MK.ELEKTRONIKA DASAR
S1 PENDIDIKAAN FISIKA
DIODA SEMIKONDUKTOR
DISUSUN OLEH :
NIM : 4172121025
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa,karena atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat membuat dan
menyelesaikan tugas critical book report ini dalam keadaan sehat.
Critical book report ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “ELEKTRONIKA DASAR”. Harapan penulis hasil dari cbr ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan pada khususnya juga pada pada
teman-teman di program studi Pendidikan Fisika. Cbr ini disusun untuk
membahas tentang Dioda semikonduktor.
Demikian lah cbr ini penulis susun, penulis sadar bahwa cbr ini masih
sangat jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apabila kita berbicara tentang elektronika maka tidak akan lepas dari
semikonduktor. Memang pada awal kelahirannya elektronika didefenisikan
sebagai cabang ilmu listrik yang mempelajari pergerakan muatan didalam gas
ataupun vakum.
1
C. MANFAAT CBR
Adapun manfaat penulisan CBR bagi akademisi sebagai kepentingan ilmiah
yaitu untuk menambah wawasan tentang Dioda semikonduktor. Sedangkan bagi
penulis sebagai persyaratan formal yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Elektronika Dasar. Dan mengembangkan kemampuan untuk mereview isi buku.
D. IDENTITAS BUKU
1. Judul : Elektronika: Teori Dan Penerapannya
2. Pengarang : Sutrisno
3. Penerbit : ITB
4. Kota terbit : Bandung
5. Tahun terbit : 1986
6. ISBN : 979-8001-01-x
2
BAB II
RINGKASAN BUKU
Dioda Semikonduktor
A. Sambungan p-n
3
Elektron bebas pada bahan jenis-n akan berdifusi melalui sambungan,
masuk ke dalam bahan jenis p, dan terjadi rekombinasi dengan lubang lubang
yang ada dalam bahan p. Sebaliknya juga terjadi, yaitu lubang bahan p berdifusi
masuk ke dalam bahan n, dan ber-rekombinasi dengan elektron dan saling
meniadakan muatan. Akibatnya, tepat pada sambungan p-n terjadi daerah tanpa
muatan bebas, yang disebut daerah pengosongan (depletion region). Oleh karena
muatan positif terpisah dari muatan negatif, maka dalam daerah pengosongan
terjadi medan listrik, yang melawan proses difusi selaniutnya. Dengan adanya
medan listrik ini tarjadi beda potensial listrik (bukit potensial) antara bagadan p
dan bagian n dalam daerah pengosongan. Sebaran muatan, kuat medan listrik, dan
potensial listrik pada sambungan p-n. Ingat bahwa hubungan antara kuat medan
𝑑𝑉
listrik E dan potensial listrik V diberikan oleh hubungan E = -𝑑𝑥 yaitu negatif dari
Peristiwa yang dilukiskan adalah yang terjadi jika antara ujung bahan p
dan n tidak diberi sumber ggl (bateai). Sekarang antara ujung bahan p dan n kita
hubungkan suatu baterai, dengan bahan -p dihubungkan dengan kutub positif dan
bahan-n dengan kutub negatif. Pada keadaan ini dikatakan sambungan p-n diberi
panjar maju. Dengan adanya panjar maju ini sebaran potensial pada sambungan p-
n nampak seperti pada gambar 4.6. Dengan diberi panjar maju, bukit potensial
(Vh) menjadi kurang dari pada tinggi bukit potensial tegangan (Vho). Dengan
4
berkurangnya tinggi bukit potensial, elektron dari bagian -n dan lubang dari
bagian p mudah menyeberang, sehinga terjadi aliran listrik.
Jika kutub baterai positif dihubungkan dengan bagian n dan kutub baterai
negatif dengan bagian p, dikatakan sambungan p-n diberi panjar mundur. Dengan
adanya panjar mundur pada sambungan p-n, bukit potensial bertambah tinggi,
sehingga muatan ekstrinsik (elektron dalam jenis-n dan lubang dalam jenis-p)
susah mengalir, karena tak punya cukup tenaga untuk mengatasi bukit potensial.
