Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN

PENYUSUNAN & PERENCANAAN SDM


RUMAH SAKIT MITRA SIAGA TEGAL
Nomor SK :004.29.2.1/SK-RSMS/01/2018

Jl Pala Raya 54 Tegal, Jawa Tengah | (0283) 322 550. Fax. (0283) 351 518. | rsms.tegal@gmail.com | www.mitrasiaga.co.id
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

DAFTAR ISI

SK PANDUAN PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN SDM


DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................................... 1
C. Pengertian ................................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN
A. Dasar Hukum ............................................................................................ 3
B. Pokok-Pokok Perencanaan SDM Kesehatan ............................................ 3
C. Strategi Perencanaan SDM ....................................................................... 4
BAB III TATA LAKSANA
A. Pendekatan Metode Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan 5
B. Langkah Pokok Penyusunan Kebijakan dan Rencana Pengembangan
SDM Kesehatan ...................................................................................... 8
C. Prosedur Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan ................. 11
BAB IV TINDAK LANJUT ................................................................................. 23
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 24

i|R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pengembangan rumah sakit sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia dan peran aktif masyarakat sebagai pemakai pelayanan
kesehatan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prioritas dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di RS. Mitra Siaga sehingga dapat memberi
dampak positif terhadap derajat kesehatan masyarakat disekitarnya.
Kebijakan dan strategis dalam pengembangan SDM Kesehatan haruslah
mengedapankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM
Kesehatan sesuai dengan kebutuhan. Dalam menetapkan kebutuhan jumlah staf,
Rumah Sakit Mitra Siaga juga mempertimbangkan misi, visi rumah sakit serta
keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan
pasien termasuk pengembangannya. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan dan
pemantapan perencanaan pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan
pemberdayaan profesi kesehatan untuk jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang. Diharapkan dalam penyusunan perencanaan SDM sebaiknya ditetapkan
dahulu rencana jangka panjang untuk mengantisipasi masalah – masalah kesehatan
yang mungkin akan terjadi, karena SDM kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan kesehatan. Panduan ini dapat sebagai acuan dalam
penyusunan perencanaan SDM Kesehatan secara menyeluruh
( jangka pendek, menengah dan panjang ) di RS. Mitra Siaga.

B. Tujuan
Tujuan panduan penyusunan dan perencanaan SDM Kesehatan ini adalah untuk
membantu dalam mewujudkan rencana penyediaan dan kebutuhan SDM di RS.
Mitra Siaga.

C. Pengertian
1. SDM Kesehatan ( Sumber Daya Manusia ) adalah seseorang yang bekerja
secara aktif dibidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan uapaya kesehatan.

1|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan / atau keterampilan melalui
pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
3. Kegiatan Standar adalah satu satuan waktu ( atau angka ) yang diperlukan
untuk menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
sesuai dengan standar profesinya.
4. Standar Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat
dilaksanakan oleh sesorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun
kerja sesuai dengan standar profesional dan telah memperhitungkan waktu,
libur, sakit dan lainnya.
5. Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam jabatan
dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh organisasi untuk
melaksanakan fungsinya.
6. Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja
dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan
kapasitas kerja perorangan persatuan waktu.

8. Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
kesehatan.
9. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan
10. Perencanaan Skenario adalah suatu perencanaan yang dikaitkan dengan
keadaan masa
depan ( jangka menengah/panjang ) yang mungkin terjadi.
10. WISN ( Work Load Indikator Staff Need ) adalah indikator yang
menunjukan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan
beban kerja, sehingga alokasi/relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional.

2|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup pola ketenagaan meliputi :


a. Penentuan kualifikasi tenaga.
b. Penghitungan jumlah ketenagaan dengan menggunakan rumus penghitungan
ketenagaan.

Seluruh unit Pelayanan Medis maupun Pelayanan Non Medis yang ada di rumah sakit
mitra siaga.

A. Dasar Hukum
Dasar hukum perencanaan SDM Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Undang – Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
3. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Undang – Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
6. Undang – Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015
tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56/MENKES/PER/VIII/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

B. Pokok – Pokok Perencanaan SDM Kesehatan


Memperhatikan dasar-dasar hukum serta adanya kebijakan yang menaungi RS.
Mitra Siaga, maka fungsi perencanaan SDM Kesehatan bagi RS. Mitra Siaga
menjadi sangat penting. Dengan adanya pedoman penyusunan dan perencanaan
SDM Kesehatan di RS. Mitra Siaga maka harus dikelola dan direncanakan secara
matang mengenai kemampuan atau kompetensi yang memadai dalam membuat
perencanaan SDM Kesehatan.

