Anda di halaman 1dari 15

Kelelahan Otot Akibat Olahraga Berat dan Mekanisme Kontraksi Otot

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Otot adalah alat gerak aktif pada makhluk hidup terutama manusia yang melekat pada tulang
sebagai alat gerak pasifnya. Tugas utama otot adalah berkontraksi. Otot bergerak jika dirangsang
saraf, saraf akan mengeluarkan asetilcolin diikuti dengan keluarnya kalsium dari reticulum
sarkoplasma dan masuk ke dalam sel otot serta berikatan dengan troponin dan tropomyosin
kemudian mempengaruhi aktin untuk mengikat myosin sehingga terjadilah kontraksi. Namun
kontraksi otot yang berlebihan dapat menyebabkan pegal atau kelelahan akibat tertimbunnya asam
laktat dalam otot yang disebabkan oleh glikolisis secara anaerob untuk menghasilkan energi secara
cepat.
Kata kunci: otot, kelelahan, energi, dan kontraksi

Abstract
Muscle is active on human locomotor and locomotor bone is passive.. The main task of the muscle
is to contract. Muscles move when stimulated by nerves, the nerves will release acetylcholine
followed by the release of calcium from the sarcoplasmic reticulum and into the muscle cells and
bind to troponin and tropomyosin then used to replace myosin so that contractions occur.
However, excessive muscle contraction can cause stiffness or accumulation of lactic acid in the
muscles caused by glycolysis to produce energy quickly.
Keywords: muscle, muscle fatigue, energy, and muscle contraction

Pendahuluan

1
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan dengan struktur tubuh yang kompleks
yang tersusun atas berbagai macam organ- organ dan sebagian besar anatomi tubuhnya disusun
oleh tulang dan otot. Tulang dan otot memegang peranan penting dalam seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh manusia salah satunya untuk melakukan aktivitas olahraga, namun juga tanpa
mengesampingkan fungsi sistem susunan saraf pusat atau otak sebagai pemegang kendali atas
seluruh aktivitas tersebut.
Tulang memiliki struktur yang yang kuat dan tangguh yang berfungsi untuk menyokong
tubuh dan juga berfungsi untuk melindungi organ- organ tubuh lainnya dan juga merupakan tempat
melekatnya otot, sedangkan otot berfungsi memberikan tenaga untuk melakukan aktivitas atau
bergerak dan memungkinkan kita untuk mempertahankan sikap tubuh, selain itu otot juga
merupakan spesialis kontraksi pada tubuh manusia. 1
Salah satu otot yang berperan penting dalam melakukan kontraksi adalah otot rangka atau
skelet yang melekat pada tulang. Kontraksi otot rangka menggerakkan tulang yang dilekatinya dan
memungkin tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik.1,2 Namun, dalam melakukan aktivitas
tertentu seperti olahraga yang berlebihan, otot dapat mengalami kelelahan akibat kontraksi yang
terus menerus.
Kelelahan disebabkan karena terjadinya penimbunan asam laktat di otot. Penimbunan asam
laktat disebabkan karena ketika otot melakukan kontraksi dan membutuhkan energi yang cepat,
tubuh melakukan glikolosis anaerob untuk menghasilkan energi namun menghasilkan asam laktat
sebagai efek sampingnya. Untuk itu diperlukan istirahat dengan tujuan mendapatkan oksigen yang
3,4
cukup untuk membakar asam laktat tersebut. Dengan demikian, pembuatan makalah ini
bertujuan untuk menjelaskan tentang mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, makroskopik otot,
mikroskopik otot, biokimia kontraksi dan relaksasi otot, mekanisme terjasdinya pegal, dan
metabolisme menghasilkan energi.

