Anda di halaman 1dari 10

Fakultas Hukum, Faculty of Law

SeminarUniversitas
Seminar Nasional Hukum Nasional Hukum Universitas
Negeri Semarang Negeri Semarang 228
Law
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2018, 228-237

Money Politic dalam Praktik Demokrasi


Indonesia
Amarru Muftie Holish, Rohmat, Iqbal Syarifudin*
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diangap modern pada abad


ke dua puluh ini, seiring dengan perkembangan situasi sistem
pemerintahan di dunia demokrasi berjalan semakian eksis bersama
monarki sebagai salah satu sistem pemerintahan yang familiar. Demokrasi
yang mengatas namakan pemerintahan dari rakyat untuk rakyat itu
memang cendrung akan menghasilkan keseimbangan dalam pembagaian
kekuasaan. Teori montesque pembagaian Trias politika adalah menjadi
amatlah mudah dilaksanakan dengan sistem demokrasi. Indonesia sebagai
salah satu negara modern didunia yang juga melaksanakan sistem
Demokrasi Pancasila dalam sistem pemerintahannya sebagai salah satu
negara nomor 4 terbesar di dunia yang menganut sistem demokrasi
Indonesia telah banyak menjadi panutan dalam sistem berdemokrasi.
Pemilihan Kepala daerah secara otonom dan pemilihan langsung Presiden
merupakan capaian emas sistem demokrasi Indonesia, ditambah lagi
dengan beberapa pemilihan kepala daerah yang sudah dilakukan secara
serentak membuat Indonesia semakin memantapkan diri sebagai dengara
modern dengan sistem demokrasi. Akan tetapi, sistem demokrasi juga
memiliki beberapa kelemahan salah satunya adalah prihal finansial yang
membutuhkan biaya yang tinggi, sehingga tak jarang sistem demokrasi
juga menyebabkan kendala di sektor keuangan karena memang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam perhelatannya. Tak jarang
praktik money politik terjadi dalam praktik berdemokrasi sehingga
sesuanguhnya sangatlah menciderai esensi dari bernegara, lantas
bagaimana pandangan hukum Indonesia mengenai money politik dalam
berdemokrasi lalu bagaimanakah sanksi bagi para pelaku money poltik
dalam prespektif hukum pidana di Indonesia.

Democracy is a system of government that is considered modern in the twentieth


century. Along with the development of the situation, the system of government
in the world of democracy has existed together with the monarchy as a familiar
system of government. Democracy in the name of government from the people
for the people is indeed likely to produce a balance in the division of power.
Montesque's theory of division Trias politics is to be very easily implemented
with a democratic system. Indonesia as one of the modern countries in the world
that also implements the Pancasila Democracy system in its government system
as one of the 4th largest countries in the world that adheres to the Indonesian
democratic system has become a role model in the democratic system. The

*Surel: muftie199@gmail.com, rohmat0817@students.unnes.ac.id,


iqbalsyariefudin11@gmail.com

ISSN (Cetak) 2614-3216 ISSN (Online) 2614-3569


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
http://fh.unnes.ac.id
229 Amarru Muftie Holish, Rohmat, Iqbal Syarifudin

selection of regional heads autonomously and direct presidential elections is a


golden achievement of Indonesia's democratic system, coupled with several
regional head elections that have been carried out simultaneously making
Indonesia increasingly establish itself as a modern with a democratic system.
However, the democratic system also has a number of weaknesses, one of which
is financial matters that require high costs, so that democracy often causes
problems in the financial sector because it requires a lot of money in the event.
Not infrequently the practice of money politics takes place in the practice of
democracy so that everything really hurts the essence of the state, then what is the
legal view of Indonesia regarding money politics in democracy then what are the
sanctions for perpetrators of money politics in the perspective of criminal law in
Indonesia.

