Anda di halaman 1dari 11

PENDEKATAN FILSAFAT DAN BERPIKIR KRITIS

Sinta Iskandar
102018067
Kelompok : D4
Email: sinta.2018fk067@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Rumpang otak atau yang disebut dengan anencephaly adalah cacat bawaan yang paling
buruk yaitu bayi terlahir tanpa otak. Bagian- bagian penting dari otak seperti cerebrum dan
cerebellum serta bagian atas tengkoraknya hilang namun batang otak tetap ada, fungsi-fungsi
otonomik seperti pernafasan dan detak jantung pun tetap berjalan. Seperti yang kita ketahui
bahwa otak merupakan organ yang sangat penting, seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan
oleh otak. Bayi yang terlahir anencephalus tidak dapat berpikir, mendengar, melihat, merasakan
emosi, dan mengkoordinasikan gerakan. Oleh karena itu pada kasus bayi Theresa, orang tua bayi
Theresa menginginkan agar ogan anak mereka ditransplantasi kepada anak lain yang
membutuhkan, dengan begitu bayi Theresa dapat bermanfaat bagi orang lain namun dengan
mengambil organ bayi Theresa menyebabkan bagi Theresa kehilangan nyawanya hal inilah yang
dilarang oleh hukum di Florida dan juga melanggar etika medis. Sehingga perlu argumen yang
kuat untuk menemukan kebenaran dari kasus ini dengan berpikir kritis melalui filsafat moral,
ilmu, dan manusia.
Kata kunci: anencephaly, etika medis, transplantasi, filsafat moral, filsafat ilmu, filsafat
manusia
Abstract
Brain overlap or anencephaly is the worst congenital defect, it means a baby is born
brainless. Important parts of the brain such as the cerebrum and cerebellum and the upper part
of the skull is missing but the brain stem is there, autonomic functions such as breathing and
heartbeat still functions normally. As we know, the brain is a very important organ, all bodily
activities are controlled by the brain. A baby born with anencephaly can’t think, hear, see, feel
emotion, and coordinate his/her movements. Therefore in the case of baby Theresa, Theresa’s
parents want to donate their child’s organs to other kids that are in need, that way baby Theresa
could be of use to others, but by donating Theresa’s organs she will lose her life and this breaks
the law in Florida as well as bioethics. So it needs a strong argument to find the truth of this case
by thinking critically through moral, scientific, and human philosophy.
Keywords: anencephaly, bioethics, donate, moral philosophy, scientific philosophy, human
philosophy

Pendahuluan
Dalam kehidupan ini, sebagai manusia kita selalu dihadapkan pada beberapa pilihan
yang mengharuskan kita untuk mengambil keputusan diantara pilihan-pilihan yang ada. Oleh
karena itu diperlukan pemikiran yang mendalam untuk menentukan apakah pilihan keputusan