3|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

C. Strategi Perencanaan SDM Kesehatan


Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan :
1. Rencana kebutuhan SDM kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
2. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara serasi dan seimbang
terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia usaha.
3. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan di dasarkan pada
kesesuaian metode yang diberikan oleh Depkes dengan kemampuan dan keadaan
RS. Mitra Siaga.
4. Penyusunan rencana pengembangan tenaga kesehatan (termasuk penyusunan
kebutuhan tenaga) tidak akan berhasil bila tidak disusun dalam konteks
kebijakan pengembangan SDM Kesehatan secara keseluruhan yang menunjang.
5. Sistem Informasi Ketenagaan yang baik dapat mendukung sepenuhnya
pengembangan SDM Kesehatan secara keseluruhan.

4|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

BAB III
TATA LAKSANA

1. Pendekatan dan Metode Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan

A. Pendekatan Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan


Yang menjadi perhatian dalam penyusunan kebutuhan SDM Kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Penyusunan kebutuhan SDM Kesehatan mutlak dalam konteks penyusunan
pengembangan SDM yang ada untuk mewujudkan suatu tujuan yang
ditetapkan.
b. Pentingnya untuk ditetapkan suatu cara penyusunan kebutuhan SDM yang
benar-benar sesuai dengan keperluannya yang semakin kompleks dan sering
tak menentu.
c. Pengguna dari cara – cara penyusunan SDM Kesehatan ini perlu memahami
kekuatan dan kelemahan dari cara yang dipilih.
d. Sektor kesehatan sangat diharapkan oleh sector lain yang terkait untuk dapat
menyusun kebutuhan SDM Kesehatan di masa mendatang dengan
menggunakan cara – cara penyusunan kebutuhan SDM yang mantap.

B. Metode Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan


Pada dasarnya kebutuhan SDM Kesehatan dapat ditentukan
berdasarkan :
1. Kebutuhan Epidemiologi penyakit utama masyarakat.
2. Permintaan ( demand ) akibat beban pelayanan kesehatan.
3. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan.
4. Standar atau ratio terhadap nilai tertentu.

Determinan yang berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM adalah :


a. Perkembangan penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli maupun
keadaan sosiobudaya dan keadaan darurat/bencana.
b. Pertumbuhan ekonomi.
c. Berbagai kebijakan di bidang pelayanan kesehatan.

Adapun metode-metode dasarnya adalah sebagai berikut :


1. Penyusunan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan keperluan kesehatan
(“Health Need Method”). Dalam cara ini dimulai dengan ditetapkannya

5|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

keperluan (“Need” ) menurut golongan umur, jenis kelamin, dan lain-


lainya. Selanjutnya dibuat preoyeksi penduduk untuk tahun sasaran
menurut kelompok penduduk yang ditetapkan; diperhitungkan keperluan
upaya kesehatan untuk tiap-tiap kelompok penduduk pada tahun sasaran.
2. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan permintaan
kebutuhan kesehatan (“Health Service Demand Method“). Dalam cara
ini dimulai dengan ditetapkannya kebutuhan (“demand“) upaya atau
pelayanan kesehatan untuk kelompok-kelompok penduduk menurut
golongan umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi, pendidikan, lokasi dan
lain-lainnya. Selanjutnya dibuat proyeksi penduduk untuk tahun sasaran
menurut kelompok penduduk yang ditetapkan ; diperhitungkan kebutuhan
pelayanan kesehatan untuk tiap-tiap kelompok penduduk tersebut pada
tahun sasaran. Selanjutnya untuk memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah
dan jenis tenaga kesehatan tersebut diperoleh dengan membagi jumlah
keseluruhan pelayanan kesehatan pada tahun sasaran dengan kemampuan
jenis tenaga tersebut untuk melaksanakan pelayanan kesehatan termaksud
pada tahun sasaran.
3. Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan sasaran upaya
kesehatan yang ditetapkan ( “ Health Service Targets Method “ ).
Dalam cara ini dimulai dengan menetapkan berbagai sasaran upaya atau
memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan
kesehatan tertentu diperoleh dengan membagi keseluruhan upaya atau
pelayanan kesehatan tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga
tersebut untuk melaksanakan upaya atau pelayanan kesehatan termaksud
pada tahun sasaran.
4. Penyusunan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan rasio terhadap
sesuatu nilai ( “ Ratio Method“ ). Pertama – tama ditentukan atau
diperkirakan rasio dari tenaga terhadap suatu nilai tertentu misalnya jumlah
penduduk, tempat tidur RS, Puskesmas dan lain-lainnya. Selanjutnya nilai
tersebut diproyeksikan ke dalam ssaran. Perkiraan kebutuhan jumlah dari
jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dari membagi nilai yang
diproyeksikan termasuk bagian rasio yang ditentukan.

Selain 4 metode dasar tersebut, terdapat beberapa metode lainnya yang pada
dasarnya merupakan pengembangan dari keempat metode dasar tersebut di atas
yaitu :

6|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

a. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan Daftar Susunan Pegawai ( DSP )


(“authorized staffing list”).
b. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan WISN ( Work Load Indikator staf
Need / Indikator Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja ).
c. Penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan SKENARIO / PROYEKSI dari
WHO.
d. Penyusunan kebutuhan tenaga untuk bencana.