Kata kunci: Demokrasi, Money Politic, Hukum Pidana, Indonesia

Pendahuluan

Demokrasi merupakan salah satu bentuk dari sistem pemerintahan


yang diangap sistem pemerintahan moderen saat ini didunia. Demokrasi
menjadi tonggak kekuasan yang ideal dalam membagi kekuasan
berdasarkan kewajiban dan fungsinya. Indonesia sebagai salah satu negara
di era moderen tak lekang pula dengan sistem demokrasi pada sistem
kenegaraannya, Indonesia menganut sitem demorasi Pancasila sebagai ciri
khas demokrasi yang Indonesia jalankan, namun sepeti yang kita ketahui
bersama sistem demokrasi memang sangatlah adil dalam prosesi pemilihan
dan perebutan kekuasan pemerintah, meski kecil akan kecurangan dan
cendrung menciptakan rasa keadilan akan tetapi demokrasi sangatlah
membutuhan kekuatan finansial dalam menjalankannya, seperti sudah
menjadi rahasia umum dalam menjalkan sutau pesta demokrasi dibutuhan
kekuatan materi yang tidak sedikit, didalam penyelngaraan pemilu
dibutuhkan bukan hanya dari setiap peserta pesta demokrasi tersebut,
melainkan juga penyelengara demokrasi yaitu Negara. Transisi demokrasi di
Indonesia, berbagai fenomena praktek pemilihan umun lahir tidak
mencerminkan asas-asas demokratis. Salah satu praktek tersebut adalah
politik uang (money politics).
Secara umum, pengertian politik uang dalam tulisan ini adalah terkait
upaya mempengaruhi massa pemilu dengan imbalan materi berupa
pemberian langsung uang tunai, pemberian bantuan/sumbangan barang,
pemberian bahan pokok berupa sembako, dan memberi dan menjanjikan
iming-iming “sesuatu‟ untuk mendapatkan keuntungan politik, atau juga
disebut istilah politik transaksional. Menurut Ramlan Surbakti, tujuan dari

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 230

pemilu meliputi 3 hal yakni: (a).sebagai mekanisme untuk menyeleksi para


pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum; (b).sebagai
mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada
badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang
memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjaga; (c). sebagai
sarana memobilisasi dan atau menggalang dukungan rakyat terhadap negara
dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik. Guna
mewujudkan tujuan tersebut, pemilu harus dilakukan secara berkala dan
didasarkan pada prinsip bebas, jujur dan adil. Pemilu pada dasarnya dapat
dikatan sebagai praktik merubah suara rakyat menjadi kursi keuasan
lembaga tinggi negra maupun pemerintahan otonomi daerah.
Skala dalam penyelengaraan pemilu pun beragam mulai dari pemilu
Nasional hingga pemilu kepala daerah dan angota legislatif tingkat II.
Secara kepentingan pemilu dapat diabgi menjadi 2 yaitu pemilihan
pemerintah eksekutif dan pemilihan pemerintahan Parlemen Legislatif,
kedua pemilu ini memiliki tujuan masing masing tetapi memiliki asas dan
prinsip yang sama. Dewasa ini dalam praktinya Politik demokrasi yang di
wajahkan kepada Pesta demorasi atau pemilu pada umumnya
membutuhkan kekuatan finansial yang tidak sedikit, tak jarang praktik
kecurangan money politic terjadi pada saat pemilu, tentu bukan sesuatu hal
yang mengherankan bahwasannya Pemilu membutuhkan masa dan keuatan
materi yang tak sedikit pula. Pembiyayan kampanye dan pembiyayan Tim
sukses membuat ongkos dari pesta ini tidaklah murah selain itu pembuatan
kaos dan buah tangan buah tangan lainya. Hal ini bukanlah isapan jempol
biasa, tentu hal ini terjadi di pesta demokrasi Indonesia , sehinga menjadi
hal menarilah penulis dalam mengaji bahasan paper ini sebagai salah satu
kajian ilmiah yang menerangkan money politic dalam sistem demokrasi
Indonesia beserta bagaimanakah payung hukum Indonesia menjaga marwah
Demokrasi agar tetap menjadi saran mencetak negarawan yang bijak bagi
bangsa Indonesia.

Analisis dan Pembahasan

1. Definisi Money Politic


Money Politic dalam bahasa Indonesia adalah suap, arti suap dalam
kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. Politik uang adalah
pertukaran uang dengan maksud untuk menentukan posisis seseorang,
kebijakan yang akan dikeluarkan dan keputusan politik yang

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
231 Amarru Muftie Holish, Rohmat, Iqbal Syarifudin