1
yang diambil merupakan keputusan yang paling tepat , apakah keputusan tersebut benar, baik,
salah, atau buruk. Untuk itu perlu adanya filsafat untuk memecahkan masalah secara mendalam
dan kritis, membentuk argumen secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara
efektif, dan mampu berpikir secara logis dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang
selalu tak terduga.
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran
segala sesuatu. Sarana yang digunakan dalam filsafat adalah akal budi, sehingga rasio kebenaran
menurut filsafat diukur dari kelogisan dan rasionalitas sebuah keputusan. Sebuah keputusan
dapat dikatakan logis dan rasional apabila keputusan tersebut masuk akal, wajar, dan dapat
dipahami dengan baik. Keputusan logis didapat dari pemikiran yang mengandalkan logika, salah
satu metode dalam berpikir dengan logika adalah silogisme dimana kebenaran keputusan didapat
dari hasil penarikan kesimpulan dari rangkaian premis-premis yang ada.
Dalam mengambil keputusan, manusia selalu dihadapkan pada situasi yang berbeda,
situasi yang berbeda inilah mengharuskan kita untuk mengambil keputusan secara kreatif untuk
menemukan apa yang merupakan tujuan dan kewajibannya. Sehingga sesuatu keputusan yang
dianggap baik dalam situasi tertentu tidak bisa dikatakan baik dalam situasi lainnya. Untuk
menentukan apakah keputusan tersebut baik, benar, buruk ataupun salah diperlukan filsafat
moral yang terdiri dari etika teleologi dan deontologi. Etika deontologi menekannya kewajiban
manusia untuk berbuat baik, sedangkan etika teleotologi menentukan baik buruknya suatu
tindakan dari akibat yang menjadi tujuannya. Salah satu aliran teleotologi adalah utilitarialisme,
yaitu suatu perbuatan dikatakan baik jika perbuatan tersebut bermanfaat bagi orang banyak.
Selain filsafat moral terdapat filsafat manusia yang membahas tentang eksistensi manusia
itu sendiri. Filsafat eksistensialisme membicarakan cara manusia berada di dunia ini yang mana
manusia yang hidup di dunia ini harus memikul tanggung jawab yang besar untuk dirinya dan
masa depannya. Sebab eksistensi manusia pada esensinya menunjukkan kesadaran manusia,
karena manusia berhadapan dengan dunia dimana dia berada.
Skenario
Theresa Ann Campo Perso, seorang anak penderita rumpang otak (anencephaly) yang
dikenal publik sebagai “bayi Theresa”. Rumpang otak merupakan cacat bawaan yang paling
buruk. Bayi penderita rumpang otak kadang dianggap sebagai ‘bayi tanpa otak’ dan hal ini
memberi gambaran yang kurang lebih benar, tetapi tidak tepat. Bagian-bagian penting dari otak –

2
cerebrum dan cerebellum – hilang, juga bagian atas dari tengkorak. Namun, batang otak tetap
ada, dan fungsi-fungsi otonomik seperti pernafasan dan detak jantung pun tetap berjalan. Di
Amerika Serikat, kebanyakan kasus rumpang otak bisa diketahui sejak kandungan dan kemudian
digugurkan. Dari antara yang tidak digugurkan, ada separo yang bisa lahir. Setiap tahun ada
sekitar 300 anak yang bisa dilahirkan, tetapi mereka biasanya meninggal dalam waktu beberapa
hari.
Kisah mengenai bayi Theresa tidak akan dikenal kalau orang tuanya tidak mengajukan
permintaan yang tidak lazim. Ketika tahu bahwa anak mereka tidak dapat hidup lama dan
kalaupun dapat hidup, dia tidak akan mempunyai kesadaran, orang tua bayi Theresa kemudian
merelakan organ-organ anaknya untuk transplantasi. Mereka berpikir, hati, ginjal, jantung, paru-
paru, dan mata Theresa dapat disumbangkan untuk anak-anak lain, yang dapat
memanfaatkannya. Para dokter sepaham, hal ini sebagai sesuatu yang baik. Paling sedikit 2000
anak memerlukan transplantasi setiap tahunnya dan organ yang bisa digunakan tidak pernah
cukup. Meskipun demikian, organ-organ ini tidak juga diambil karena hukum di Florida tidak
memperbolehkan pengambilan organ-organ kalau si pemberi belum meninggal. Ketika bayi
Theresa meninggal, sembilan hari kemudian, saat itu sudah terlambat bagi anak-anak lain.
Organ-organ itu tidak dapat ditransplantasikan karena sudah rusak. Kisah mengenai bayi Theresa
di surat kabar menimbulkan diskusi publik. Apakah bisa dibenarkan pengambilan organ-organ
seorang anak yang mengakibatkan kematiannya, demi menolong anak-anak lain?

