antara 15
– 49 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni:
1. Dibawah usia 20 tahun
2. Antara 20 - 35 tahun
3. Usia diatas 35 tahun.
Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan adalah
antara 20 - 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat menikah
diatas 20 tahun.
Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui:
1) Peningkatan akses informasi
2) Peningkatan akses pelayanan PIK-Remaja

3
3) Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan program
PIK-Remaja. Sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan
hak-hak reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender.
2.1.3. Rumus perhitungan pasangan usia subur
Persentase cakupan PUS yang usia isterinya di bawah 20 tahun.
∑ PUS yang usia isterinya < 20 tahun
—————————————————– x 100% = …..%
∑ PUS yang usia isterinya 15-49 tahun

Keterangan :
1. Pembilang : Jumlah PUS yang usia isterinya < 20 tahun.
2. Penyebut : Jumlah PUS yang usia isterinya 15 – 49 tahun.
3. Satuan Indikator: Persentase (%)
2.1.4. Masalah Dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam
memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas
(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian
masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian
penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan
mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan
harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti oleh masyarakat luas.
(Indeks artikel compas.com, 2009)
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata control berarti mencegah atau melawan
sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antra sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan .jadi
kontasepsi adalah menghindari atau mencerah terjadi kehamilan sebagai
akibat pertemuan antar sel yang matang dengan sel sperma .(Fitria 2008)
a. Syarat –syarat kontrasepsi.

4
- Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya .
- Lama kerja dapat di atur menurut keinginan .
- Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal.
- Harganya dapat dijangkau masyarat .
- Cara penggunaan sederhana .
- Tidak mengganggu hubungan suami istri.
- Tidak memerlukan control yang ketat selama pemakaian.(Sumber
(Hatanto,2007)
b. Macam metode atau Cara Kontrasepsi
- Metode Kontrasepsi Sederhana
1. Tanpa alat atau obat , antara lain :
a) Metode kalender (pantangan berkala)
b) Metode lender servik
c) Metode suhu basal
d) Coitus interutus (senggama terputus )
e) Metode simpto-therma
2. Dengan alat atau obat ,antara lain
a) Mekanisme (barrier)
b) Kondom
c) Introvagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap
servix .
d) Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal
foam, vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.
- Metode Konrasepsi efektif (MKE)
1. Kontrasepsi hormonal
a. KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil ,
Morning after
b. KB Sutik : Depo Provera , cylofem ,Norigest
2. Implan /AKBK.
3. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
- Metode Konrasepsi Mantap
1. Metode Operatif pria (MOP / Vasektomi )

5
2. Metode operatif wanita (MOW/ Tubektomi) Sumber : (
Hartanto,2007:42)
c. Tujuan dari pengguan alat kontrasepsi adalah :
a. Menunda kehamilan
Di tunjukkan untuk PUS yang berusia <20tahun
b. Menjarangkan kehamilan /mengatur kehamilan
Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling baik
untuk melahirkan , dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2-4 tahun mengakhiri kehamilan
c. Saat istri berusia >30tahun, terutama >35 tahun ,sebagai mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai2 orang anak (Hartanto,2007:30)
2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai
kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan
Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum
berhasil hamil dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gangguan fertilitas adalah ketidakmampuan untuk
mengandung setelah sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual
tanpa perlindungan (Bobak, 2006).
- Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil
walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
b. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi
walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.

6
3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan.
Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis
kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium
polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan
rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),
obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak
seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
2.1.5. Promosi Kesehatan Yang Diberikan Pada Pasangan Usia Subur
Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka
kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam
usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya memiliki
keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam mengatasi
masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan
tersebut.
Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat kontrasepsi,
dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut untuk memilih apa
yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat kontrasepsi baik untuk pria dan
wanita yaitu :
1. Vasektomi
Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan jalan memotong
vas deferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan
sperma. Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi
memerlukan sekitar 12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri
spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan kondom selama 12
kali sehingga bebas untuk melakukan hubungan seks.
2. Tubektomi

7
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita.
Keuntungan tubektomi adalah :
a. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksualis
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.
Pelaksanaan tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan
dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema
tuba, infeksi, dan alat-alat genital belum menciut.
Tubektomi dan vasektomi dilakukan pada pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap (kontrasepsi mantap).
Dalam pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran yang matang.
2.1.6. Peran Perawat
a. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan KB
b. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
c. Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga
yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga . Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa
yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal,
dan tipe keluarga.