7|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

2. Langkah Pokok Penyusunan Kebijakan Dan Rencana Pengembangan SDM


Kesehatan

Penyusunan rencana pengembangan SDM Kesehatan, guna mempermudah


dalam pelaksanaannya, langkah-langkah yang harus dilalui adalah dalam bagan
berikut :

LANGKAH POKOK PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN


SDM KESEHATAN RS MITRA SIAGA

Kebijakan Mas Penyusuna Pyusunan


& rcn uka n pokok Kebijakan
Pembangn N RPJPK & SDMK
Yayasan lain usulan
Ttg terk kebt SDM
pengembg ait 5 8
SDM 2
Pyusunan
3 6
Analsa Penyu Akhir &
Pers Situasi sunan Rencana
iapa pemba scenario Pengbgn
1 n ngunan 4 SDM SDM RS
& 7
Kebijakan PSDM Analisa
& rcn ttg situasi Pyusunan
pengembg pngadaan Rencana
SDM dr & SDMK
Direktur Pendaya
gunaan
SDM

PENGAWASAN PELAKSANAAN
PENGENDALIAN DAN PENGEMBANGAN
PENILAIAN Pgbn SDM SDM KESEHATAN

Langkah – Langkah Pokok Penyusunan

A. Persiapan
Input : 1. Kumpulan dokumen-dokumen kebijakan
2. Kumpulan data dan informasi terkaitbaik pemerintah maupun
masyarakat
Proses : - Kesepakatan dan persamaan persepsi lintas sektor
melalui pertemuan.
Output : - Kerangka acuan bersama
- Membentuk tim pengembangan SDM

B. Analisa Situasi Pembangunan Dan Pengembangan SDM


Input : 1. Analisa situasi pembangunan kesehatan ( sosial, ekonomi,
perundangan ).
2. Analisa situasi pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan

8|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Proses : - Diadakan analisa kesenjangan


- Konsultasi dengan sektor lain yang terkait
Output : - Gambaran situasi pembangunan dan pengembangan SDM
kesehatan dan kecenderungannya.

C. Penyusunan Pokok /Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan


Usulan Kebutuhan Pengembangan SDM
1. Hasil analisa dari langkah pokok ke-2
2. Arahan dari Direktur RS. Mitra Siaga
3. Pemahaman mengenai pendekatan, metode dan prosedur penyusunan rencana
SDMK
4. Data dan informasi lain terkait.
- Pemilihan dan pendekatan metode yang
tepat Output : - pokok – pokok renstra RS.
Mitra Siaga
- sulan kebutuhan SDM kesehatan yang diperlukan untuk menunjang
operasional RS.

D. Analisa Situasi Pengadaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan


Input : 1. Hasil analisa renstra
2. Bahan dari sektor lain
Proses : - Tinjauan ini disusun berdasarkan pada kenyataan
sesunguhnya di lapangan
- Konsultasi dengan sektor lain yang terkait ( pendidikan )
Output : - Tinjauan perkembangan dan kecenderungan pengadaan
SDM kesehatan meliputi mutu, kemampuan institusi
pendidikan dan latihan, sinergi pengadaan SDM
kesehatan.
- Tinjauan perkembangan dan kecenderungan
pendayagunaan SDM Kesehatan terutama tentang
distribusinya, peningkatan karier, legislasi, pembinaan dan
pengawasan SDM Kesehatan.

E. Penyusunan Skenario/Alternatif Pengembangan SDM Kesehatan


Input : - Usulan kebutuhan, pemenuhannya, pendayagunaannya.

9|RSMS
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Proses : - Analisa dan penyusunan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan pada


prinsip – prinsip perencanaan skenario / alternatif.
Output : - Usulan kebutuhan SDM kesehatan yang diperlukan dan dapat
disediakan.
- Diperolehnya alternative terpilih yang optimal dari kebutuhan SDM
Kesehatan untuk menunjang pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan.

F. Penyusunan Kebijakan Pengembangan SDM Kesehatan


Input : - Hasil langkah pokok ke-5
- Arahan dari Direktur
Proses : - Merupakan kelanjutan dari langkah pokok ke-5
Output : - Kebijakan pengembangan SDM Kesehatan sebagai bagian dari
kebijakan yayasan.

G. Penyusunan Rencana Pengembangan & Pemberdayaan SDM Kesehatan


Input : - Hasil dari langkah pokok 5 dan 6
- Arahan dari Direktur
Proses : - Menyusun rencana yang meliputi rencana kebutuhan SDM Kesehatan,
rencana pengadaan dan pendayagunaan, bimbingan dan pengawasan
SDM Kesehatan dengan peran aktif dari pimpinan prompram terkait.
Output : - Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan sebagai
bagian dari kebijakan pembangunan .

