Kuljarwan
Kuljarwan
Pada mulanya (sekitar tahun 1910), kultur jaringan/sel hewan (animal tissue/cell culture) merupakan
metode untuk mempelajari tingkah laku atau sifat-sifat sel hewan dalam keadaan fisiologis maupun
dalam kondisi artifisial karena suatu perlakuan (treatment). Pada awalnya yang digunakan untuk kultur
adalah jaringan sehingga kembangkan kultur jaringan menjadi istilah yang digunakan.
Kultur jaringan (tissue culture) dalam arti luas menyangkut pengertian umum yang meliputi: kultur organ
(organ culture), kultur jaringan (explant culture), dan kultur sel (cell culture). Padahal sebenarnya,
batasan mengenai kultur organ adalah kultur dari organ utuh atau sebagian organ yang secara histologis
seperti halnya in vivo. Sedangkan kultur jaringan dan/atau kultur sel merupakan kultur dispersi sel (sel
yang telah dipisahkan) yang berasal atau yang didapat dari jaringan orisinal setelah terlebih dahulu
mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis).
Kultur sel yang didapat dari jaringan secara langsung disebut kultur sel primer, sedangkan kultur sel yang
telah mengalami penanaman berulang-kali (passage) disebut kultur cell line atau sel strain.
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak jaringan/sel yang berasal atau yang
didapat dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewan setelah terlebih dahulu mengalami pemisahan
(disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam tabung kaca).
1. Medium dasar : asam amino, asam lemak, glukosa, ion, vitamin dan ko-faktor
3. Aditif : antibiotik penisilin dan steptomycin , antifungi: fungizone 0,5%, dan Mercapto Ethanol
# Tripsinasi dilakukan dalam pemanas air dengan pengaduk steril selama 5-10 menit sampai cairan dalam
botol terlihat keruh.
# Organ yang belum hancur di tripsinasi ulang dan cairan yang terkumpul disaring, di sentrifugasi .
# Setelah 2-3 hari, biakan sel yang sudah monolayer dapat diperbanyak dengan cara pasase
Menurut Bedetti & Cantafora (1990), penggunaan kultur jaringan/sel (in vitro) memiliki beberapa
kelebihan dan keuntungan dibanding dengan menggunakan hewan hidup (in vivo) antara lain sebagai
berikut:
1) Pengambilan kesimpulan relatif lebih mudah dengan menggunakan populasi sel yang homogen.
2) Kultur sel primer tetap memiliki integritas morfologi dan biokimiawi dalam jangka waktu lama, dengan
demikian memungkinkan melakukan penelitian ulang (reproducible) dan terkontrol.
2) Tidak ada pengaruh sistemik dan kerjasama antar-sel yang berbeda dalam suatu jaringan yang
kemungkinan memegang peran penting dalam aktivitas fisiologis.
Saat ini, kultur jaringan/sel hewan telah menjadi khasanah fundamental dalam bidang ilmu
pengetahuan, seperti; biologi, kedokteran, farmasi, imunologi, dan bioteknologi. Setelah periode 1970-
an banyak penemuan-penemuan dalam berbagai disiplin ilmu yang tidak terlepas dari pemanfaatan
kultur jaringan seperti:
A. Transport intramembran seperti: (1) aktivitas dan perpindahan RNA dari inti ke sitoplasma dan
translokasi hormon, (2) pompa ion kalsium dan natrium, (3) molekul karier untuk transport glukosa, (4)
reseptor hormon dan molekul lainnya.
B. Aktivitas intraselular seperti: (1) replikasi DNA, (2) ekspresi gena, (3) sintesis protein, (2) isolasi
beberapa sel mediator, dan (3) (4) analisis kromosom untuk mengetahui kelainan genetik dari bayi dalam
kandungan, mempelajari efek toksik dari komponen obat, penentuan (diagnosis) adanya infeksi virus/
bakteri, dan monitoring efek pencemaran lingkungan.
