Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah


kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara. Infeksi ini terutama ditularkan
melalui hubungan seksual, namun dapat juga melalui ibu kepada janin dalam
kandungan atau saat kelahiran serta melalui produk darah yang tercemar. Risiko
terkena IMS mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya migrasi
penduduk, berkembangnya sektor pariwisata dan tingkat sosial masyarakat. Hal ini
berdampak pada ekonomi suatu negara untuk mengatasi berbagai persoalan yang
ditimbulkan dari IMS.

Limfogranuloma venereum (LGV) merupakan suatu penyakit menular


seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serovar L1, L2 dan L3. Serovar
LGV ini bersifat invasif dan sering diikuti oleh respon inflamasi berat.
Limfogranuloma venereum mengenai sistem pembuluh limfe dan kelenjar limfe
tertentu. Perjalanan klinis penyakit ini dibagi menjadi 3 stadium. Stadium primer
ditandai oleh lesi berupa papul yang tidak nyeri dan dapat sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 1 minggu. Stadium sekunder berupa proktitis, limfadenitis,
limfadenopati dan stadium tersier berupa limfedema, striktur anal. Mekanisme
terjadinya LGV melibatkan proses trombolimfangitis dan perilimfangitis.1,2

Limfogranuloma venereum bersifat endemik pada negara yang sedang


berkembang seperti Afrika, Asia Tenggara, India, Amerika Selatan dan Karibia.
Insiden LGV mencapai 210% di Afrika dan India. Pada kurun waktu 1997-2001 telah
dilaporkan 57 kasus LGV di Indonesia dengan 47 kasus ditemukan pada laki-laki dan
10 kasus pada wanita. Secara historis angka kejadian LGV sangat rendah pada
negara-negara industri sejak pertengahan tahun 1960.3,4 Puncak insiden terjadi pada
usia dengan aktivitas seksual yang tinggi sekitar 15-40 tahun. Laki-laki memiliki
risiko 5 kali lebih besar dari wanita terkena penyakit ini. Wabah LGV dilaporkan
muncul kembali sejak tahun 2003 di Belanda dan negara Eropa lainnya, Amerika
serta Kanada.5

Keunikan wabah ini yaitu sebagian besar kasus LGV disebabkan oleh C.
trachomatis serovar L2, mengenai kalangan laki-laki yang berhubungan seksual
dengan laki-laki (LSL) dengan gambaran klinis utama berupa proktitis.5 Diagnosis
LGV sulit ditegakkan karena sekitar 5-27% pasien tidak memiliki keluhan atau
asimptomatis dan tidak tersedianya pemeriksaan penunjang. Diagnosis awal LGV
sangat penting untuk mencegah komplikasi yang irreversible. Doksisiklin merupakan
pilihan terapi untuk penyakit LGV. Ibu hamil dan menyusui yang terinfeksi LGV di
terapi dengan eritromisin atau azitromisin. Prognosis umumnya baik bila diagnosis
dan pengobatan dilakukan sedini mungkin dengan dosis yang tepat.2,6

Berdasarkan data tersebut, diagnosis dini dan terapi yang tepat merupakan hal
yang penting dalam menangani kasus LGV. Tinjauan pustaka ini disusun untuk
membahas mengenai manifestasi klinis, penatalaksanaan dan komplikasi LGV.

Anda mungkin juga menyukai