Pendahuluan
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi
janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur.1
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah yang penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Pada kehamilan aterm insidensinya 8 – 10%. Sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 1% dari semua kehamilan.1 Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan
lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas.
Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi
30-40%.
Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri (autoanamnesis) maupun dari keluarga
terdekat (alloanamnesis).2
Hal yang perlu ditanyakan antara lain3,4:
Identitas pasien (nama, usia pasien, nama suami atau keluarga terdekat, alamat, agama,
pendidikan terakhir, suku bangsa)
Apa keluhan utama yang dialami pasien
Sudah berapa lama sejak cairan keluar
Bagaimana warna, konsistensi, bau, dan jenis cairan yang keluar
Apakah pernah terjadi sebelumnya
Kegiatan yang dilakukan sebelum gejala muncul
1
Pekerjaan atau kegiatan kesehariannya
Apakah pernah melakukan screening untuk kehamilan atau tes penyakit tertentu untuk
kehamilan
Riwayat kehamilan sekarang.
Pada riwayat kehamilan sekarang, yang perlu kita ketahui adalah periode haid terakhir
(HPHT) dan periode menstruasi sebelumnya. Kemudian perkirakan tanggal partus.
Disamping itu, juga perlu dicatat:
Tanda-tanda, gejala, dan masalah saat kehamilan sekarang.
Adanya infeksi, pengobatan, trauma, kemungkinan paparan dengan zat-zat fetotoksik,
terutama yang terjadi selama kehamilan sekarang.
Riwayat menstruasi (usia saat menarke, interval periode menstruasi, lama dan jumlah
darah saat menstruasi, adakah nyeri saat haid)
Kontrasepsi (metode, lama, penerimaan atau alasan pemberhentian)
Riwayat kehamilan
Berapa kali hamil
Adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu
Apakah pernah keguguran, berapa kali, dan pada usia berapa bulan
Riwayat persalinan
Berapa kali bersalin
Bagaimana cara persalinan terdahulu
Kalau persalinan dengan sectio caesarea apa alasannya
Riwayat reproduksi individu bisa dicatat dengan menggunakan definisi sebagai berikut:
Graviditas (G): jumlah total kehamilan, termasuk kehamilan intrauterin, normal dan
abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan molahidatidosa. Kehamilan multipel
dihitung sebagai satu kali kehamilan.
Paritas (P): kelahiran satu atau lebih bayi dengan berat > 500 gram, hidup atau mati.
Jika berat badan bayi tidak diketahui, gunakan usia kehamilan ≥ 24 minggu.
Abortus (A): kehamilan yang berakhir pada usia < 24 minggu atau berat janin < 500
gram
Riwayat keluarga:
buatlah catatan gangguan kesehatan, genetik, dan kejiwaan yang dapat mempengaruhi
pasien serta keturunannya.
Adakah riwayat penyakit yang sama atau mirip pada keluarga dengan pasien.
2
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan saat pasien mulai masuk dalam kamar periksa. Dalam inspeksi hal
yang perlu kita nilai antara lain:
Keadaan umum, kesadaran, dan sikap pasien.5
Bentuk perut.5
Bila ketuban sudah pecah, maka pengamatan dengan mata biasa juga akan tampak
keluarnya cairan dari vagina.
2. Palpasi
Lakukan palpasi abdomen untuk menemukan:
Organ atau massa.
Gerakan janin. Biasanya gerakan janin dapat dirasakan oleh pemeriksa sesudah 20
minggu.5
Kontraktilitas uterus. Uterus berkontraksi tidak teratur sesudah kehamilan 12
munggu dan kontraksi uterus ini sering kali terjadi sebagai respon terhadap palpasi
setelah trimester ketiga. Pemeriksa akan merasakan abdomen yang tegang atau
kencang dan mengalami kesulitan untuk meraba bagian tubuh janin. Jika tangan
pemeriksa dibiarkan berada pada daerah fundus uteri, jari-jarinya akan merasakan
relaksasi otot rahim.5
selain untuk menentukan kontraktilitas, palpasi uterus juga dilakukan untuk
menetukan ukuran, bentuk, konsistensi, dan posisinya. Semua ini bergantung pada
berapa minggu usia kehamilannya. Pelunakan yang dini pada isthmus, tanda Hegar,
merupakan tanda khas kehamilan.5
3
punggung janin berada, berapa jauh presenting part sudah turun ke dalam rongga
panggul ibu. Informasi ini diperlukan untuk menilai apakah pertumbuhan janin cukup
memadai dan bagaimana probabilitas keberhasilan kelahiran bayi per vaginam.5,6
Leopold 1: pemeriksa berdiri di samping pasien dan menghadap ke arah kepala
pasien. Dengan kedua jari, tentukan tinggi fundus. Dengan satu tangan, tentukan
bagian apa dari anak yang terletak dalam polus superior fundus uteri. Kepala
berbentuk bulat, keras dan ada ballottement. Sementara, bokong konsistensinya
lunak, tidak begitu bulat dan tidak ada ballottement.5
Leopold 2: posisi pemeriksa dan pasien tetap. Pemeriksa menempatkan kedua
tangan pada setiap sisi perut ibu dengan tujuan untuk memegang tubuh janin di
antara kedua tangan tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan kedua belah jari-jari
uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana letak punggung anak apakah di
kanan atau kiri. Punggung anak memberikan tahanan terbesar.5
Leopold 3: posisi pasien dan pemeriksa tetap. Pemeriksa memakai satu tangan
menentukan apa yang menjadi bagian bawah apakah kepala atau bokong.5
Leopold 4: pemeriksa menghadap kearah kaki pasien. Dengan kedua belah tangan