C. Metabolisme intra-seluler seperti; (1) nutrisi, (2) inversi dan adanya induksi transformasi dari virus
atau agen kimiawi (obat-obatan), (3) mekanisme regulasi steroidogenesis pada sel-sel steroidogenik, (4)
peran molekulInsulin-like growth factor I (IGF-I) terhadap pertumbuhan dan diferensiasi berbagai jenis
sel. (4) metabolisme energi, lemak, dan protein, (5) reseptor kompleks dan fluktuasi mediator kimia dan
metabolit dalam sel.
D. Interaksi antar-sel, seperti: (1) sinyal antar-sel, (2) populasi kinetik dan adhesi sel, (3) peran berbagai
hormon pada sel-sel ovarium secara langsung misalnya pengaruh estrogen terhadap ekspresi R-LH.
2. Pemanfaatan Kultur Sel dalam Bioteknologi
Kultur organ , kultur keseluruhan organ atau bagiannya , sangat cocok untuk studi pembangunan,
interaksi induktif , dan efek dari bahan kimia dan fisik pada fungsi fisiologis organ tertentu .
Pertumbuhan organ atau bagiannya di mana komponen jaringannya baik dari segi struktur dan fungsi
dari organ yang dikultur tersebut dapat menyerupai atau mirip seperti organ yang bersangkutan disebut
kultur organ.
Dalam kultur tersebut , pertumbuhan baru dalam bentuk dibedakan kedalam masing masing
strukturnya. misalnya , struktur kelenjar dalam kasus kelenjar , bronkus kecil dalam kasus jaringan paru-
paru , dll. Kultur Organ mempertahankan sifat fisiologis dari organ tersebut , misalnya , hormon dapat
dihasilkan oleh kultur organ yang dapat menghasilkan hormon , dan organ endokrin terus mensekresi
hormon tertentu .
Selain itu, morfogenesis dalam kultur jaringan janin kurang secara in vitro kurang lebih sebanding dengan
yang dihasilkan secara in vivo . Dalam kasus kultur organ , hasil dari sel-sel yang terisolasi dari pinggiran
eksplan diminimalkan dengan cara memanipulasi media kultur atau kondisi lingkungan kultur.
Penelitian pertama pada Kultur organ dilakukan oleh Loeb pada tahun 1897 , yang mempertahankan
hati, ginjal , tiroid , dan ovarium seekor kelinci dewasa pada pembekuan plasma kecil dalam tabung
reaksi dan mencatat bahwa organ-organ ini mempertahankan sifat histologis normal mereka selama 3
hari . Kemudian pada tahun 1919 , Loeb dan Fleischer melaporkan bahwa tabung kultur harus diisi
dengan O2 untuk mencegah nekrosis sentral dari eksplan.
1. Plasma Clot
2. Raft Metode
3. Agar Gel
4. Grid Method
1.Media yang digunakan untuk kultur organ mirip dengan kultur sel (TCM199 & CMR1066 dengan atau
tanpa serum)
Kultur organ dapat digunakan untuk mempelajari perilaku dari suatu jaringan terpadu di laboratorium.
Ini memberikan kesempatan untuk memahami fungsi biokimia dan molekuler dari suatu organ /
jaringan.
Ini adalah teknik yang sulit dan mahal. Variasi tinggi dengan kemampuan reproduksi rendah. Untuk
setiap percobaan, organ baru atau segar diperlukan sebagai kultur organ yang tidak diperbanyak.
Jenis Kultur yang Lain
1. Kultur Histotypic : Teknik pengkulturan sel dengan tujuan agar reaggregasinya dapat membentuk
struktur seperti jaringan mewakili kultur histotypic.
2. Kultur organotypic : Sebuah komponen dari organ yang dibuat dengan menggunakan sel-sel dari garis
keturunan yang berbeda dalam rasio yang tepat serta dalam hubungan spasial.
Picture9
Picture10
SEL-SEL EMBRIOTIK
Karena sel-sel embriotik yang berfungsi membentuk jaringan tubuh dan bagian tubuh lainnya hanya aktif
saat manusia berada di kandungan sedangkan tumbuhan punya sel-sel embriotik yang aktif terus selama
hidupnya. Manusia (sel hewan) tidak mempunyai jaringan yang bersifat totipotensi, sehingga sel hewan
tidak dapat di kultur jaringan tapi sel hewan dapat di kloning.