H. Penyusunan Akhir, Rencana Pengembangan & Pemberdayaan SDM


Kesehatan
Input : - Arahan dari Direktur.
Proses : - Pada hakekatnya menggabungkan langkah pokok 6 dan 7
- Perlu diperhatikan relevansi, kelayakan, efisiensi dari pengembangan
dan pemberdayaan tersebut
Output : - Kebijakan dan rencana pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan.

3. Prosedur Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan


Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dapat dikelompokan
kedalam tiga kelompok besar yaitu :
A. Perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat institusi.

10 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Perencanaan SDM Kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan


kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-lainnya.
B. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan
berdasarkan kebutuhan wilayah ( propinsi, atau kabupaten/kota )
C. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk bencana
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat
prabencana, terjadi bencana, termasuk pengelolaan kesehatan pengungsi.
Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan ditingkat institusi ini bisa dihitung
dengan menggunakan metode Daftar Susunan Pegawai ( DSP ) ( “Authorized
Staffing List “) atau WISN ( Work Load Indikator Staff Need ), Sedangkan untuk
RS. Mitra Siaga akan cenderung menggunakan metode WISN.
Prosedur penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan
METODE WISN (Work Load Indikator Staff Need / Kebutuhan SDM
Kesehatan berdasarkan Indikator Beban Kerja).

Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja ( WISN ) adalah suatu
metode perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja
difasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah
digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realities.
Adapun perhitungan kebutuhan SDMK berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah,
yaitu :
A. Menetapkan waktu kerja tersedia (WKT)
B. Menetapkan uraian tugas pokok & penunjang pada unit kerja dan kategori SDM
C. Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas Penunjang, dan
Uraian Tugas) dan Norma Waktu
D. Menyusun standar beban kerja & waktu kelonggaran (faktor tugas penunjang &
faktor tugas penunjang)
E. Perhitungan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan (SDMK) per unit kerja

Pada dasarnya metode WISN ini dapat digunakan di rumah sakit, puskesmas dan
saranakesehatan lainnya atau bahkan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di
Kantor Dinas Kesehatan. Adapun langkah yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :

11 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

LANGKAH PERTAMA
MENETAPKAN WAKTU KERJA TERSEDIA

Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia
masing-masing kategori SDM yang bekerja dirumah sakit selama kurun waktu satu
tahun.

Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia (WKT) adalah
sebagai berikut :

1) Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS pada umumnya 1 minggu 5 hari
kerja Dalam satu tahun 260 hari kerja dan 1 minggu 6 hari kerja dalam satu tahun
312 hari kerja. (A)
2) Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap
tahun. (B)
3) Hari libur Nasional, berdasarkan keputusan bersama Menteri Terkait tentang Hari
Libur Nasional.(C)
4) Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori
SDM memiliki hak untuk mngikuti pelatihan / kursus / seminar lokakarya dalam 5
jam ber bulan (D)
5) Ketidak hadiran kerja sesuai data rata-rata ketidakhadiran kerja (selama kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
6) Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku sesuai ketentuan UU 13 Th.2003
yaitu 40 jam dalam seminggu. (F)

Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan


waktu tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu Kerja Tersedia = A- ( B+C+D+E) xF

Keterangan :
A = Hari Kerja D D : Pendidikan dan Pelatihan Nasional
B = Cuti Tahunan E E : Ketidakhadiran kerja
C = Hari Libur Nasional F F : Waktu Kerja

12 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Apabila ditemukan adanya perbedaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau rumah sakit
menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti pendidikan dan
pelatihan lebih lama dibanding kategori SDM lainnya, maka perhitungan waktu kerja
tersedia dapat dilakukan perhitungan menurut kategori SDM . Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat simulasi perhitungan berdasarkan rumus waktu kerja tersedia sebagai
berikut :

TABEL WAKTU KERJA TERSEDIA


Kode Komponen Keterangan Rumus Jumlah Satuan
No A B C D E F
1 A Hari Kerja 5 hr Kerja/Minggu 52 minggu 260 hr/th
2 6 hr Kerja/Minggu 52 minggu 312 hr/th
Perjanjian Kerja
3 B Cuti Pegawai Bersama 12 hr/th
4 C Libur Nasional Dalam 1 Th Kalender 19 hr/th
Rata-rata dalam
5 D Mengikuti Pelatihan setahun 5 Jam/bulan
Rata-rata dalam
6 E Absen Sakit, dll setahun 12 hr/th
Waktu kerja dalam
7 F seminggu UU 13 Th.2013 40 Jam/minggu
Permen PAN RB
8 G Jam Kerja Efektif (JKE) 26/2011 70% x 40 jam 28 Jam/minggu
Waktu kerja (dalam 1
9 WK1 hari) 5 hr Kerja/Minggu G/5 6 Jam/hari
Waktu kerja (dalam 1
10 WK2 hari) 6 hr Kerja/Minggu G/6 5 Jam/hari
Waktu kerja Tersedia
11 WKT1 (hari) 5 hr Kerja/Minggu A1-(B+C+D+E) 212 Jam/bulan
Waktu kerja Tersedia
12 WKT2 (hari) 6 hr Kerja/Minggu A2-(B+C+D+E) 264 Jam/bulan
Waktu Kerja Tersedia A1-
13 WKT1JAM (Jam) 5 hr Kerja/Minggu (B+C+D+E)xWK1 1.187 Jam/Tahun
Waktu Kerja Tersedia A2-
14 WKT2JAM (Jam) 6 hr Kerja/Minggu (B+C+D+E)xWK2 1.232 Jam/Tahun