Identifikasi Istilah
1. Anencephaly = tidak ada kalvaria (bagian superior tengkorak) secara kongenital, hemisfer
serebrum (dua sisi simetris yang membagi otak besar menjadi otak kanan dan kiri) tidak
ada atau mengecil menjadi massa kecil yang menempel pada dasar tengkorak; tidak
adanya seluruh bagian otak.
2. Cerebrum = bagian dari metencephalon (otak bagian belakang) yang menempati fossa
kranialis posterior di belakang batang otak dan fungsinya berhubungan dengan
koordinasi gerakan.
3. Cerebellum = bagian utama otak yang menempati bagian anterior cavum cranii

3
4. Transplantasi = suatu organ atau jaringan yang diambil dari tubuh untuk ditanam ke
daerah lain pada tubuh yang sama atau ke individu lain; proses pengangkatan dan
pencangkokan organ atau jaringan.

Rumusan Masalah
Seorang bayi rumpang otak diambil organ-organ tubuhnya yang mengakibatkan kematian
demi menyelamatkan orang lain bertentangan dengan Hukum Florida.

Analisis Masalah

Hipotesis
Transplantasi organ tubuh pada bayi yang menderita rumpang otak dapat dibenarkan
dalam situasi dan kondisi tertentu tapi bertentangan dengan etika.

Pembahasan
Filsafat
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, yakni philein, artinya mencintai dan Sophia,
artinya kebijaksanaan. Sehingga dari dua kata ini secara harafiah filsafat diartikan dengan cinta
akan kebijaksanaan. Menurut Plato, terdapat lima karakter hakikat filsafat sebagai hasil
kontemplasi, yakni:
4
1. Dapat bertahan terhadap diskusi kritis, artinya kegiatan utama dari filsafat adalah
mengkaji segala hal secara kritis dengan pertanggungjawaban yang rasional.
2. Menggunakan metode dialektis, artinya filsafat mengkritik pandangan-pandangan
yang ada, setelah itu membangun pandangan baru yang didukung dengan
argumen yang kuat
3. Berusaha mencapai realitas yang terdalam, artinya filsafat menganalisa hal-hal
terdalam dari kenyataan
4. Filsfat bertujuan untuk menangkap tujuan ideal realitas, artinya filsafat akan
mempertahankan kebenaran yang diyakininya harus dibela
5. Mengetahui bagaimana harus hidup sebagai manusia, artinya filsafat membentuk
kualitas pribadi, yakni menjadi manusia yang bermutu dalam kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan karekter diatas, filsafat dapat didefinisikan dalam 3 hal yaitu:
1. Filsafat sebagai hasil perenungan
2. Filsafat sebagai kritik
3. Filsafat sebagai ilmu yang berusaha mencari kebenaran secara metodis,
sistematis, rasional untuk menemukan kebenaran dan sebab musabab yang
terdalam dari segala hal.

Filsafat Moral
Filsafat moral atau yang biasa disebut etika dalam bahasa Yunani yaitu ethos yang
artinya adat, kebiasaan, sikap, dan cara berpikir. Jadi etika adalah ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan, etika berbicara mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan periaku manusia dalam hidupnya. Dalam filsafat moral terdapat dua teori
etika, yaitu etika teleologi dan etika deontologi.
Etika teleologi menentukan baik buruknya suatu tindakan dari akibat yang menjadi
tujuannya. Suatu tindakan dinilai baik jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau jika
akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu baik. Salah satu aliran etika teleologi adalah
utilitarianisme yang berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut
teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Kriteria untuk

5
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest
number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Deontologi berasal dari kata Yunani yang berarti “kewajiban” (duty) atau keharusan.
Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut
perspektif deontologi, suatu tindakan itu baik bukanlah dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat
atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik
menurut dirinya sendiri.
Selain itu dalam filsafat moral terdapat etika situasi yaitu etika yang mengatakan bahwa
hukum moral tidak dapt diterapkan dalam situasi konkret. Individu memiliki kebebasan untuk
memutuskannya, karena individu harus menunjukan keautentikannya. Dengan demikian
keputusan moral adalah otonomi individu karenanya tidak ada hukum moral yang tetap dan
kaku. Suatu keputusan yang otonomi harus disesuakan dengan situasi agar menghasilkan sebuah
aksi yang positif.

