Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan


penanganan yang seksama. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun
meningkat. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan
ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes. Sedangkan
dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat
jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.1
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung
lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber),
membawa konsekuensinya terhadap kesehatan adalah berkembangnya penyakit
degeneratif (jantung, diabetes melitus, aneka kanker, osteoporosis, dan
hipertensi).1
Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada
kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu
kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, dan dislipidemia. Pengobatan DM selain minum obat, juga harus
diet dan olahraga teratur. Jika masih dapat diatasi dengan diet rendah karbohidrat
dan olahraga, pasien sebisanya tidak memakai obat.2
Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan
diabetes melitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara
primer maupun sekunder. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang
ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko
untuk jadi diabetes atau pada populasi umum. Pencegahan sekunder merupakan
tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun komplikasi jangka
panjang pada penderita DM. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya tentang perilaku sehat dan berbagai hal mengenai
penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi DM sangat diperlukan.2,3

1
Diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakit menahun yang cenderung
akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak
hanya dokter, perawat dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan
pasien sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan
sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki
hasil pengelolaan DM.3
Prevalensi kejadian DM di Sulawesi Tengah diabetes mellitus meningkat
pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 yaitu 16.330 kasus pada tahun 2014
meningkat menjadi 16.456. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kasus lama
yaitu 9.660 tahun 2014 menjadi 10.851 tahun 2015.Peningkatan kasus lama
diabetes mellitus karena Puskesmas telah melaksanakan tatalaksana diabetes
melitus, sehingga penderita diabetes melittus masih hidup sehat &produktif.3

Anda mungkin juga menyukai