ditentukan seberapa jauh kepala masuk ke dalam panggul. Bila posisi tangan
konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul. apabila posisi tangan
4
sejajar, berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul. Sedangkan
apabila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul.5
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan CBC (Complete Blood Count)
Pemeriksaan CBC meliputi hitung sel darah putih, jumlah sel darah (merah, putih,
keping darah), laju endah darah (LED), Hemoglobin, dan Hematokrit. Penting diperiksa
pada ibu hamil untuk mengindikasikan apakah ada infeksi, anemia, dan persiapan jika
terjadi pendarahan.10
Inspekulo untuk pengambilan cairan pada forniks posterior. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk:
Tes Lakmus (tes Nitrazin): cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,
darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.8
5
Tes Ferning: pemeriksaan ini dilakukan dengan cara dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.8
2. Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi (USG)
USG dapat digunakan untuk indentifikasi kehamilan normal dan abnormal secara dini,
menentukan posisi dan presentasi janin, perkiraan besar dan berat janin, pengamatan
organ-organ janin (misalnya: jantung) dan penentuan kesejahteraan janin, identifikasi
kehamilan multipel, merinci kelainan janin, perbandingan berbagai bagian janin,
menunjukan hidramnion atau oligohidramnion, visualisasi tali pusat dan pengukuran
darah tali pusat.
Pada pemeriksaan USG untuk kasus yang dicurigai ketuban pecah dini, biasanya dicari :
Indeks cairan amnion
Aktivitas atau gerakan janin
Pengukuran berat badan janin
Detak jantung janin
Kelainan kongenital atau deformitas
Working Diagnosis
6
term" (sekitar usia kehamilan 32-36 minggu). Ketika PROM previable terjadi, persalinan
segera akan mengakibatkan kematian neonatal. Manajemen konservatif dapat menyebabkan
kelahiran previable atau periviable, tetapi mungkin juga menyebabkan perpanjangan latensi
dan persalinan yang cukup matang untuk janin.4
Gejala adalah kunci untuk diagnosis, pasien biasanya melaporkan cairan yang tiba-tiba
menyembur dari vagina dan pengeluaran cairan yang berlanjutan. Gejala tambahan yang
mungkin penting termasuk warna dan konsistensi cairan adalah adanya bintik-bintik dari
vernix atau mekonium, pengurangan ukuran uterus, dan peningkatan keunggulan janin untuk
palpasi.7
Differential Diagnosis
Cairan fisiologi vagina adalah sekret vagina normal yang berwarna jernih atau putih,
tidak ada reaksi inflamasi. Sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi vulva, cairan vagina,
sekresi serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi fungsi ovarium.
7
Leukorea dapat terjadi secara fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit jarang, sedang pada kondisi
patologis terdapat banyak leukosit.
Leukorrea fisiologis biasa ditemukan. pada keadaan antara lain:
1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina bayi.
2. Waktu disekitar menarche, timbul karena pengaruh estrogen. Leukorea ini
akan hilang sendiri tetapi dapat meresahkan orang tua penderita.
3. Rangsangan seksual pada wanita dewasa
4. Waktu sekitar ovulasi, karena sekret dari kelenjar-kelenjar seviks uteri menjadi
lebih encer.
5. Pada wanita dengan penyakit menahun, pengeluaran sekret kelenjar serviks
uteri juga bertambah. 8
Bakterial Vaginosis
Etiologi
Sebab- sebab terjadinya ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut:9
1. Faktor umum
a. Infeksi STD (Sex Transmitted Disease) biasanya dikarenakan infeksi Clamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrheae.
b. Faktor sosial: perokok, alkohol, keadaan sosial ekonomi rendah.
2. Faktor keturunan
a. Kelainan genetik
b. Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum.
3. Faktor obstetrik, antara lain:
a. Over distensi uterus: kehamilan kembar, hidramnion.
8
b. Faktor obstetrik:
Serviks inkompeten
Serviks konisasi / menjadi pendek
Terdapat sefalopelvic disproposi:
o Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
o Kelainan letak janin, sehingga ketuban bagian terendah langsung menerima
tekanan intrauteri yang dominan.
4. Trauma
5. Golongan darah: akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
6. Tidak diketahui penyebabnya.
Epidemiologi
Patofisiologi
9
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi ekstrameduler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini antara lain :1
Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pada pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat
oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor jaringan protease. Mendekati waktu persalinan,
terjadi degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Pada penyakit
periondontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.1
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.1
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :11
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
Penatalaksanaan
10
yang dimaksudkan yakni infeksi uteri, solutio plasenta, gawat janin, prolaps tali
pusat, dan evaluasi detak jantung janin menunjukan hasil gawat janin.12
b. Medika Mentosa
Kortikosteroid.
Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal pasca
ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan risiko terjadinya sindrom
distress pernafasan (20-35,4%), hemoragi intraventrikular (7,5–15,9%). National
Institute of Health merekomendasikan pemberian kortikosteroid sebelum masa
gestasi 30 – 23 minggu, dengan asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra
amniotik. Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu masih
kontroversial dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti immaturitas paru
melalui pemeriksaan amniosentesis.13
Antibiotik
Pemberian antibiotik pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi
neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan
meliputi ampisilin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam
selama 48 jam, diikuti pemberian amoksisilin 250 mg dan eritromisin 333 mg
setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang mendapat kombinasi ini dimungkinkan
dapat mempertahankan kandungan selama 3 minggu setelah penghentian
pemberian antibiotik setelah 7 hari.13
Ada tiga kemungkinan yang dapat dilakukan pada ketuban pecah dini yakni:
1. Konservatif
Tatalaksana konservatif antara lain:
Tirah baring dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotik sehingga dapat
menghindari terjadinya infeksi. Antibiotik yang dapat digunakan yakni Ampisilin (4
x 500 mg) atau eritromisin bila tidak tahan terhadap ampisilin dan metronodazol (2 x
500 mg) diberikan selama 7 hari.12
Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin. Sedian terdiri atas betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.12
11
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi : beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada kehamilan 37 minggu.12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 24 jam. Pemberian tokolitik digunakan
untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus.12
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin). Pemberian
antibiotik dilakukan untuk mengurangi peranan infeksi sebagai pemicu terjadinya
proses persalinan.12
2. Tatalaksana aktif
Tindakan memberikan kortikosteroid tidak terlalu banyak dapat meningkatkan
maturitas janin dan paru. Dalam keadaan terpaksa harus dilakukan terminasi
kehamilan untuk menyelamatkan bayi atau maternal.1
Pencegahan
Pencegahan terjadi ketuban pecah dini diutamakan menghindari faktor resiko yakni antara
lain:14,15
Pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang sehat, minum cukup,
olahraga teratur, dan berhenti merokok. Hindari makan - makanan yang bisa
meerangsang terjadinya kontraksi rahim, misalnya minuman beralkohol kadar
tinggi, makanan yang mengandung zat fermentasi berlebihan.
Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan dari depan ke belakang setelah
berkemih atau BAB dan rajin mebersihkan daerah perineum (antara vagina
dengan anus).
Hindari hubungan seksual lebih dari satu partner.
Berkonsultasi dengan dokter bila ada bau sekret vagina yang berbeda.
Konsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia kehamilan lebih dari 20
minggu dapat menurunkan resiko terjadinya ketuban pecah dini.
Hindari perjalanan jauh yang melelahkan dan menimbulkan ketegangan fisik
maupun mental bagi ibu hamil.
Hindari trauma atau benturan fisik pada daerah perut.
12
Pada ibu hamil kembar, kurangi aktifitas yang berlebihan, karena kehamilan
kembar sendiri sudah beresiko ketuban pecah sebelum waktunya akibat
pereganagan rahim.
Jaga tubuh ibu hamil dari infeksi terutama infeksi pada daerah alat kelamin.
Hindari stress berlebihan yang akan merangsang hormon tubuh untuk
menimbulkan kontraksi pada rahim
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi infeksi maternal amupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya
persalinan normal.1
Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.1
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih
sering terjadi daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah
dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.1
Korioamnionitis
Korioamnionitis, atau radang selaput janin merupakan keadaan pada perempuan hamil di
mana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis
merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi
sepsis. Korioamnionitis tidak selalu menimbulkan gejala. Bila timbul gejala antara lain
demam, nadi cepat, cairan vagina yang berbau busuk, dan uterus pada perabaan lembek.1
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, terjadi hidroamnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.1
13
Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terlambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia
pulomoner.1
Prognosis
Prognosis ketuban pecah dini ditentukan oleh maturitas paru janin, posisi janin, adanya
infeksi, penatalaksanaan, dan komplikasi yang mungkin timbul serta usia kehamilan.
Prognosa untuk janin tergantung pada :
1)Maturitas janin. Semakin muda usia kehamilan, semakin buruk prognosisnya.13
2)Infeksi intra uterin meningkatkan mortalitas janin. Semakain lama kehamilan berlangsung
dengan ketuban yang pecah, maka semakin besar kemungkinan infeksi intra uterin13
Kesimpulan
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat ikatannya. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi
janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Pemilihan penangan ini disesuaikan dengan melakukan pertimbangan terhadap usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Prognosis
tergantung pada usia gestasi, ada tidaknya infeksi, dan penangan yang tepat. Semakin kecil
usia gestasi, maka prognosisnya akan semakin bruk. Demikian juga dengan infeksi bahwa
dengan adanya infeksi maka akan memperbruk prognosis.
Daftar Pustaka
15