SIFAT TOTIPOTENSI
Ketika kita mengkultur suatu sel ataupun jaringan dari tumbuhan setiap sel ataupun jaringan yang di
kultur bisa menjadi individu baru. Tapi berbeda dengan ketika kita mengkultur sel dari hewan ataupun
manusia. Kultur sel ataupun jaringan dari hewan hanya akan membentuk koloni sel ataupun jaringan
yang telah dikultur. Pada kultur jaringan tumbuhan dapat menjadi individu baru karena sifat totipotensi
yang dimiliki sel tumbuhan.
Kultur sel merupakan suatu proses saat sel hidup ditempatkan ke dalam suatu media yang dapat
membuat sel tersebut berkembang biak atau tumbuh secara in vitro (Ma’at, 2011). Media kultur buatan
yang digunakan untuk menumbuhkan sel di luar tubuh organisme dibuat semirip mungkin dengan cairan
biologis pada saat sel berada dalam tubuh organisme (Echalier, 1997). Kultur sel dapat berupa kultur sel
primer maupun cell line. Kultur sel primer merupakan kultur yang dimulai dari sel, jaringan, organ yang
diperoleh langsung dari organisme asalnya, sedangkan cell line ialah kultur yang diperoleh dari subkultur
pertama dari kultur primer.
Kultur sel primer memiliki beberapa kelemahan di antaranya kebutuhan hewan percobaan sebagai
bahan baku kultur yang besar dan kemungkinan besar adanya kontaminasi virus atau mikroba yang
dapat menginfeksi hewan percobaan yang akan digunakan sebagai stok kultur (Ma’at, 2011).
Keterbatasan teknik kultur sel antara lain dalam pembuatan kultur sel memerlukan keahlian dan
keterampilan khusus yang menjamin bahwa seluruh mata rantai prosedur pembuatannya terkontrol
secara aseptis (Freshney, 2005).
Metode dalam kultur sel terdiri atas kultur monolayer dan kultur suspensi. Metode kultur monolayer
digunakan jika sel yang akan dikultur merupakan sel yang melekat, sedangkan metode kultur suspensi
digunakan untuk sel yang tidak melekat (Ma’at, 2011). Prinsip umum maupun metode yang digunakan
dalam kultur sel invertebrata, relatif sama dengan prinsip maupun metode kultur yang digunakan dalam
kultur sel vertebrata (Vlak et al., 1996).
Sebelum tahun 1960, media kultur yang berasal dari alam/ natural masih banyak digunakan, seperti:
cairan amniotik, ekstrak embrio dan cairan yag berasal dari berbagai jaringan tubuh. Karena kesulitan
dalam standarisasi akhirnya media tersebut banyak ditinggalkan dan yang masih banyak digunakan
hingga saat ini tinggal serum, tryptose phosphate broth dan laktalbumin hidroksilat yang diperoleh dari
hidrolisis enzimatis protein susu, itupun kebanyakan digunakan dalam campuran bersama media culture
(defined media) guna meningkatkan sifat-sifat pertumbuhannya.
Pembuatan media kultur untuk pertumbuhan sel diusahakan memenuhi kriteria. Konstituen dasar dari
media kultur yang paling banyak digunakan adalah BSS (Balanced Sald Solution) yang disusun dari garam
anorganik, natrium bikarbonat dan suplemen glukosa. Untuk membuat media kultur yang kompleks,
misalnya medium Eagle MEM (Minimum Esential Medium) diperlukan penambahan bahan-bahan
seperti asam amino, vitamin, dan mineral.
Berikut adalah macam-macam media yang digunakan dalam kultur sel :Minimun Essential Media
(MEM)Eagle’s Minimal Essential Medium ( EMEM) medium kultur yang dikembangkan oleh Harry Eagle,
yang mengandung asam amino , garam, glukosa dan vitamin, salah satu variasidari EMEM yaitu
Dulbecco’s modified Eagle’s medium (DMEM) yang mengandung vitamin dan asam amino 4 kali lebih
besar dan mengandung 2-4 kali lebih banyak glukosa dan terdapat tambahan unsur besi dan phenol red