Makroskopik Otot

2
Regio cruralis atau tungkai bawah merupakan bagian extremitas inferior yang terletak di
antara sendi genus dan sendi talocrularis. Tulang –tulang regio cruralis adalah fibula di bagian
lateral dan tibia di bagian medial. Tibia merupakan tulang regio cruralis yang menopang berat
tubuh, dengan demikian berukuran jauh lebih besar di bandingkan fibula.5

Gambar 1. Otot-otot fascia posterior tungkai bawah 5

Gambar 2. Otot-otot fascia anterior dan fascia lateral tungkai bawah5

Tabel 1. Otot-otot fascia posterior tungkai bawah 6,7

Nama otot Origo Insertio Fungsi


Kelompok Superficial
M.Gastrocnemi Caput laterale dari Melalui Plantar fleksi kaki pada sendi
us. condylus lateralis tendo cal- pergelangan kaki dan fleksi
femoris dan caput caneus ke articulatio genus

3
medial dari facies
proximal condylus posterior
medialis calcaneus
M. Plantaris Crista supracon- Facies Plantar fleksi kaki pada sendi
dylars femoris posterior pergelangan kaki dan fleksi
lateralis calcaneus articulatio genus
M. Soleus Corpus tibiae dan Melalui Secara bersama-sama dengan m.
fibulae tendo cal- gastroc- nemius dan m. plantaris
caneus ke berfungsi sebagai plantar fleksor
facies yang kuat sendi pergelangan kaki;
posterior memberikan tenaga untuk gerak
calcaneus maju pada waktu berjalan dan
berlari
Kelompok Profunda
M. Popliteus Facies lateralis Facies Fleksi tungkai pada articulatio
condylus lateralis posterior genus; membuka articulatio genus
femoris corpus tibiae dengan rotasi lateral femur pada
di atas linea tibia dan mengendur kan ligamenta
musculi solei sendi
M. Flexor Facies posterior Basis Fleksi phalanges distal empat jari
digitorum corpus tibiae phalanges kaki lateral (II s/d V); plantar fleksi
longus distal empat kaki pada sendi pergelangan kaki;
jari kaki menyokong arcus longitudinalis
lateral medialis dan lateralis kaki
M. Flexor Facies posterior Basis Fleksi phalanges distal ibu jari;
hallucis longus corpus fibulae phalanges plantar fleksi kaki pada sendi
distal ibujari pergelangan kaki; menyokong
kaki arcus longitudinalis medialis kaki
M. Tibialis Facies posterior Tuberositas Plantar fleksi kaki pada sendi
posterior cor- pus tibiae dan ossis pergelangan kaki; inversio kaki
naviculare pada articulatio subtalaris dan arti-

4
fibulae dan mem- dan . tulang- culatio tarso trans- versus;
brana interossea tulang di menyokong articulatio
dekatnya longitudinalis medialis kaki.

Tabel 2. Otot-otot fascia anterior tungkai bawah 6,7


Nama otot Origo Insertio Fungsi
M. Tibialis Facies lateralis Cuneiforme Ekstensi kaki pada sendi
anterior corpus tibia dan mediale dan pergelangan kaki, inversi kaki
membrana basis os pada articulatio subtalaris dan
interossea metatarsale 1 articulatio tarsotransversus
mempertahankan arcus
longitudilais medialis kaki
M. Extensor Facies anterior Expansi Ekstensi jari – jari kaki
digitorum longus corpus fibula extensor ekstensi kaki pada sendi
keempat jari pergelangan kaki
kaki yang
lateral
M. Peroneus Facies anterior Basis Ekstensi jari kaki pada sendi
tertius corpus fibula metatarsale 5 pergelangan kaki eversi kaki
pada articulatio subtalaris dan
articulatio tarso transversus
M. Extensor Facies anterior Basis Ekstensi ibu jari kaki
hallucis longus corpus fibula phalanges
distal ibbu jari
kaki
M. Ekstensor Calcaneum Oleh empat Ekstensi jari
digitorum brevis tendo ke
phalanx
proximal ibu
jari kaki dan