Dapatlah disimpulkan bahwa suatu sambungan p-n akan mengairkan arus bila
diberi tegangan maju dan susah menalirkan arus bila diberi tegangt mundur. Ini
adalah sifat lioda. Ternyata peninggian bukit potensial ini diikuti dengan
pelebaran daerah pengosongan pada sambungan p-n. Peristiwa terakhir ini
dimanfaatkan pada dioda varikap dan pada transistor efek medan (FET).
Ciri (karakteristik) dioda adalah hubungan antara arus dioda dan beda
tegangan antara kedua ujung dioda. Untuk dioda sambungan p-n, Pada lengkung
ciri dioda, arus dioda iD = 0 jika vD =0 ini sesuai dengan yang sudah dibahas
sebelumnya, yaitu pada keadaan tanpa tegangan (vD =0) arus minoritas dan arus
mayoritas mempunyai besar sama tetapi arah yang berlawanan, sehingga arus total
pada tanpa tegangan panjar sama dengan nol. Jika dioda diberi tegangan maju,
yaitu vD =0, arus iD ≅ 0, sehingga vD = Vpotong , setelah mana arus diode naik
dengan cepatnya terhdapperubahan tegangan diode vD . untuk diode silikon Vpotong
≅ 0,6 V sedangkan untuk diode germanium Vpotong ≅ 0,3 V.
Pada tegangan mundur arus yang mengalir amat kecil, dan sampai batas-
batas tertentu tak bergantung pada tegangan diode. Arus ini terdiri dari arus
pembawa muatan minoritas, mengalir dari anoda ke katoda dan disebut arus
penjenuhan diode. Pada tegangan mundur tertentu lengkung ciri turun curam,
dikatakan terjadi kedadalan (breakdown). Tegangan mundur pada keadaan itu
disebut tegangan dadal atau tegangan balik puncak (peak inverse voltage - PIV).
Dioda penyearah ada yang mempunyai VPIV = 50V, 100 V, 200 V, hingga
beberapa kilo volt.
5
C. Persamaan diode
Persamaan 4.3 disebut persamaan 6ntri, dan memberikan bentuk fungsi teoritis
untuk ciri 6ntri dengan tegangan maju. Jika dibandingkan dengan lengkung ciri
6ntri yang sebenarnya ada beberapa penyimpangan.
Pada tegangan maju lengkungan ciri sebenarnya lebih condong dari pada
lengkungan teori, sebab hambatan oleh kebocoran arus melalui perduktor dalam
6ntri, yang dapat dibayangkan sebagai suatu hambatan Rs, Nilai Rs, kira-kira 10
ohm. Penyimpangan berikutnya adalah untuk tegangan mundur, lengkungan 6ntri
lebih condong dari pada lengkungan teori, sebab hambatan kebocoran arus
melalui permukaan 6ntri. Hambatan dapat dibayangkan sebagai suatu hambatan
Rsh yang dipasang 6ntrinsi dengan 6ntri. Hambatan Rsh mempunyai nilai 100 kΩ
atau lebih. Penyimpangan ketiga adalah adanya kedadalan pada ciri mundur.
6
𝑛2 𝑛𝑖2
Pn = 𝑛 𝑖 ≅
𝑛 𝑁𝑑
𝑛2 𝑛𝑖2
np = 𝑝𝑖 ≅
𝑝 𝑁𝑎
1 1
Js ≅ C(Pn + np) = Cni2 (𝑁 ≅ ) = C1 ni2
𝑑 𝑁𝑎
VDD = VD + iD RL atau
𝑣 𝑣𝐷𝐷
iD = -𝑅𝐷 +
𝐿 𝑅𝐿
𝑣 𝑣𝐷𝐷 1
Persamaan iD = - 𝑅𝐷 + menyatakan garis lurus dengan kemiringan = - 𝑅
𝐿 𝑅𝐿 𝐿
𝑣𝐷𝐷
memotong sumbu VD pada VD = VDD dan sumbu iD pada nilai iD = 1A = . Garis
𝑅𝐿
ini disebut garis beban, titik potong anatara garis beban dan lengkung ciri diode
menyatakan arus dan tegangan diode.
