Kelompok 1:
Scenario 3
Seorang perempuan umur 38 tahun, Ibu Rumah Tangga datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri dan bengkak pada jari-jari tangan kiri dan kanan, keluhan dialami sejak 3 bulan terakhir.
Pasien juga mengeluh kaku saat bangun pagi higga kadang selama 1 jam. Keluhan disertai
demam jika jari-jari bengkak
Pertanyaan:
DD :
- Reumatoid arthritis
- Osteoarthritis
Jawaban:
1 OSSA CARPALIA
(kanan)
1. Os schapoideum
2. Os capitatum
3. Os trapezoideum
4. Os trapezium
Os lunatum
Os triguetrum
Os pisiforme
Os hamatum
OSSA METACARPALIA
OSSA DIGITORUM
a. phalanx proximalis
b. phalanx media
c. phalanx distalis
.
Fisiologi Struktur Sendi Ekstremitas Atas Sendi merupakan pertemuan antara dua atau
beberapa tulang dari kerangka yang dihubungkan dengan kapsul sendi, jaringan ikat fibrosa,
ligament, tendon, fascia, maupun otot. Sendi dibagi menjadi synarthrosis (tidak memiliki ruang
sendi) dan diarthrosis (memiliki ruang sendi Diarthrosis merupakan sendi yang memungkinkan
terjadinya gerakan. Ciri- ciri diarthosis adalah: memiliki facies articularis yang bersifat licin,
facies articularis ditutupi oleh cartilage articularis yang pada umumnya adalah kartilago hialin,
dan mempunyai capsula articularis yang membungkus persendian. Ruangan di dalamnya
disebut cavum articulare berisi cairan synovial .( Referensi ,Jurnal Undip)
2. Nyeri sendi merupakan nyeri yang dirasakan dibagian persendian dan sekitarnya akibat
- Nyeri mekanik : biasanya timbul setelah seseorang melakukan kegiatan atau aktivitas dan
hilang setelah beristirahat.
- Nyeri inflamasi : biasanya terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur, biasanya nyeri hebat
saat digerakan dan akan hilang beberapa saat kemudian (Anisa 2015)
pembebasan pembentukan
- Histamin - Prostaglandin
- serotonin Bradikinin
leokotrien
Tranduksi
Tranduksi
Modulasi
Persepsi
a. Proses Inflamasi
Pada proses inflamasi, misalnya pada arthritis, proses nyeri terjadi karena
stimulus nosiseptor akibat pembebasan berbagai mediator biokimiawi selama proses
inflamasi terjadi. Inflamasi tejadi akibat rangkaian proses imunologik yang dimulai
adanya antigen yang kemudian diproses oleh Antigen Precenting Cell (APC) yang
kemudian akan diekpresikan ke permukaan sel dengan determinan HLA yang sesuai.
Antigen yang diekspresikan tersebut akan diikat oleh sel T melalui reseptor sel T pada
permukaan sel T membentuk kompleks trimolekuler. Kompleks trimolekuler tersebut
akan mencetuskan rangkaian reaksi imunologik dengan pelepasan berbagai sitokin (IL-1,
IL2) sehingga terjadi aktivasi, mitosis, dan proliferasi sel T tersebut. Sel T yang
teraktivasi juga akan menghasilkan berbagai limfokin dan mediator inflamasi yang
bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas fagositosisnya dan
merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody.
Setelah berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk
kompleks imun yang akan mengendap pada organ target dan mengaktifkan sel radang
untuk melakukan fagositosis yang diikuti oleh pembebasan metabolic asam arakidonat,
radikal oksigen bebas, enzim protease yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan
pada organ tersebut.