5
tendo – tendo
extensor
panjang jari
kaki 2,3 dan 4

Tabel 3. Otot-otot fascia lateral tungkai bawah 6,7


Nama otot Origo Insertio Fungsi
M. peroneus Facies lateralis Basis ossis Plantar fleksi kaki pada articulatio
longus corpus fibulae meta- tarsal I talocruralis dan eversi kaki pada
dan cuneiforme articulatio subtalaris dan articulatio
mediate tarso transversus; menyokong arcus
longitudinalis lateralis dan arcus
transversus kaki
M. peroneus Facies lateralis Basis ossis Plantar fleksi kaki pada articulatio
brevis corpus fibulae meta- tarsal V talocruralis dan eversi kaki pada
articulatio subtalaris dan articulatio
tarso transversus; menyokong arcus
longitudinalis lateralis

Regio Pedis

6
Gambar 3. Ossa pedis 6-7
Pada regio pedis terdiri atas Ossa tarsal, Ossa metatarsal,Ossa phalanges. Ossa tarsal
tersusun atas ossa berukuran kecil yang menyusunnya, yang berjumlah tujuh buah, yaitu : Os.
Talus (terdiri atas : Os. Caput Talus, Os. Talus Collum, Os. Talus Trochlear), Os. Naviculare, Os.
Cuneiformis (Medial, Intermedium, lateral), Os. Cuboideum, Os. Calcaneus. Os Talus bersendian
dengan Os. Tibia, serta bersendian juga dengan Os. Calcaneus yang merupakan tulang tumit. Pada
bagian anterior, Os. Talus berhubungan dengan Os. Naviculare, sedangkan Os. Calcaneus
berhubungan dengan Os. Cuboideum, Os. Cuneiform distal terhadap Os. Naviculare, Os.
Cuneiform lateral bersendian dengan Os. Cuboideum, Os. Metatarsalia bersendian dengan Os.
Cuneiform dan Os. Cuboideum. Secara garis besar, Os. Tarsal dan os. Metatarsal dapat dibagi
menjadi tiga kelompok. Kelompok belakang adalah Os. Talus dan Os. Calcaneus. Kelompok
tengah terdirir atas Os. Naviculare, Os. Cuneiform, Os. Cuboideum. Kelompok depan ditempati
Os. Metatarsal.7

Mikroskopik Otot

Otot rangka terdiri dari satuan-satuan serabut otot. Setiap serabut otot diliputi oleh
membran sel yang bernama sarkolema. Sarkolema terdiri dari membran plasma dan sebuah lapisan
luar yang terdiri dari satu lapisan tipis materi polisakarida yang mengandung sejumlah fibril
kolagen tipis. Pada ujung serabut otot, sarkolema bergabung menjadi tendo dan melekat pada
tulang.1

7
Gambar 4. Struktur otot rangka 1

Serabut otot tersusun atas miofibril yang terbagi menjadi filamen tipis yang disebut aktin
dan filamen tebal yang disebut miosin. Aktin dan miosin ini merupakan protein kontraktil yang
menghasilkan kontraksi otot dan terdapat dalam jumlah sangat banyak di otot. Filamen aktin yang
lebih tipis menyusup di antara filamen miosin yang lebih tebal dan dihubungkan oleh suatu
kerangka protein elastis yang dinamakan titin. Titin akan menjaga filamen aktin dan miosin agar
tetap bertautan pada tempatnya. Jenis miosin yang terdapat di otot adalah miosin II. Kepala
molekul miosin membentuk ikatan silang dengan aktin. Di kepala globular terdapat tempat-tempat
yang berikatan dengan aktin (actin binding site) dan tempat yang bersifat katalitik yang dapat
menghidrolisis ATP.1,2

Gambar 5. Struktur molekul myosin 1

Filamen tipis tersusun dari aktin, tropomiosin, dan troponin. Molekul tropomiosin
merupakan filamen panjang yang terletak diantara dua rantai di aktin. Tiap-tiap filamen tipis