Filsafat Ilmu
Menurut Ahmad Saebani filsafat ilmu adalah ilmu yang mengkaji seluk beluk dan tata
cara memperoleh suatu pengetahuan, sumber pengetahuan, metode dan cara pendekatan yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan logis dan rasional. Salah satu metode berpikir yang
diterapkan pada filsafat ilmu adalah logika. Logika adalah metode berpikir yang menggunakan
penalaran logis dan sistematis dengan berdasarkan pada teori ilmu atau hukum dan ketentuan
yang berlaku.
Filsafat ilmu dibagi menjadi dua yaitu empirisme dan rasionalisme. Emprisme
merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman
manusia dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan indra manusia (pengalaman indrawi
atau sense-experince). Sedangkan rasionalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap ilmu
pengetahuan diperoleh melalui proses penalaran manusia menggunakan akal (penalaran atau
reasoning).

Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari hakikat
atau esensi manusia. Hakikat manusia dalam pengertiannya adalah tentang apa yang ada dibalik

6
tubuh yang sangat menentukan eksistensi manusia. Eksistensi berarti keadaan yang aktual, yang
terjadi dalam ruang dan waktu. Aliran ekstensi atau ekstensialisme adalah suatu aliran yang
meyakini bahwa setiap individu memiliki kebebasan dan menginginkan suatu pengakuan
keberadaannya. Tujuannya dalah merumuskan manusia yang universal.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada individu yang
bertanggung jawab atas kemauan dan keputusannya sendiri. Individu bebas menentukan tanpa
memikirkan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya individu tersebut tahu
mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa
kebenaran bersifat relatif, oleh karena itu individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya
benar.
Eksistensi menekankan pada kesadaran manusia, sebagai bagian dari penelaahan hal
paling hakiki yang dimiliki manusia. Hal ini disebabkan karena manusia berhadapan dengan
dunia dimana dia berada sekaligus memikul tanggung jawab untuk diri dan masa depan
dunianya. Menurut Sartre, manusia yang sadar adalah manusia yang bertanggung jawab dan
memikirkan masa depan. Sartre mengatakan bahwa “man is nothing else but what he makes of
himself” artinya manusia tidak lain daripada bagaimana ia menjadikan dirinya sendiri. Jadi,
eksistensi manusia selalu memiliki kebebasan sejauh tindakannya mendatangkan manfaat bagi
eksistensi hidupnya.

Epistemologi
Epistemologi merupakan studi tentang pengetahuan, pengetahuan ini berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana cara manusia memperoleh dan menangkap
pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Pertanyaan dalam epistemologi inilah yang akan
menjadi dasar kebenaran dalam pengambilan keputusan. Salah satu metode penarikan
kesimpulan yaitu dengan silogisme yaitu suatu bentuk penarikan kesimpulan/konklusi secara
deduktif dan tak langsung, kesimpulan/konklusinya ditarik dari dua buah premis yang
disediakan sekaligus.

Etika Medis
Kata etika secara etimologi berasal dari kata Yunani yaitu ethikos yang berarti adat,
kebiasaan, dan praktik. Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan

7
norma moral yang menentukan periaku manusia dalam hidupnya. Etika medis adalah kepedulian
dan tanggungjawab moral dokter terhadap hidup dan kesehatan pasien.
Etika dalam dunia kedokteran dikenal sebagai etika kedokteran. Etika kedokteran
berfokus terutama pada masalah yang muncul dalam praktik pengobatan. Dalam etika
kedokteran isu-isu yang mengemuka terutama menyangkut tujuan pengobatan, refleksi kritis
terhadap suatu tindakan dan mengembangkan otonomi dalam pengambilan keputusan dalam
lingkup pasien, dokter, dan pihak lain yang terikat dalam sistem praktik kedokteran. Terdapat 4
kaidah dasar dalam etika kedokteran yaitu respect for autonomy (menghormati autonomi pasien),
beneficence (berbuat baik), non-maleficence (tidak merugikan orang lain), dan justice (keadilan).