Kompleks imun juga dapat mengaktivasi system komplemen dan membebaskan
komplemen aktif seperti C3A dan C5A yang merangsang sel mast dan trombosit untuk
membebaskan amina vasoaktif sehingga timbul vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas vaskuler. Pada proses fagositosis oleh sel PMN dapat menyebabkan
depolimerisasi hialuronat sehingga dapat merusak tulang rawan sendi dan menurunkan
viskositas cairan sendi. Masing-masing mediator secara sendiri atau bersamaan
merangsang nosiseptor yang merupakan reseptor nyeri nosiseptik. Stimulasi nosiseptor
ini kemudian diikuti proses transduksi yaitu pengalihan stimulus menjadi proses
neuronal, yang kemudian diteruskan sepanjang serabut saraf eferen ke ganglion radiks
dorsalis medulla spinalis membentuk sinaps tempat sinaps tempat signal rasa sakit mulai
diproses dan ditransmisikan ke korteks serebri, menghasilkan rasa nyeri.
b. Mekanik
Nyeri yang disebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum, irisan
pisau dan lain-lain. Nyeri tersebut akan merangsang stimulus nosiseptor oleh stimulus
noxius di mana stimulus noxius tersebut akan diubah menjadi potensial aksi. Proses ini
disebut transduksi atau aktivasi reseptor. Selanjutnya potensial aksi tersebut akan
ditransmisikan menuju neuron saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri. Tahap
pertama transimisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke kornu dorsalis
medulla spinalis. Pada kornu ini neuron aferen primer bersinaps dengan neuron susunan
saraf pusat. Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas medulla spinalis menuju
medulla oblongata dan thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal balik antara
thalamus dan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan
afektif yang berhubungan dengan nyeri. Tetapi rangsangan nosiseptik tidak selalu
menimbulkan persepsi nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bisa terjadi tanpa stimulasi
dari nosisepti. Terdapat modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri
tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketehui adalah pada kornu dorsalis
medulla spinalis. Proses terakhir adalah persepsi, di mana pesan nyeri di relay menuju ke
otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak menyenangkan.
Adanya kekakuan pada pagi hari (morning stiffness) disebabkan imobilisasi pasien saat
tidur,sehingga otot tendo mengalami pemendekan. Sehingga memerlukan waktu untuk
mengembalikan otot dan tendo seperti normal. Pada pasien arthritis rheumatoid waktu yang
diperlukan lebih lama, yaitu sekitar 1-2 jam. Adanya nyeri dan pain of motion (kesakitan dalam
bergerak) disebabkan oleh erosi tulang dan tulang rawan, deformitas dan disarsitektur sendi
yang merupakan manifestasi dari pathogenesis arthritis rheumatoid. Gejala Klinis yang
berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi hari.
Kekakuan pada pagi hari merupakan gejala yang selalu dijumpai pada RA aktif. Berbeda
dengan rasa kaku yang dialami oleh pasien osteoarthritis atau kadang-kadang oleh orang
normal. Kaku pagi hari pada RA berlangsung lebih lama,yang pada umumnya lebih dari 1 jam.
Lamanya kaku pagi hari pada RA agaknya berhubungan dengan lamanya imobilisasi pada saat
pasien tidur serta beratnya inflamasi. Gejala kaku akan menghilang jika remisi dapat tercapai.
Faktor lain penyebab kaku pagi hari adalah inflamasi akibat sinovitis. Inflamasi akan
menyebabkan terjadinya imobilisasi persendian yang jika berlangsung lama akan mengurangi
pergerakan sendi baik aktif maupun pasif. Otot dan tendon yang berdekatan dengan
persendian yang mengalami peradangan cenderung untuk mengalami spasme dan pemendekan.
1. Rheumatoid Artritis(RA)
A. Definisi
Rheumatoid Aristris(RA) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belom di ketahui dan di tandai oleh senovitis erosive
yang simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan
jaringan ekstraartikular.
Rheumatoid Atritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
perseendian (biasanya tangan dan kaki) kaki mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi.
B. Epidemiologi
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara
populasi satu dengan yang lain di amerika serikat dan beberapa
daerah di eropa lainnya prevalensi RA sekitar 1% pada kaukuasia
dewasa, perancis sekitar 0,3%, inggris dan Finlandia sekitar 8% dan
amerika serikat 1,1% sedangkan di cina sekitar 0,28%. Jepang
sekitar 1,7% dan india 0,75%. Insideng di amerika serikat dan eropa
utara mencapai 20-50/100.000 dan eropa selatan hanya 9-
24/100000. Di Indonesia dari hasil survei epidemiologi di bandung,
jawa tengah didapatkan prevalensi RA 0,3% sedangkan di malang
penduduk berusia di atas 40 tahun di dapatkan prevalensi RA 0,5%
di daerah kotamadya dan di daerah kabupaten 0,6%.