8
mengandung 300-400 molekul aktin dan 40-60 molekul tropomiosin. Molekul troponin
merupakan unit kecil globular yang terletak dengan jarak tertentu di sepanjang molekul
tropomiosin. Troponin terdiri dari 3 sub unit, troponin I, T, C. Troponin T mengikatkan komponen
troponin lain ke tropomiosin, troponin I menghalangi interaksi miosin dengan aktin, dan troponin
C mengandung tempat pengikatan untuk Ca2+ yang memicu kontraksi. 1,2
Tautan antara filamen aktin dan miosin menyebabkan miofibril secara bergantian
mempunyai pita terang dan gelap. Pita terang yang hanya mengandung filamen aktin disebut pita
I. Ujung tempat filamen aktin dan miosin tumpang tindih dinamakan pita A. Pita A memiliki suatu
regio yang hanya terdiri dari filamen miosin yang disebut Pita H. Pita H merupakan daerah yang
apabila otot melemas, filamen-filamen tipis tidak bertumpang tindih dengan filamen tebal. Pita I
yang terang terbagi oleh garis Z yang gelap, dan di tengah pita A yang gelap tampak pita H yang
lebih terang. Garis melintang M tampak di tengah pita H, dan garis ini dengan daerah terang yang
sempit di kedua sisinya kadang-kadang dinamakan daerah pseudo-H. Daerah diantara dua garis Z
yang bersebelahan dinamakan sarkomer yang melekatkan satu miofibrin ke miofibril lainnya. 1,2
Terdapat ruang diantara miofibril-miofibril yang bersisian, ruang tersebut diisi oleh
sarkoplasma. Sarkoplasma adalah cairan intra sel, dimana di dalamnya mengandung kalium,
magnesium, fosfat, enzim protein, dan mitokondria dalam jumlah besar. Fungsi dari mitokondria
adalah membentuk ATP yang digunakan sebagai energi untuk miofibril yang berkontraksi.
Miofibril dikelilingi oleh struktur yang terbuat dari membran yang membentuk sistem
sarkotubulus, yang terdiri atas sistem T dan retikulum sarkoplasma. Sistem T tubulus tranversus
yang merupakan kelanjutan membran serabut otot, membentuk jaringan berlubang oleh fibril-fibril
otot. Fungsi sistem T adalah menghantarkan potensial aksi dengan kecepatan tinggi dari membran
ke seluruh miofibril. Retikulum sarkoplasma berperan dalam transportasi, penyimpanan, dan
pelepasan ion kalsium. Struktur ini penting untuk kontraksi otot yang cepat. 1,2

9
Gambar 6. Struktur sarkomer 2

Sumber Energi

Sumber energi yang diperlukan untuk kontraksi otot adalah adenine triphosphate (ATP).
Di awal siklus kontraksi, ATP berikatan dengan kepala miosin di sisi ATPase (enzim yamg
menghidrolisis). ATPase memecah ATP menjadi ADP (ATP > ADP + P + Energi).
Energi inilah yang digunakan untuk mengaktivasi kepala miosin, sehingga bisa mengikat aktin.
Keadaan ini akan bertahan sampai sebuah ATP melekat dan melemahkan ikatan aktin-miosin.
Kepala miosin lepas dan siap melekat dengan aktin baru. Siklus ini berulang selama masih ada
rangsangan syaraf dan jumlah kalsium mencukupi. Apabila tidak cukup, maka ATP harus dibentuk
kembali oleh sumber lain. 4
Terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan
ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerob maupun aerob, serta pembakaran
simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein. Aktivitas yang bersifat anaerob, energi yang akan
digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan
diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara
anaerob. Phosphocreatine (PCr) adalah senyawa kimia yang berenergi tinggi. Fosfokeratin tidak
dapat digunakan secara langsung, dengan bantuan enzim kreatin kinase, phosphocreatine (PCr)
yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan kreatin dimana proses
ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr.