Waktu Kerja Tersedia (WKT) dibulatkan Jam 1.200 Jam/Tahun

Waktu Kerja Tersedia (WKT) dibulatkan Menit 72.000 Menit/Tahun

13 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

LANGKAH KEDUA
MENETAPKAN URAIAN TUGAS POKOK & PENUNJANG
UNIT KERJA DAN KATEGORI SDM

Menetapkan uraian tugas pokok dan penunjang unit kerja dan kategori SDM
tujuannya adalah diperolehnya rincian tugas pokok & penunjang unit kerja dan
kategori SDM yang bertanggungjawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masyarakat di dalam dan di luar
rumah sakit. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan
kategori SDM adalah sebagai berikut:
1. Bagan Struktur Organisasi rumah sakit dan uraian tugas tugas pokok dan fungsi
masing-masing unit dan sub-unit kerja.
2. Keputusan Direktur RS. Mitra Siaga tentang pembentukan unit kerja struktural
dan fungsional, misalnya komite medik, komite keperawatan, komite
pengendalian mutu, dll.
3. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja.
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur ( SOP ) pada
tiap unit kerja.

ANALISA ORGANISASI

Fungsi utama rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang


mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan kesehatan
kuratif, rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan pelayanan preventif dan
promotif. Berdasarkan fungsi utama tersebut, unit kerja rumah sakit dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1. Unit Kerja Fungsional Langsung adalah unit dan sub-unit kerja yang langsung
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di dalam dan di
luar rumah sakit, misalnya : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi
Farmasi/Apotek, Instalasi Haemodialisa, dll.

2. Unit Kerja Fungsional Penunjang adalah unit dan sub-unit kerja yang tidak
langsung berkaitan dengan penyelenggaraan :

14 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

- Pelayanan kesehatan perorangan di rumah sakit, misalnya : Kesekretariatan,


Administrasi Umum & Rumah Tangga, Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit.
- Pelayanan kesehatan Promotif di dalam dan di luar rumah sakit, misalnya :
Humas, Marketing, Unit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM – RS ).

Apabila ditemukan unit atau sub-unit kerja fungsional yang belum diatur atau
ditetapkan oleh Direktur, maka perlu ditelaah atau dikaji terlebih dahulu sebelum
disepakati ditetapkan keberadaannya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan-
kegiatannya dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada. Setelah
unit kerja dan sub-unit kerja di rumah sakit telah ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk
menjamin mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap
unit kerja rumah sakit.

Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan pengalaman


yang dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses
penetapan kategori SDM di tiap unit kerja. Untuk menghindari hambatan atau
kesulitan perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja, sebaiknya tidak
menggunakan metode analisis jabatan untuk menetapkan kategori SDM sesuai
kompetensi yang dipersyaratkan dalam melaksanakan suatu pekerjaan / kegiatan di
tiap unit kerja

CONTOH TABEL UNIT KERJA DAN KATEGORI SDM

No UNIT KERJA SUB UNIT KERJA KATAGORI SDM


A INSTALASI LABORATORIUM 1. Dokter Spesialis Patologi
PENUNJANG MEDIS Klinis
2. Ahli Tenaga Laboratorium
Medik (ATLM)
FARMASI 1. Apoteker
2. Asisten Apoteker
GIZI 1. Ahli Gizi
2. Pelaksana
B INSTALASI RAWAT RUANG BANGSAL 1. Dokter Penanggungjawab
INAP 2. Perawat
RUANG IGD 1. Dokter Penanggungjawab
2. Perawat
RUANG ICU 1. Dokter Spesialis Anesthesi
2. Perawat
RUANG FLAMBOYAN 1. Dokter Spesialis Jiwa
2. Perawat

15 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

LANGKAH KETIGA
Menetapkan Komponen Beban Kerja
(Tugas Pokok, Tugas Penunjang, dan Uraian Tugas) dan Norma Waktu

Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang secara nyata
dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
telah ditetapkan.
Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang SDMK yang
terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi untuk melaksanakan suatu kegiatan secara
normal sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku di fasyankes bersangkutan.
Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan dipengaruhi
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP), sarana dan prasarana
pelayanan yang tersedia serta kompetensi SDMK itu sendiri.
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bekerja
dan kesepakatan bersama sesuai dengan kondisi daerah. Agar diperoleh data rata-rata
waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan
berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh
SDMK yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
prosedur operasional (SPO) dan memiliki etos kerja yang baik.