C. Factor resiko
Factor resiko yang berhubungan dengan peningkatan kasus
RA dibedakan menjadi 2 yaitu factor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan factor resiko yang dapat du modifikasi.
1. Yang tidak dapat di modifikasi
a. Faktor genetic
Factor genetic berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan RA. Gen
yang berkaitan kuat adalah HLA-DRBI. Selain itu juga ada gen tirosin fosfatase
PTPN 22 di kromoson 1.
b. Usi
RA biasanya timbul antarah usia 40th-60th. Namun penyakit itu juga dapat
terjadi pada orang dewasa,tua,dan anak-anak.
c. Jenis kelamin
RA jauh lebih sering pada perempuan di banding pada laki-laki dengan
rasio 3:1. Meskipun mekanisme yang terkait jenis kelamin masih belum jelas.
Perbedaan pada hormone seks kemungkinan mimiliki pengaruh.
Osteoarthritis(OA)
1. Definisi
Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi
degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra,
panggul, lutut, dan pergelangan kaki palingsering terkena OA
2. Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam
proses terjadinya osteoarthritis
3. Epidemiologi
OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai
terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65
tahun menggambarkan OA pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-
50% hanya mengalami gejala.
4. Patologi
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak
dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa
mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.Pada
Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi.
Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak
makromolekul matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis
proteoglikan dan kolagen. Hal ini menyebabkan penurunan kadar
proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan
berkurangnya.kadarairtulangrawansendi.Padaprosesdegenerasidarikartilago
artikularmenghasilkansuatu substansi atau zat yang dapat menimbulkan
suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag untuk menhasilkan IL-1
yang akanmeningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks
ekstraseluler.
5. Manifestasi Klinis
biasanya ditemukan Nyeri sendi, Kaku pada pagi hari
(morningstiffness), Hambatan pergerakan sendi, krepitasi, perubahan
bentuk sendi, dan perubahan gaya berjalan
6. Penatalaksanaan
nonfarmakologis : edukasi, menurunkan berat badan, terapi fisik dan
rehabilitasi medik/fisioterapi. Farnakologis: analgesik oral, NSAIDs,
Condroprotektif
7. Factor resiko
2. Etiologi
Factor pejamu (suspnsibillitas,hormonal) dan factor lingkungan
menyebabkan hilangnya self tolerance dan mengiduksi prosesautoimun.
3. Mekanisme
Gangguan imunitas yang di tandai oleh pesisten limfosit B dan T yang
bersifat autoreaktif. Antibody yang terbentuk akan di berikatan dengan
autoantigen membentuk kompleks imun yang mengedap berupa depot
dalam jaringan. Akibatnya akan terjadi aktifitas komplemen sehingga
terjadi reaksi inflamasi yang menimbulkan lesi di tempat tersebut.
4. Manifestasi klinis
Penyakit kronik dengan keluhan dan gejala intermiten sampai ke fase
akut yang fatal. Gejala kostitusional dapat berupa demam yang menetap
atau intermitan ,kelelahan,penurunan berat badan dan anoreksia.
4. Epidemiologi
Ensidensi SLE pada anak secara keseluruhan mengalami
peningkatan sekitar 15-17%. Penyakit SLE jarang terjadi pada usia di
bawah 5th dan menjelang remaja.
5. Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
6. Penatalaksanaan
Penyakit SLE adalah penyakit kronik yang di tandai dengan remesi
dan relaps. Terapi sportif tidak dapat di anggap remeh. Pemberian obat
anti inflamasi nonsteroid.
7. Prognosis
Akhir-akhir ini prognosis untuk berbagi bentuk penyakit lupus
sudah membaik dengan angka survival untuk masa 10th sebesar 90%.