10
Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi
dapat mengikat molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk
molekul ATP. Proses metabolisme energi secara anaerob ini dapat berjalan tanpa kehadiran
oksigen. Proses metabolisme energi secara anaerob dapat menyediakan ATP dengan cepat namun
menghasilkan ATP yang sedikit yaitu hanya 2 ATP. Selain itu glikolisis glukosa secara anaerob
menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat
kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri pada otot. 4
Sedangkan aktivitas yang bersifat aerob atau dalam keadaan cukup oksigen, energi yang
dihasilkan berasal dari pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein. Simpanan
karbohidrat didalam tubuh dalam bentuk glikogen. Glikogen adalah senyawa yang tidak larut, oleh
karena itu harus dilarutkan terlebih dahulu menjadi laktosidogen. Laktosidogen ini diubah menjadi
glukosa dan asam laktat. Glukosa yang dihasilkan dioksidasi menjadi CO2, H2O, dan energi.
Energi yang dibebaskan kemudian digunakan untuk membentuk ATP dan fosfokeratin. Sedangkan
asam laktat dibakar dengan oksigen yang berlebih untuk diubah jadi glukosa dan menghasilkan
energi. Proses ini terjadi pada saat otot berelaksasi karena membutuhkan oksigen yang besar untuk
memecah asam laktat.4

Mekanisme Terjadinya Pegal

Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai
kelelahan otot. Kelelahan otot dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu istirahat otot
yang kurang, kontraksi otot terus menerus, meningkat atau berlangsung dalam waktu yang lama,
penumpukan asam laktat, sumber energi yang berkurang terutama oksigen dan juga kerja enzim
yang berkurang.1,3 Apabila otot terus menerus berkontraksi dan memiliki waktu istirahat yang
sedikit maka otot dapat kehabisan energi (ATP). Untuk mendapatkan energi yang hilang tadi
dengan cepat dapat diperoleh melalui mekanisme anaerob, dimana pada mekanisme ini
memerlukan jumlah oksigen yang lebih banyak dari biasanya sehingga pada keadaan ini
pernafasan menjadi terengah-engah. Produksi energi dengan mekanisme anaerob ini membuat
penimbunan asam laktat. Asam laktat merupakan hasil penguraian laktasidogen yang merupakan
pemecahan dari glikogen. Penimbunan dari asam laktat tersebut penyebabkan respon kelelahan
seperti pegal linu.

11
Gambar 7. Proses pembentukan kembali ATP 3

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot

Proses atau mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat dilihat dari sudut biokimiawinya.
Mekanisme otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan keadaan yang relative dari filamen-
filamen aktin dan myosin yang menyebabkan myosin bergerak, myosin berperan sebagai
penggerak pergeseran filamen. Apabila otot berkontraksi, panjang filamen tebal atau filament tipis
tidak mengalami perubahan tetapi daerah H dan pita I memendek. Selama kontraksi otot, setiap
sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran
daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak terlihat . Filamen aktin akan berpindah menuju
ke daerah A dan zona H karena filamen aktin dan myosin yang bergeser antara satu sama lain.
Kontraksi berlangsung oleh interaksi pada pengikatan dan pelepasan bagian kepala globuler
miosin dan filamen F-aktin untuk membentuk komplek aktin-miosin. 3