8
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
- Tahap perkembangan keluarga
saat ini perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
- Tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
- Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga
serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
- Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
- Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
- Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk
setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
- Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

9
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga
dengan masyarakat.
- Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
4. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
- Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
keluarga .
- Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan
faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.
- Pengobatan tradisional
Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan pengobatan yang
diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu pengobatan
tradisional.
5. Status Sosial Ekonomi
- Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal
suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir
dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah
dangan tepat dan benar.
- Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga
dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang
sakit salah satunya disebabkan karena suatu penyakit. Menurut
(Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam

10
merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
6. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat
ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap
psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
7. Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap
terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
8. Data Lingkungan
- Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab
terjadinya suatu penyakit.
- Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan.
9. Struktur keluarga
- Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu
tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran
dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
- Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,
kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik.
- Struktur peran

11
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan konsisten
terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga
puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak
dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan
ketegangan dalam keluarga .
10. Fungsi keluarga
- Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak
menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota
keluarga itu sendiri.
- Fungsi sosialisasi.
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan
mudah stress.
- Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.
11. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
- Berapa jumlah anak
- Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
- Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
12. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
- Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
- Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga .

12
13. Stress dan Koping keluarga
- Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
- Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
- Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
a. Strategi adaptasi disfungsional
b. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
14. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
15. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
2.2.2. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah
1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan
kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda
Kontrasepsi. Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul
yaitu:
2. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan
Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda
Kontrasepsi.
3. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan

13
4. ketidakmampuan Koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab pran skunder.
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan
pengalaman seksual
2.2.3. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
a. Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :
 Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda
kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya.
 Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari
metoda kontrasepsi yang dipilih.
 Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi
yang dipilih.
 Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih
salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin
mengganti metode kontrasepsi.
b. Intervensi
 Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
 Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak
melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang
dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap
tindakan.
 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara

14
perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
2. Koping keluarga ketidakmampuan b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab pran skunder.
a. Tujuan :individu menyusun tujuan jangka panjang dan pendek
untuk perubahan.
b. Criteria hasil
 Menyebutkan harapan untuk diri sendiri dan keluarga
 Menyebutkan sumber daya komunitas yang tersedia
c. Intervensi
 Beri kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk
menddiskusikan penilaian mereka terhadap situasi.
 Hindari saling menyalahkan tetapi fasilitasi ventilasi
amarahnya
 Krarifikasi perasaan anggota keluarga
 Jika ada indikasi, minta anggota keluarga untuk
mempertimbangkan masalah dari perspektif anggota keluarga
yang lain
 Jika ada anggota keluarga yang sakit, bantu keluarga untuk
mempunyai harapan yang lebih realistis.
3. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman
seksual
a. Tujuan
Individu melakukan kembali aktivitas seksual sebelumnya atau
menjalankan aktivitas seksual pengganti yang lebih memuaskan
b. Criteria hasil
 Mengubah prilaku untuk mengurangi stressor
 Melakukan aktivitas seksual yang memuaskan
c. Intervensi
 Gali hubungan pasien dengan pasangannya
 Dorong untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi
seksual yang mungkin mengganggu pasien.

15
 Lakukan latihan teratur untuk reduksi stress
 Anjurkan individu melakukan aktivitas seksual sedemikian
rupa yang mendekati pola sebelumnya
4. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan
a. Tujuan
Individu akan membuat pilihan berdasarkan informasi
b. Criteria hasil
 Menyatakan keuntungan dan kerugian dari pilihan
berkeluarga
 Menceritakan mengenai ketakutan dan keprihatinan
mengenai pilihan pasangannya.
c. Intervensi
 Tetapkan hubungan saling percaya yang berarti
meningkatkan saling pengertian dan perhatian
 Gali apa yang timbul bila tidak mengambil keputusan
 Benahi kesalahan informasi
 Beri dorongan pada pasangan untuk terlibat dalam
mengambil keputusan
 Kolaborasi denag keluarga untuk mengklarifikasi proses
pengambilan keputusan

Intervensi secara umum yang bias dilakukan perawat


a. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke
arah penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.
b. Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga
memunginkan keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan
berikutnya.
c. Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga
disfungsional.
d. Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan
keluarga.

16
e. Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara
kebutuhan dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara
individual dan fungsi yang optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).
f. Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi
primer.
g. Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang
beda dalam kehidupan keluarga.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya.
Masalah yang dialami pasangan usia subur antara lain pemilihan
kontrasepsi, penyakit kista, infertilitas dan lain-lain
3.2.Saran
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya melakukan penyuluhan tentang
kontrasepsi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan


Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan
KB. Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Iqbal,Wahit dkk. 2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam
Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.
Jakarta : EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta :
EGC.
Wright dan Leakey.1984. Penderita Obesitas.Jakarta : PT Pustaka Raya.

19

Anda mungkin juga menyukai