Risiko Pengambilan Keputusan


Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Basyib
risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait
dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta kemampuan memperkirakan
terjadinya hasil negatif tersebut. Dalam pengambilan keputusan, kita selalu dihadapkan pada
beberapa pilihan, yang masing-masing pilihan tersebut memiliki risiko. Oleh karena itu sebelum
mengambil keputusan pilihan tersebut harus dipikirkan dengan hati-hati agar dapat memilih
keputusan yang memiliki risiko yang paling kecil untuk mengurangi kerugian.

Pembahasan Skenario
Dalam skenario bayi Theresa, perdebatan mengenai permintaan orang tua bayi Theresa
untuk mentransplantasikan organ-organ bayi Theresa agar dapat berguna bagi orang lain
bertentangan dengan hukum di florida yang tidak memperbolehkan pengambilan organ-organ
bila orang belum meninggal karena dapat menghilangkan nyawa bayi Theresa dapat diketahui
kebenarannya apakah keputusan orang tua bayi Theresa keliru atau dapat dibenarkan dengan
argumen-argumen yang kuat melalui filsafat.
Dalam kasus ini terdapat pertimbangan filsafat moral yaitu berupa etika teleologi yang
menentukan baik buruknya suatu tindakan dari akibat yang menjadi tujuannya. Dalam kasus ini
orang tua bayi Theresa memiliki tujuan yang baik, usulan orang tuanya didasarkan pada gagasan
bahwa bayi Theresa akan segera meninggal, organ-organ tubuhnya tidak akan berguna bagi
dirinya, maka lebih baik organ-organ tubuhnya di tranplantasikan kepada anak-anak lain yang

8
dapat memanfaatkan organ tersebut. Selain itu pada teori teleologi terdapat aliran utilitarianisme,
yaitu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat bagi banyak orang. Dalam skenario, dengan
mentransplantasikan organ-organ bayi Theresa akan banyak sekali anak-anak yang diselamatkan
oleh bayi Theresa, Oleh karena itu transplantasi organ merupakan perbuatan yang baik.
Pada kasus bayi Theresa juga perlu dipertimbangkan etika situasi, yaitu etika yang
mengatakan bahwa hukum moral tidak dapat diterapkan dalam situasi konkret. Pernyataan
bahwa membunuh seseorang demi kepentingan orang lain bukanlah suatu perbuatan yang dapat
dibenarkan, pada kasus bayi Theresa terdapat beberapa argumen yang dapat menjadi pegecualian
yaitu bayi Theresa akan segera meninggal walaupun dengan mengusahakan segala caranya.
Selain itu apabila bayi Theresa dipertahannya, bayi Theresa akan menderita menjalani hidup
kedepanya. Ia akan hidup tanpa adanya kesadaran dan hal itu tidak membuat bayi Theresa
menjadi lebih baik. Dengan mendonorkan organnya kepada anak lain paling tidak akan
memberikan kebaikan bagi anak-anak lain.
Dalam kasus bayi Theresa terdapat pertimbangan filsafat ilmu yaitu berupa logika dan
rasionalitas. Dalam pengambilan keputusan memang harus melibatkankan moral, namun
keputusan moral harus didukung oleh akal yang baik, dimana keputusan tersebut harus
menggunakan pikiran yang logis dan rasional. Pada kasus ini orang tua bayi Theresa berpikir
secara logis dan rasional yaitu bahwa bayi Theresa jika dipertahankan, ia tidak dapat merasakan
apa-apa, hal ini dikarenakan tidak adanya kesadaran dalam dirinya selain itu, ia juga akan
merepotkan orang yang akan mengurusnya dan dengan menjaga kehidupannya juga tidak
membuatnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan transplantasi organ akan membuat hidup Bayi
Theresa dapat bermanfaat bagi orang lain.
Pada kasus bayi Theresa juga terdapat pertimbangan filsafat manusia, yaitu eksistensi
manusia dimana seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, oleh karena itu
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Pada kasus ini orang tua bayi
Theresa menganggap bahwa pernyataan yang mereka usulkan agar organ bayi Theresa di
sumbangkan kepada anak lain yang membutuhkan adalah pilihan yang benar, namun usulan
tersebut ternyata ditentang oleh hukum di Florida dengan alasan bahwa pengambilan organ-
organ tidak diperbolehkan jika si pemberi belum meninggal.
Pada kasus bayi Theresa, penarikan kesimpulan dapat menggunakan metode silogisme
yang mana penarikan kesimpulan/konklusi diambil secara deduktif dan tak langsung,