Gambar 8. pemendekan pita H dan pita I saat otot berkontraksi 3

12
Biokimia Kontraksi dan Relaksasi Otot

Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetilkolin (ACh) di taut
neuromuskulus antara ujung- ujung akhir neuron motorik dan sel otot 1,2,3,8
1. Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali terjadinya
potensial aksi di sel otot yang merambat keseluruh permukaan membran.
2. Aktivitas listrik permukaan dibawa kebagian tengah (sentral) serat otot oleh tubulus T.
3. Penyebaran potensial aksi ke tubulus T menyebabkan pelepasan simpanan Ca2+ dari
kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma di dekat tubulus.
4. Ca2+ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah bentuknya, sehingga
kompleks troponin- tropomiosin secara fisik tergeser kesamping dan membuka tempat
pengikatan jembatan silang aktin.
5. Bagian aktin yang telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang miosin, yang
sebelumnya telah mendapat energy dari penguraian ATP menjadi ADP + P i + energi oleh
ATPase miosin di jembatan silang.
6. Pengikatan aktin dan miosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang menekuk,
menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik filamen tipis kearah dalam.
Pergeseran kearah dalam dari semua filamen tipis yang mengelilingi filament tebal
memperpendek sarkomer (yaitu kontraksi otot).
7. Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan
silang.
8. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang, yang
mengembalikan bentuknya kekonformasi semula.
9. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase myosin kembali memberikan energi bagi
jembatan silang.
10. Apabila Ca2+ masih ada sehingga kompleks troponin-tropomiosin tetap tergeser
kesamping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan penekukan, menarik
filament tipis selanjutnya.
11.
Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi local dan Ca2+ secara aktif telah kembali ketempat
penyimpanannya di kantung lateral reticulum sarkoplasma, kompleks troponin-
tropomiosin bergeser kembali keposisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang

13
aktin, sehingga aktin dan myosin tidak lagi berikatan di jembatan silang, dan filament tipis
bergser kembali keposisi istirahat seiring dengan terjadinya proses relaksasi. 1,2,3

Gambar 7. Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot 1

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua gerakan yang kita
lakukan untuk melakukan aktivitas sehari- hari termasuk berolahraga dapat dilakukan karena ada
otot yang berperan sebagai alat gerak aktif dan memiliki tugas utama untuk berkontaksi. Otot akan
berkontraksi jika mendapat rangsangan dari saraf melalui pengeluaran asetilkolin dan kontraksi
yang dilakukan oleh otot memerlukan energi, energi tersebut dalam bentuk ATP yang didapat dari
glikolisis anaerob, glikolisis aerob, pembakaran simpanan karbohidrat dalam bentuk glukogen ,
simpanan lemak dalam bentuk asam lemak, dan protein. Ketika berolahraga yang cukup berat dan
membutuhkan energi yang cepat maka tubuh akan menghasilkan energi dari glikolisis secara
anaerob karena proses secara anaerob dapat dilakukan secara cepat namun glikolisis secara
anaerob hanya menghasilkan sedikit ATP dan menghasilkan produk lain berupa asam laktat yang
akan tertimbun didalam otot jika tidak mendapatkan cukup oksigen. Asam laktat yang tertimbun
di dalam otot inilah yang menyebabkan rasa pegal. Sehingga tujuan dari beristirahat setelah
berolahraga adalah untuk mendapatkan oksigen yang cukup untuk membakar asam laktat yang
terdapat di dalam otot.

14
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 8th ed. Jakarta: Buku Kedoteran EGC;
2014.h. 221.
2. Ganong F. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta. EGC; 2008
3. Thomson H. Editor: Sumawinata N. Oklusi. Ed ke-2. Jakarta: EGC;2011.h.59.
4. Murray Robert K, Granner Daryl K, Rodwell Victor W. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC ;2009.h.582-90.
5. Setiadi. B. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi : Laskar Aksara. 2011
6. Snell RS. Anatomi klinik. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.h.422-98.
7. Paulsen. F, Waschke. J. Sobotta Atlas Manusia Buku Tabel : Penerbit buku kedokteran EGC ;
2010. h. 56 – 67
8. Judha. M, M.Kep & Erwanto. R, Ns., S.Kep. Anatomi dan Fisiologi. Gosyen Publishing.
Yogyakarta. 2011

15

Anda mungkin juga menyukai