(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Agama
Islam)
Disusun Oleh :
YANTI NUR AL FITRA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca untuk mengetahui informasi
tentang penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil/perempuan sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bahwa banyak pasangan yang harus didorong untuk melakukan tes HIV untuk
memastikan status mereka dengan asumsi bahwa mereka mungkin terinfeksi
karena pernah memiliki hubungan seksual denga seseorang yang telah diuji
dan ditemukan sero-positif HIV.
B. RUMUSAN MASALAH
2
g. Sebutkan pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil?
h. Sebutkan penatalaksanaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
i. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
j. Bagaimana sikap dan pertolongan persalinan pada perempuan/ibu
hamil?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil
h. Untuk mengetahui penatalaksaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil
i. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil
j. Untuk mengetahui sikap dan pertolongan persalinan
k. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil
4
BAB II
PEMBAHASAN
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang
5
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention).
2. Etiologi
6
III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus
dirubah menjadi HIV.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti
(core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris
tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid
dan glikoprotein. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas,
bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan
dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit
dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah
mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag
dan sel glia jaringan otak.
7
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu
berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.
3. Manifestasi Klinis
1) Batuk kronis
2) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida
Albicans
3) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh
tubuh
4) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di
seluruh tubuh
4. Patofisiologi
8
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS.
Penularan HIV-AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual
dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang
istri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah.
Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih
rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula
masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
9
positif) dalam 1-3 tahun dimana didapatkan 42% dari suami dan 38% dari
isteri ke suami dianggap sama.
a. Periode kehamilan
b. Periode persalinan
10
terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko
penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama
robeknya membran.
a. Transmisi Seksual
11
HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada
pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan
seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive
untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual
yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering
berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok
manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1) Homoseksual
2) Heteroseksual
1) Transmisi Parenral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan
narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar
secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum
suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan
12
terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang
dari 1%.
2) Darah/Produk Darah
c. Transmisi Transplasental
6. Faktor Resiko
13
b. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
c. Pekerja seks komersial
d. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin
7. Pemeriksaan Penunjang
14
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan
kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau
kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan
pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).
8. Penatalaksanaan
15
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV. Obat yang bisa dipilih untuk negara berkembang adalah
Nevirapine, pada saat ibu saat persalinan diberikan 200mg dosis tunggal,
sedangka bayi bisa diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir
dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan
mulai kehamilan 36 minggu 2x300mg/hari dan 300mg setiap jam selama
persalinan berlangsung.
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah
pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
a. Pengendalian infeksi oportunistik. Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau
sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral
HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi
virus pada proses nya. Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah
interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitas. Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan
mempertahankan kondisi tubuh sehat.
g. Pendidikan. Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan
makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang
16
mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik
keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak
mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
9. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui
tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan,
dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:
17
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan
untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil
penelitian, didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI
yang terinfeksi.
18
dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS
(pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
c. Brain
Tingkat kesadaran ibu hamil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan
karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas pada ibu
hamil.
d. Bowel
Keadaan sisitem pencernaan pada ibu hamil akan mengalami gangguan.
Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan oleh
penurunan sistem imun yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran
pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat menyebabkan infeksi
saluran pencernaan.
e. Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin,
jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada
sistem perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra
klien.
f. Bone
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada
ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko
osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
B. Dignosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pengeluaran yang berlebihan ( muntah dan diare berat ).
3. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan,
penyebaran penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan janin.
19
C. Perencanaan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi, tidak
demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari
kondisi infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. pasien dan orang terdekat Mengurangi resiko kontaminasi
sebelum dan sesudah seluruh silang.
kontak perawatan dilakukan.
2. Berikan lingkungan bersih dan Mengurangi patogen pada system
berventilasi. imun.
3. Pantau TTV, terutama suhu. Peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi.
4. Selidiki keluhan sakit kepala, Ketidak normalan neurologis umum
kaku leher, perubahan dan mungkin di hubungkan dengan
penglihatan. HIV ataupun infeksi sekunder.
5. Bersihkan kuku setiap hari. Mengurangi resiko tranmisi bakteri
Dikikir lebih baik daripada pathogen melalui kulit.
dipotong dan hindari memotong
kutikula.
6. Periksa adanya luka/lokasi alat Identifikasi/perawatan awal dari
invasif, perhatikan tanda-tanda infeksi sekunder dapat mencegah
inflamasi/infeksi local. terjadinya sepsis.
20
7. Bersihkan percikan cairan Mengontrol mikroorganisme pada
tubuh/darah dengan larutan permukaan kertas.
pemutih.
Kolaborasi
8. Patau studi laboratorium. Mis. Dilakukan untuk mengidentifikasi
Periksa darah, urin, sputum dan demam.
lain-lain.