9
kesimpulan/konklusinya ditarik dari dua buah premis yang disediakan sekaligus. Pada kasus ini,
premis pertamanya adalah bayi Theresa akan meninggal dalam beberapa hari, dan premis
keduanya adalah transplantasi organ menyebabkan bayi Theresa meninggal. Sehingga
kesimpulannya dilakukan atau tidak dilakukannya transplantasi organ bayi Theresa akan tetap
meninggal.
Pada kasus bayi Theresa juga perlu memperhatikan etika medis atau bioetik kedokteran,
yaitu kepedulian dan tanggungjawab moral dokter terhadap hidup dan kesehatan pasien. Pada
kasus ini mengambil organ orang yang belum meninggal demi kepentingan orang lain
merupakan hal yang bertentangan dengan kaidah dasar bioetik yaitu beneficence (berbuat baik)
yaitu dengan mengambil organ bayi Theresa yang menyebabkan kematian tidak menguntungkan
pasien (bayi Theresa), non- maleficence (tidak merugikan) yaitu bayi Theresa akan kehilangan
nyawanya untuk diambil organ tubuhnya, dan Justice (keadilan) yaitu bayi Theresa juga
merupakan manusia yang juga memiliki hak untuk hidup.
Dalam kasus bayi Theresa, terdapat risiko dari dari beberapa pilihan keputusan yaitu jika
mengambil keputusan mengambil organ tubuh bayi Theresa untuk di transplantasikan ke anak
lain akan menyebabkan bayi Theresa kehilangan nyawanya. Sedangkan jika membiarkan bayi
Theresa untuk hidup, bayi Theresa akan akan merepotkan orang yang menjaganya terutama
orang tuanya, selain itu bayi Theresa akan hidup dengan tidak memiliki kesadaran, dan tidak
dapat berbuat apa-apa yang membuat dirinya menjadi bermanfaat.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam mengambil sebuah
keputusan diperlukan filsafat, diperlukan pemikiran yang mendalam dan pertimbangan dari
berbagai aspek untuk menentukan apakah pilihan keputusan yang diambil merupakan keputusan
yang paling tepat, apakah keputusan tersebut benar, baik, salah, atau buruk. Setelah melalui
pertimbangan filsafat moral, manusia, dan ilmu hipotesis diterima. Usulan orang tua bayi dapat
dibenarkan karena tujuan orang tua bayi Theresa baik yaitu agar organ bayi Theresa dapat
bermanfaat bagi anak lainnya yang membutuhkan serta dapat menolong banyak anak. Selain itu
melalui pemikiran yang logis dan rasional, transplantasi organ bayi Theresa lebih banyak
memberikan manfaaat bagi orang banyak. Namun hal ini bertentangan dengan etika medis yang
memiliki prinsip mempertahankan kehidupan dan kesehatan seseorang.

10
11

Anda mungkin juga menyukai