Dekat dengan Vpotong tanggapan diode tidaklah linier dan disebut daerah aturan
kuadrat. Pada arus diode tinggi lengkungan ciri diode tampak seperti garais lurus
(sebetulnya eksponensial). Daerah ini disebut daerah linier.
7
F. Penyearahan arus bolak balik
8
Tampak bahwa dengan pengapit dioda kita telah membuat puncak isyarat
masukan pada 0 V atau pada garis dasar ( base line).
Dengan membalikkan dioda pada gambar 4.42 kita dapatkan tingkat dc pada
keluaran naik, sehingga bagian bawah isyarat terapit pada 𝑉 = 0 . Dengan
menggunakan rangkaian seperti pada gambar 4.45 kita dapat membuat apitan pada
suatu nilai tegangan yang positif.
Dengan meggunakan rangkaian seperti pada gambar 4.46 dapat kita peroleh
tegangan keluaran searah dua kali nilai puncak tegangan masukan.
9
Pada gambar 4.46 (b) rangkaian (a) dilukiskan sehingga gabungan dioda D1 dan
C1 tampak sebagai penyearah setengah gelombang bertapiskan kapasitor C1.
Kita dapat membuat pelipat dua tegangan yang lebih baik dengan menggunakan
rangkaian seperti pada gambar 4.48.
Tampak bahwa dengan rangkaian ini kita peroleh tegangan keluaran 𝑉𝑏 yang rata.
Perbedaan antara rangkaian pada gambar 4.47 dan 4.48 adalah bahwa pada
gambar 4.47 dioda D1 bekerja sebagai penyearah setengah gelombang bertapis,
10
dan dioda D2 bekerja sebagai suatu pengapit bertegangan panjar. Pada gambar
4.48 dioda D1 bekerja sebagai pengapit dan dan D2 bekerja sebagai penyearah atau
lebih tepat sebagai saklar pengisi kapasitor C2. Jika 𝑉𝑎 < 𝑉𝑏 saklar dioda D2 mati,
sedang jika 𝑉𝑎 > 𝑉𝑏 saklar dioda D2 terpasang.
Rangkaian pada gambar 4.47 dapat ditambah dengan sebuah dioda dan sebuah
kapasitor lagi membentuk rangkaian pelipat tiga tegangan, seperti ditunjukkan
pada gambar 4.49.
Tampak pada gambar dioda D1 bekerja sebagai penyearah bertapis kapasitor C1,
D2 bekerja sebagai pengapit terpanjar sebesar Vm, dan dioda D3 bekerja sebagai
saklar untuk mengisi kapasitor C3.
Dengan menambah dua buah dioda dan dua buah kapasitor pada rangkaian pelipat
dua pada gambar 4.48 kita dapat membuat rangkaian pelipat empat tegangan.
Ditunjukkan gambar berikut ini.
11
Pada rangkaian ini D1 bekerja sebagai pengapit menghasilkan tegangan 𝑉𝑎 dan D2
bekerja sebagai saklar mengisi kapasitor C2 menghasilkan tegangan 𝑉𝑏 .
Selanjutnya D3 bekerja sebagai pengapit bertegangan panjar sebesar 2 𝑉𝑚
menghailkan tegangan 𝑉𝑐 , dan D4 bekerja sebagai saklar mengisi kapasitor C4,
menghasilkan tegangan 𝑉𝑑 . Rangkaian diatas dapat diteruskan untuk membuat
pelipat –n. Jika n genap kita harus mulai dengan mengapit , dan jika n ganjil kita
mulai jaringan tangga dioda dengan suatu penyearah setengah gelombang bertapis.
Pada sambungan p-n terjadi daerah pengosongan dimana tak ada pembawa
muatan bebas. Didalam daerah pengosongan terdapat medan listrik, sehingga
daerah ini berupa kapasitor yang berisi muatan. Ini dilukiskan pada gambar 4.51
12
1) 𝑞𝑁𝑑 𝐿𝑛 = 𝑞𝑁𝑎 𝐿𝑝 agar netral.