mengatasnamakan kepentingan rakyat namun sesungguhnya hanya untuk


kepentingan pribadi, kelompok maupun partai politik. Politik uang adalah
upaya mempengaruhi orang lain dalam hal ini masyarakat dengan
menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual -beli suara pada
proses politik dan kekuasaan serta tindakan membagi-bagikan uang, baik
milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara pemilih.1
Politik uang dapat diartikan juga sebagai upaya mempengaruhi
perilaku orang lain dengan memberikan imbalan tertentu. Ada yang
mengartikan politik uang sebagai tindakan jual beli suara pada proses
politik dan kekuasaan. Tindakan itu bisa terjadi dalam jangkauan yang luas,
dari tingkat paling kecil yaitu Pemilihan kepala desa hingga pemilihan
umum .
Dari pengertian tentang money politics yang sudah dipaparkan diatas,
maka dapat dijabarkan bahawa politik uang adalah semua tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dengan sengaja ,modus yang ada biasanya dengan
memberti , menjanjikan uang atau materi lainnya, kepada seseorang agar
menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu atau untuk mempengaruhi
seseorang untuk tidak menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon
tertentu, atau dengan sengaja menerima atau memberi dana kampanya dari
atau kepada pihak-pihak tertentu. Money politic dengan demikian adalah
suatu bentuk pemberian ataupun janji untuk menyuap seseorang baik agar
orangitu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan dengan cara tertentu pada saat pemilu,pemberian biasanya
dapat berupa uang dan barang
Bertitik dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa money politics yang
biasanya terjadi yaitu merupakan pemberian uang ataupun barang,dengan
tujuan untuk menarik simpati para pemilih,dengan adanya beberapa
klasifikasi pemilih sehingga diperlukan untuk menentukan sasaran khalayak
yang kiranya sangat mudah untuk dipengaruhi agar calon kandidat bisa
memenangkan kampanyenya untuk mengambil kekuasaan tersebut.

2. Bentuk-Bentuk Money Politic


Berikut akan dijelaskan tentang bentuk – bentuk money politic,
sebagai berikut:

1
Tjahjo Kumolo, 2015, Politik Hukum Pilkada Serentak, Bandung, PT Mizan Publika,
hlm. 155

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 232

a. Berbentuk Uang
Dalam masyarakat, tidak terkecuali masyarakat religius, uang
memang diakui sebagai senjata politik ampuh yang sangat strategis untuk
menaklukkan kekuasaan. Karena, pada dasarnya uang merupakan saudara
kembar kekuasaan. Uang merupakan faktor penting yang berguna untuk
mendongkrak personal seseorang, sekaligus untuk mengendalikan wacana
strategis terkait dengan sebuah kepentingan politik dan kekuasaan. Dimana,
seseorang leluasa mempengaruhi dan memaksakan kepentingan pribadi dan
kelompoknya pada pihak lain melalui berbagai sarana, termasuk uang.2
Dalam pemilihan Presiden, uang sangat berperan penting. Modus
Money Politic yang terjadi dan sering dilakukan, antara lain:
1) Sarana Kampanye. Caranya dengan meminta dukungan dari
masyarakat melalui penyebaran brosur, stiker dan kaos. Setelah
selesai acarapun, para pendukung diberi pengganti uang transport
dengan harga yang beragam.
2) Dalam Pemilu ada beberapa praktik tindakan Money Politic
misalnya: distribusi sumbangan, baik berupa barang atau uang
kepada para kader partai, penggembira, golongan atau kelompok
tertentu.Bantuan Langsung (Sembako Politik). Yaitu pemberian dari
calon tertentu untuk komunitas atau kelompok tertentu.3 Caranya,
dengan mengirimkan proposal tertentu dengan menyebutkan jenis
bantuan dan besaran yang diminta, jika proposal tersebut dikabulkan
maka secara otomatis calon pemilih harus siap memberikan
suaranya.

b. Berbentuk Fasilitas Umum


Politik pencitraan dan tebar pesona lazim dilakukan oleh para calon
untuk menarik simpati masyarakat didaerah pemilihannya. Hal ini tidak saja
menguntungkan rakyat secara personal, namun fasilitas dan sarana umum
juga kebagian “berkah”. Politik pencitraan dan tebar pesona melalui “jariyah
politis” ini tidak hanya dilakukan oleh calon-calon yang baru, tetapi juga
oleh para calon yang berniat maju kembali di daerah pemilihannya.
Instrument yang dijadikan alat untuk menarik simpati masyarakat dengan
menyediakan semen, pasir, besi, batu dan sebagainya. Fasilitas dan sarana

2
Ahmad Khoirul Umam, 2006, Kiai dan Budaya Korupsi di Indonesia, Semarang,
Rasail, hlm. 24.
3
L. Sumartini, 2004, Money Politics dalam Pemilu, Jakarta, Badan Kehakiman Hukum
Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, hlm. 148-149.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
233 Amarru Muftie Holish, Rohmat, Iqbal Syarifudin

umum yang biasa dijadikan Jariyah Politis, yaitu: Pembangunan Masjid,


Mushalla, Madrasah, jalan-jalan kecil (gang-gang), dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dari bentuk money politic adalah berupa uang
dengan nominal tertentu dan berupa barang seperti sembako, dalam bentuk
lain bisa juga berupa perbaikan terhadap fasilitas umum, seperti
Pembangunan Masjid, Mushalla, Madrasah, jalan-jalan kecil (gang-gang),
dan sebagainya.