LANGKAH KE EMPAT
MENYUSUN STANDAR BEBAN KERJA & WAKTU KELONGGARAN

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya ( rata – rata waktu ) dan waktu
yang tersedia pertahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit bersifat individu, spesifik dan unik sesuai
karakteristik pasien ( umur, jenis kelamin ) , jenis dan berat ringannya penyakit, ada
tidaknya kompliksi. Disamping itu harus mengacu pada standar pelayanan dan
standar operasional prosedur ( SOP ) serta penggunaan teknologi kedokteran dan
prasarana yang tersedia secara tepat guna. Oleh karena itu pelayanan kesehatan
rumah sakit membutuhkan SDM yang memiliki berbagai jenis kompetensi, jumlah
dan distribusinya tiap unit kerja sesuai beban kerja.

16 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan beban kerja masing-
masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut :
1. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja rumah sakit sebagaimana hasil
yang tetalh ditetapkan pada langkah kedua.
2. Standar profesi, standar pelayanan yang berlaku di rumah sakit.
3. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
melaksanakan/menyelesaikan berbagai pelayanan rumah sakit.
4. data dan informasi kegiatan pelayanan pada tiap uit kerja rumah sakit.

Beban kerja masing masing kategori SDM tiap unit kerja rumah sakit meliputi:

1. Kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh masing-masing kategori SDM.


2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok.
3. Standar beban kerja pertahun masing – masing kategori SDM.

KEGIATAN POKOK
Kegiatan pokok adalah kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar
pelayanan dan standar operasional prosedur ( SOP ) untuk menghasilkan pelayanan
kesehatan/medik yang dilaksanakan oleh SDM kesehatan dengan kompetensi
tertentu. Langkah selanjutnya untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja
masing-masing kategori SDM, perlu disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan
pelayanan, yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan pelayanan kesehatan
perorangan.

CONTOH TABEL KEGIATAN POKOK


AHLI TENAGA LABORATORIUM MEDIK (ANALIS KESEHATAN)

URAIAN TUGAS POKOK


Jabatan : Pelaksana Analis
Norma
No. Uraian Pekerjaan (Aktifitas) Waktu Satuan
Pra Analitik
1. Persiapan 5 Menit/pasien
2.Tindakan 5 Menit/pasien
3.Preparasi 5 Menit/pasien
4.Verifikasi pra analitik 10 Menit/pasien
Analitik
1.pemantapan mutu 30 Menit/pasien
2.Hematologi 10 Menit/pasien
3.kimia klinik 20 Menit/pasien
4.urinalisa 20 Menit/pasien

17 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

5.mikrobiologi sederhana 30 Menit/pasien


6.imun-serologi 15 Menit/pasien
7.koagulasi 15 Menit/pasien
8.LED 60 Menit/pasien
Verifikasi analitik 5 Menit/pasien
Pasca Analitik
1.pencatatan 2 Menit/pasien
2.pembuatan hasil 3 Menit/pasien
3.verifikasi pasca analitik 3 Menit/pasien
4.penyampaian hasil 2 Menit/pasien

CONTOH TABEL KEGIATAN TUGAS PENUNJANG


AHLI TENAGA LABORATORIUM MEDIK (ANALIS KESEHATAN)

TUGAS PENUNJANG
Jabatan : Pelaksana Analis
Norma
No. Uraian Pekerjaan (Aktifitas) Waktu Satuan
1 Pengajar/pelatih di bidangnya 0
Peran serta dalam seminar/lokakarya di
2 bidangnya 24 Jam/Tahun
3 Keanggotaan dalam organisasi profesi 8 Jam/Tahun
Keanggotaan dalam tim penilai jabatan
4 fungsional
DLL

RATA – RATA WAKTU


Rata – rata waktu adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit kerja.
Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi dan dipengaruhi
standar pelayanan, standar operasional prosedur ( SOP ), sarana dan prasarana medik
yang tersedia serta kompetensi SDM.
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama
bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang cukup
akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDM yang memiliki
kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar operasional prosedur (
SOP ) dan meiliki etos kerja yang baik. Secara bertahap rumah sakit dapat
melakukan studi secara intensif untuk menyusun standar waktu yang dibutuhkan
menyelesaikan tiap kegiatan oleh masing –masing kategori SDM.