1⁄
2
2∈𝑉ℎ
2) 𝐿𝑝 = ( 𝑁 )
𝑞𝑁𝑎 (1+ 𝑎 )
𝑁𝑑
1⁄
2
2∈𝑉ℎ
3) 𝐿𝑛 = ( 𝑁 )
𝑞𝑁𝑑 (1+ 𝑑
𝑁𝑎
∈ = permitivitas listrik
𝑁𝑎 𝐿𝑝
1. 𝐿𝑛 = , yaitu makin besar 𝑁𝑑 `maka 𝐿𝑛 makin sempit.
𝑁𝑑
1⁄
2. 𝐿𝑝 𝛼 𝑉ℎ 2
Kapasitansi sambungan
𝑑𝑄
𝐶 = 𝑑𝑉
𝑑𝑄/𝑑𝐿𝑝
= 𝑑𝑉
ℎ /𝑑𝐿𝑝
13
Pada frekuensi tinggi Cj berpengaruh pada keadaan tegangan mundur
1
waktu hambatan dioda besar. Pada frekuensi tinggi 𝜔𝐶 amat kecil sehingga dalam
𝑗
keadaaan tegangan panjar mundur dioda terjadi bocoran melalui Cj. Dioda pada
tegangan mundur dapat dinyatakan sebagai kapasitor yang nilai kapasitasnya
dapat diatur dengan tegangna panjar ( gambar 4.53). Dioda yang khusus untuk
maksud ini disebut dioda varaktor atau dioda varikap.
L. Dioda Zener
Jika tegangan mundur pada dioda p-n diperbesar, pada suatu nilai tegangan
maka arus mundur naik dengan cepat sekali, seperti pada gambar 4.54. Tegangan
mundur yang terjadi disebut tegangan balik puncak (𝑃𝐼𝑉). Peristiwa ini terjadi
karena dadalnya ikatan kovalen silikon didalam daerah pengosongan pada
sambungan p-n.
Dioda yang digunakan pada daerah dadal disebut dioda Zener. Dioda ini
digunakan untuk pengaturan tegangan, agar sumber tegangan searah tak berubah
tegangan keluarannya jika diambil arusnya ( dibebani) dalam batas-batas tertentu.
Dioda zener dibuat agar mempunyai tegangan dadal ( disebut tegangan Zener)
pada nilai tertentu antara 3𝑉 dan 100𝑉.
1. Tegangan dadal
2. Koefisien suhu ( perubahan tegangan Zener terhadap suhu)
3. Kemampuan daya ( lesapan daya maksimum)
4. Hambatan isyarat kecil , yaitu hambatan zener terhadap perubahan
tegangan kecil, atau untuk isyarat ac kecil.
M. Dioda Zener untuk pengaturan tegangan
Tegangan keluaran penyearah gelombang penuh dengan tapis pada keadaan beban
ringan (arus beban kecil atau RL besar) adalah seperti gambar berikut.
14
Tampak bahwa :
15
Nilai hambatan keluaran R0 dapat ditentukan dengan mengukur V0 sebagai fungsi
arus beban IL. Hal ini dapat dilihat pada lenkung pembebanan dalam gambar 4.60.
Kemiringan grafik lengkung pembebanan tak lain adalah hambatan keluaran R0.
Dengan membuat Va lebih besar dari tegangan Zener, maka dioda zener bekerja
pada daerah dadal sehingga tegangan keluaran tetap untuk berbagai nilai arus
beban, selama Vb tidak kurang dari 12 V.
= 𝑉𝑎 − 𝐼𝐷 𝑅𝑆 − 𝐼𝐿 𝑅𝑆
(𝑉𝑎 −𝐼𝐿 𝑅𝑆 ) 𝑉𝐷
Atau 𝐼𝐷 = −
𝑅𝑆 𝑅𝑆
16
17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Buku
B. Kekurangan
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Menurut saya dari buku yang direview ini cocok dijadikan penuntun
pembelajaran Critical Book Review karena pada buku ini sudah menjelakan
pembahasan grafik dan rangkaian dengan jelas, hanya saja pada buku ini
pembahasan mengenai pembahasan materinya yang kurang jelas sehingga
pembaca harus mencarinya dari sumber yang lain.
19
Daftar Pustaka
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori Dasar Dan Peneapannya Jilid 1. Bandung: ITB
20