3. Strategi Money Politic


Dalam hal ini, terdapat beberapa strategi-strategi money politic,
sebagai berikut:
a. Serangan Fajar
Serangan fajar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bentuk
politik uang dalam rangka membeli suara yang dilakukan oleh satu atau
beberapa orang untuk memenangkan calon yang bakal menduduki posisi
sebagai pemimpin politik. Serangan fajar umumnya menyasar kelompok
masyarakat menengah ke bawah dan kerap terjadi menjelang pelaksanaan
pemilihan umum. 4
b. Mobilisasi Massa
Mobilisasi massa biasa terjadi pada saat kampanye yang melibatkan
penggalangan massa dengan iming-imingan sejumlah uang untuk
meramaikan kampanye yang diadakan oleh partai politik. Penggunaan uang
biasanya untuk biaya transportasi, uang lelah serta uang makan, dengan
harapan massa yang datang pada saat kampanye akan memilihnya kelak.
Dalam memobilisasi masa disinilah money politic ini bermain dengan cara
pembelian pengaruh , dengan alat para tokoh masyarakat yang dijadikan
sebagai penggalang masa untuk mempengaruhi pemilih sesuai dengan
pesanan kandidat, dalam rangkaian kampanye pun sebagian masyarakat
diberi uang makan dan bayaran untuk mengikuti kampanye akbar,
Bahwasannya dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2012 yaitu dalam
hal pelaksana kampanye tidak diperkenankan menjanjikan atau memberikan
uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye secara
langsung ataupun tidak langsung.

4
Dedi Irawan, “Studi Tentang Politik Uang (Money Politic) dalam Pemilu Legislatif
Tahun 2014: Studi Kasus Di Kelurahan Sempaja Selatan”, Jurnal Ilmu Pemerintahan
(Maret, 2015), hlm. 3-4

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 234

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Money Politic


a. Kemiskinan
Sebagaimana kita ketahui, angka kemiskinan di Indonesia cukup
tinggi. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjan. Kondisi miskin tersebut seperti memaksa dan menekan
sebagian masyarakat untuk segera mendapat uang. Money politic pun
menjadi ajang para masyarakat untuk berebut uang. Mereka yang menerima
uang terkadang tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima yaitu,
tindakan suap dan jual beli suara yang jelas melanggar hukum. Yang
terpenting adalah mereka mendapat uang dan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Politik
Tidak semua orang tahu apa itu politik, bagaimana bentuknya, serta
apa yang ditimbulkan dari politik. Itu semua bisa disebabkan karena tidak
ada pembelajaran tentang politik di sekolah-sekolah ataupun masyarakatnya
sendiri yang memang acuh terhadap politik di Indonesia. Sehingga ketika
ada pesta politik, seperti pemilu, masyarakat tersebut akan bersikap acuh
dengan pemilu. Tidak mengenal partai, tidak masalah. Tidak tahu calon
anggota legislatif, tidak masalah. Bahkan mungkin, tidak ikut pemilu pun
tidak masalah. Kondisi seperti ini menyebabkan maraknya politik uang.
Masyarakat yang acuh dengan pemilu dengan mudah menerima pemberian
dari para peserta pemilu. Politik uang pun dianggap tidak masalah
bagimereka. Mereka tidak akan berpikir jauh ke depan bahwa uang yang
diberikan itu suatu saat akan 'ditarik' kembali oleh para calon kandidat yang
nantinya terpilih. Mereka tidak menyadari adanya permainan politik yang
sebenarnya justru merugikan diri mereka sendiri.
c. Kebudayaan
Saling memberi dan jika mendapat rejeki, tidak boleh ditolak.
Begitulah ungkapan yang nampaknya telah melekat dalam diri bangsa
Indonesia. Uang dan segala bentuk politik uang dari peserta pemilu
dianggap sebagai rejeki bagi masyarakat yang tidak boleh ditolak. Dan
karena sudah diberi, secara otomatis masyarakat harus memberi sesuatu pula
untuk peserta pemilu, yaitu dengan memilih, menjadi tim sukses, bahkan
ikut menyukseskan politik uang demi memenangkan peserta pemilu

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
235 Amarru Muftie Holish, Rohmat, Iqbal Syarifudin

tersebut. Hal itu semata-mata dilakukan sebagai ungkapan terimakasih dan


rasa balas budi masyarakat terhadap si pemberi yang memberi uang.