9. Berikan antibiotik, antijamur Mengahambat proses infeksi.
dan anti mikroba. Seperti
pentamidin atau AZT/retrovir.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji kemampuan mengunyah, lesi mulut, tenggorokan, dan
merasakan, dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia (penurunan kemampuan
mengolah makanan dan mengurangi
keinginan untuk makan).
2. Aukultasi bising usus. Hipermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan di hubungkan
dengan muntah dan diare, yang
mempengaruhi pilihan diet.
21
3. Timbanng berat badan sesuai Indicator kebutuhan
kebutuhan. nutrisi/pemasukan yang adekuat.
4. Berikan perawatan mulut yang Mengurangi ketidaknyamanan yang
terus menerus, awasi tindakan berhubungan dengan mual/mual,
pencegahan sekresi. Hindari obat lesi oral, penegeringan mukosa, dan
kumur yang mengandung alcohol. halitosis. Mulut yang bersih akan
meningkatkan napsu makan.
5. Kaji obat-obatan tehadap efek profilaktik dan obat-obatan
samping nutrisi. terapeutik mungkin memiliki
efeksamping, misalnya AZT
(pengubah rasa, mual/muntah).
6. Dorong aktivitas fisik sebanyak Dapat meningkatkan napsu makan
mungkin. dan rasa sehat.
7. Dorong pasien duduk pada saat Mempermudah proses menelan dan
makan. mengurangi resiko aspirasi.
Kolaborasi
8. Tinjau ulang pemeriksaan Mengindikasikan status nutrisi dan
laboratorium. Misalnya glukosa, fungsi organ, dan mengidentifikasi
protein dan albumin. kebutuhan pengganti.
9. Pasang/pertahankan selang NGT Mungkin diperlukan unntuk
sesuai petunjuk. mengurangi mual/muntah atau
untuk pemberian makan per selang.
10. Konsultasikan dengan tim Menyediakan diet berdasarkan
pendukung ahli diet/gizi. kebutuhan individu dengan rute
yang tepat.
11. Berikan obat-obatan sesuai
petujuk, misal:
Suplemen makanan. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan.
Antiemetik (metoklopramid) Menguraningi insiden muntah,
22
meningkatkan fungi gaster.
23
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan,
penyebaran penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan janin.
Tujuan : Pasien mengetahui pengertian, penyebab, akibat dan penatalaksanaan penyakit
HIV dan AIDS.
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan tindakan,
melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dan berpartisipasi dalam aturan
perawatan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Berikan informasi mengenai Pasien perlu waspada terhadap
system/respon imun normal dan resiko bagi dirinya sendiri sama
bagaimana efek dari HIV, seperti resiko bagi bayi dan orang
penyebaran virus, factor yang lain disekitarnya.
diyakini dapat meningkatkan
kemungkinan progresifitas
penyakit.
2. Berikan informasi yang realistis Perlu untuk memberikan harapan
optimis selama kontak dengan yang realistis, untuk mengurangi
pasien. resiko bunuh diri.
3. Tinjau tanda-tanda/gejala yang Pasien mungkin mengalami
mungkin menjadi konsekuensi dari penyakit akut 2-6 minggu selama
infeksi HIV. terinfeksi.
4. Tekankan perlunya Membatasi penyebaran virus.
memperhatikan seks yang lebih Mengerangi pemajanan pada agen
aman dan juga perlunya infeksi/sters tamabahan pada
menghindari penggunaan obat- system imun.
obatan IV terlarang.
5. Berikan informasi mengenai Bukti menunjukkan bahwa diet
perubahan gaya hidup yang sesuai yang khusus dan factor gaya hidup
dengan factor yang membantu dapat berpengaruh pada
24
mempertahankan kesehatan. perkembangan infeksi HIV sampai
AIDS.
6. Diskusikan strategi Keterlibatan pasien dalam
penatalaksanaan terhadap gejala- perawatan meningkatkan kerja
gejala dan tanda-tanda yang terus sama dan kepuasan dalam
menerus. perawatan.
7. Dorong kontak dengan orang Banyak yang merasa takut
terdekat, keluarga, dan teman. mengungkapkan pada orang
terdekat, keluarga dan teman karena
takut ditolak.
D. Evaluasi
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat di lihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat di lihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Setelah dilakukann tindakan keperawatan di harapakan pasien :
1. Dx 1 : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko
infeksi, tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda
lain dari kondisi infeksi.
2. Dx 2 : Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat
badan dan mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energi.
3. Dx 3 : Hilangnya/terkontrolnya rasa sakit, menunjukkan posisi/ekspresi wajah
rileks.
4. Dx 4 : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan
tindakan, melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dan berpartisipasi dalam
aturan perawatan.
25
.
26
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan makalah berikutnya yang lebih
baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://nurseenynopilestari.blogspot.com/2014/03/hivaids-pada-ibu-hamil.html
28