STANDAR BEBAN KERJA

18 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Standar Beban Kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per
kategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya ( waktu rata-rata ) dan waktu kerja
tersedia yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM. Adapun rumus
perhitungan standar beban kerja adalah sebagai berikut :

Standar Beban Kerja = Waktu Kerja Tersedia


Rata-rata waktu Peraturan - Kegiatan Pokok

Hasil perhitungan standar beban kerja kategori SDM Pelaksanan Analis / Ahli
Tenaga Laboratorium Medik (ATLM) berdasarkan kegiatan pokok di Instalasi Rawat
Inap dan Rawat Jalan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Contoh Tugas Pokok


Jabatan : Pelaksana Analis
Norma WKT SBK
No Uraian Tugas Satuan
Waktu (mnt/th) (Standar Beban Kerja)
Pra Analitik
1. Persiapan 5 Menit/pasien 72000 14400
2.Tindakan 5 Menit/pasien 72000 14400
3.Preparasi 5 Menit/pasien 72000 14400
4.Verifikasi pra analitik 10 Menit/pasien 72000 7200
Analitik
1.pemantapan mutu 30 Menit/pasien 72000 2400
2.Hematologi 10 Menit/pasien 72000 7200
3.kimia klinik 20 Menit/pasien 72000 3600
4.urinalisa 20 Menit/pasien 72000 3600
5.mikrobiologi sederhana 30 Menit/pasien 72000 2400
6.imun-serologi 15 Menit/pasien 72000 4800
7.koagulasi 15 Menit/pasien 72000 4800
8.LED 60 Menit/pasien 72000 1200
Verifikasi analitik 5 Menit/pasien 72000 14400
Pasca Analitik
1.pencatatan 2 Menit/pasien 72000 36000
2.pembuatan hasil 3 Menit/pasien 72000 24000
3.verifikasi pasca analitik 3 Menit/pasien 72000 24000
4.penyampaian hasil 2 Menit/pasien 72000 36000

Penyusunan standar kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya faktor


kelonggaran tiap kategori SDM meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk
menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi

19 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok / pelayanan atau disebut tugas
penunjang.

Penyusunan faktor kelonggaran / faktor tugas penunjang dapat dilaksanakan


melalui pengamatan dan wawancara kepada tiap kategori tentang :
1. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan pada pasien,
misalnya : rapat, penyusunan laporan kegiatan, menyusun kebutuhan obat/bahan
habis pakai.
2. Frekuensi kegiatan dalam suatu hari, minggu, bulan.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan.

Selama pengumpulan data kegiatan penyusunan standar beban kerja, sebaiknya


mulai dilakukan pencatatan tersendiri apabila ditemukan kegiatan yang tidak dapat
dikelompokan atau sulit dihitung beban kerjanya karena tidak/kurang berkaitan
dengan pelayanan pada pasien untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber data
penyusunan faktor kelonggaran tiap kategori SDM.
Setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah selanjutnya adalah
menyusun standar kelonggaran / standar tugas penunjang dengan melakukan
perhitungan berdasarkan rumus di bawah ini :

Standar Kelonggaran = Rata – rata waktu per faktor kelonggaran


Waktu kerja tersedia

Pada umumnya kategori SDM Kesehetan di rumah sakit memiliki faktor


kelonggaran / tugas penunjang sebagai berikut :

1. Menjadi pengajar / pelatih di bidangnya.


2. Mengikuti pelatihan/seminar/workshop
3. Mengikuti kegiatan organisasi profesi

Contoh Tugas Penunjang


Jabatan : Pelaksana Analis
Waktu
Norma WKT FTP
No Uraian Tugas Satuan Kegiatan
Waktu
(mnt/th) (mnt/th) %
1 Pengajar/pelatih di bidangnya 12 Jam/Tahun 720 72000 1,00
Peran serta dalam seminar/lokakarya di
2 1440 72000 2,00
bidangnya 24 Jam/Tahun
3 Keanggotaan dalam organisasi profesi 8 Jam/Tahun 480 72000 0,67

20 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Jam/Tahun 72000
DLL

TOTAL FTP 3,67


Standard Tugas Penunjang (STP) = (1/(1 – FTP/100) 1,04

LANGKAH KELIMA
PERHITUNGAN KEBUTUHAN SDM PER UNIT KERJA

Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya jumlah
dan jenis / kategori SDM per unit kerja sesuai beban kerja selama 1 tahun. Sumber
data yang dibutuhkan untuk perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja
meliputi :
1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, yaitu :
a. Waktu kerja tersedia
b. Standar beban kerja
c. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
2. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.

Kuantitas Kegiatan Pokok


Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data capaian kegiatan
pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja rumah sakit selama kurun waktu
satu tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan Instalasi laboratorium dapat diperoleh dari
laporan kegiatan rumah sakit, untuk mendapatkan data kegiatan yang dilaksanakan di
tiap instalasi / unit pelayanan dapat melalui data dari rekam medik.

Contoh Kebutuhan SDMK berdasarkan Capaian Kegiatan Per Tahun


Jabatan : Pelaksana Analis
SBK
Kebutuhan
No Uraian Tugas Capaian (Standar
SDMK
Beban Kerja)
Pra Analitik
1. Persiapan 14353 14400 1,00
2.Tindakan 14353 14400 1,00
3.Preparasi 14353 14400 1,00
4.Verifikasi pra analitik 14353 7200 1,99
Analitik
1.pemantapan mutu 1851 2400 0,77
2.Hematologi 8278 7200 1,15
3.kimia klinik 11155 3600 3,10
4.urinalisa 355 3600 0,10

21 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

5.mikrobiologi sederhana 19 2400 0,01


6.imun-serologi 4438 4800 0,92
7.koagulasi 111 4800 0,02
8.LED 206 1200 0,17
Verifikasi analitik 14353 14400 1,00
Pasca Analitik
1.pencatatan 14353 36000 0,40
2.pembuatan hasil 14353 24000 0,60
3.verifikasi pasca analitik 14353 24000 0,60
4.penyampaian hasil 14353 36000 0,40
JKT = Jumlah Kebutuhan Tenaga Tugas Pokok 13,82
STP = Standard Tugas Penunjang 1,04
Total Kebutuhan SDMK = JKT x STP 14,35
Pembulatan 14,00
Kebutuhan SDMK 14,00

KEBUTUHAN SDM
Data kegiatan Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap yang telah diperoleh dan standar
beban kerja dan standar kelonggaran merupakan sumber data untuk perhitungan
kebutuhan SDM di setiap Instalasi dan unit kerja dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Kuantitas Kegiatan Pokok


Kebutuhan SDM = + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja

Berdasarkan rumus perhitungan tersebut, kebutuhan SDM untuk tiap kegiatan pokok
terlebih dahulu di jumlahkan sebelum di tambahkan dengan standar kelonggaran
masing-masing kategori SDM.

22 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

BAB IV
TINDAK LANJUT

Tindak Lanjut Setelah Penyusunan Rencana


Setelah dokumen perencanaan tersusun, tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah :
1. Pengadaan SDM ( Rekruitment dan seleksi )
2. Pendayagunaan SDM (merencanakan distribusinya, kelanjutan kariernya, serta
kesejahteraannya)
3. Pembinaan dan pengawasan SDM
Bagi SDM yang diketahui kurang kompeten dilakukan pelatihan baik kemampuan
manajerial maupun keterampilan. Pengawasan dilakukan bersama-sama/melibatkan
sektor lain termasuk organisasi profesi dan swasta/pemerintah.
4. Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang
memadai.
5. Melakukan pengembangan perencanaan termasuk metodenya.

23 | R S M S
Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM
No.: 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

BAB V
PENUTUP

Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM Rumah Sakit Mitra Siaga merupakan
rujukan bagi semua unit layanan yang ada untuk membuat penyusunan serta perencanaan
pemenuhan ketenagaan dalam upaya optimalisasi layanan yang disesuaikan dengan
analisis beban kerja serta kebutuhan yang ada, yang merujuk pada struktur organisasi
yang ada di rumah sakit.

Ditetapkan di : Tegal
Pada tanggal : 26 Januari 2018

24 | R S M S
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MITRA SIAGA
Nomor : 004.29.2.1/SK-RSMS/I/2018

Tentang
PANDUAN PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN SDM
RUMAH SAKIT MITRA SIAGA

Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatakan mutu pelayanan maka perlu dilakukan penyusunan dan
perencanaan SDM yang berkesinambungan;
b. Bahwa untuk melaksanakan penyusunan dan perencanaan SDM secara
berkesinambungan perlu ditetapkan dalam panduan penyusunan dan perencanaan SDM;
c. bahwa untuk maksud sebagaimana poin a dan b di atas perlu panduan penyusunan
perencanaan SDM yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, Tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014, Tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56/MENKES/PER/VIII/2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
9. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Texin Permata Husada, Nomor 003/SK-
TPH/X/2014, Tanggal 20 Oktober 2014, Tentang Pengangkatan Pejabat Definitif
Direktur Rumah Sakit Mitra Siaga;
10. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Texin Permata Husada Nomor 001/SK-
TPH/III/2017, Tanggal 10 Maret 2017, Tentang Hospital Bylaws Rumah Sakit Mitra
Siaga;
11. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Texin Permata Husada Nomor 002/SK-
TPH/III/2017 Tanggal 10 Maret 2017 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Mitra Siaga.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Panduan Penyusunan dan Perencanaan SDM di lingkungan Rumah Sakit Mitra
Siaga sebagaimana tersebut dalam lampiran ;
Kedua : Kepada seluruh pegawai agar dapat melaksanakan keputusan ini dengan sebaik-
baiknya dan bertanggungjawab;
Ketiga : Keputusan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tegal
Pada Tanggal : 26 Januari 2018

Tembusan :
Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :
1. Direktur Utama PT. Texin Permata Husada (sebagai pemberitahuan), di Tegal.
2. Arsip.

Kebijakan Rapat Dinas di RS. Mitra Siaga 1

Anda mungkin juga menyukai