Analisis
Dalam beberapa peraturan perundang-undangan, perbuatan
melakukan politik uang hanya dapat diinterpretasikan secara tersirat (tidak
secara langsung menyebutkan sebagai perbuatan politik uang), misalnya
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembertantasan Tindak Pidana Korupsi
(UUTPK), dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak
Pidana Suap UUTPS).
‟Politik Uang‟. Politik uang sebagai suatu tindak pidana dapat
dilihat dalam perumusan Pasal 73 ayat (3) Undang-Undang tentang
PEMILU tahun 1999, yang menyebutkan bahwa: “Barangsiapa pada waktu
diselenggarakannya Pemilihan Umum menurut undang-undang ini dengan
pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak
menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya
dengan cara tertentu, dipidana dengan hukuman penjara paling lama 3 (tiga)
tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap
berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu.” Dalam UU N0.12 Th. 2003
Tentang Pemilu Tahun 2004, mengenai perbuatan seperti di atas
dirumuskan melalui Pasal 139 ayat (2) dengan menyebutkan bahwa:
“Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang
atau materi lainnya supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih
prserta Pemilu tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara
tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam pidana
penjara paling singkat 2 (dua) bulan atau paling lama 12 (dua belas) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau
paling banyak 1.000.000,00 (satu juta rupiah)“
Sudah jelas money politic adalah suatu bentu tindak pidana dalam
pemilu , hal ini dikarenakan akan merusak nilai – nilai Langsung umum
bersih dan rahasia itu sendiri, tentunya banyak faktor yang menyebabkan
seseorang melakukakn money politik faktor mengapa penerima mau
menerima barang tersebut ataupun sebaliknya. Akan tetapi memang sanagt
disadari kekurangan pengetahuan masyarakat dan lemahnya pengawasan
lembaga berwenang membuat praktik money politic sudah sangatlah subur
dalam setiap perhelatan demokrasi kita dan karena pembatasan Antara
money politic dan pembiyaan Pemilihan amatlah tipis membuat aparat juga

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang 236

terkadang cukup kesulitan dalam memberantas permasalahan yang satu Ini


sehingga masih marak terjadi dikalangan masyarakat awam.

Kesimpulan
Kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan diatas adalah money
politic dalam Prespektif Demokrasi di Indonesia adalah suartu pelangaran,
karena pada esensinya money politic di Indonesia akan merusa
elekttabilitas dari Pemilihan Umum itu sendiri. Sudah sangatlah jelas
bahwasannya money politic untuk mengendaliakn Hak seseorang adalah
pelangaran pidana, hal ini tertera dalam UU No 12 tahun 2003 pasal 139
(2) tentang pemilihan umum. Sehingga dapatalah diatrik kesimpulan Praktik
money Politik dengan bentuk apapau dan tujuan apapun adalah pelangaran
yang dikenakan sanksi Pidana yang tertera dalam Undang Undang.
Saran dari Penulisan paper ini adalah bagaimanapun pengawasan
terhadap Peserta Pemilu oleh lembaga yang berwenng haruslah
dilaksanakan untuk menciptakan kebersihan dari penyelengaran demokrasi
yang langsusng Umum bebas dan rahasia, selai itu pula penyuluhan dan
pencerdasan kepada masyarakat pun dibutuhkan untuk mengurangi
pelangaran money politic dikarenakan pengetahuan masyarakat yang rendah
pula menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pelangaran money politic
marak terjadi dikalangan Masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka

Irawan, Dedi. (2015). “Studi Tentang Politik Uang (Money Politic) Dalam
Pemilu Legislatif Tahun 2014: Studi Kasus Di Kelurahan
Sempaja Selatan” Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 3 No. 2, hlm
1-28.
I, Sriyanto. (2003). “Praktik Politik Uang dalam Perspektif Hukum Pidana”.
Lex Jurnalica, Vol.1, No.1, hlm. 1-20.
Kumolo, Tjahjo. (2015). Politik Hukum Pilkada Serentak. Bandung: PT
Mizan Publika.
Sumartini, L. (2004). Money Politics dalam Pemilu. Jakarta: Badan
Kehakiman Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia.
Umam, Ahmad Khoirul. (2006). Kiai dan Budaya Korupsi di Indonesia.
Semarang: Rasail.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
237 Amarru Muftie Holish, Rohmat, Iqbal Syarifudin

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembertantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana Suap.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/snh
© 2018. Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai