Anda di halaman 1dari 31

ABORSI DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Agama
Islam)

Disusun Oleh :
YANTI NUR AL FITRA

YAYASAN PENDIDIKAN ALI-ILHAM


AKADEMI KEBIDANAN BUTON RAYA
BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca untuk mengetahui informasi
tentang penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil/perempuan sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Baubau, 20 Desember 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Pengertian Aborsi ..................................................................... 3
B. Macam-Macam Aborsi ............................................................. 3
C. Hukum Aborsi dalam Islam ...................................................... 6

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 11


A. Kesimpulan ............................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita,


namun kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin
terutama pada kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama
pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan
kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi
klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.

Sejak ditemukannya infeksi human immunodeficiency virus (HIV)


pada tahun 1982, penelitian semakin banyak dilakukan dan ternyata hasilnya
sangat mengejutkan dunia. Terdapat sekitar lima jenis HIV dengan bentuk
infeksi terakhir disebut AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu
kondisi hilangnya kekebalan tubuh sehingga member kesempatan
berkembangnya berbegai bentuk infeksi dan keganasan, kemunduran
kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya. Dengan hilangnya semua
kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat
pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.

Penelitian telah dilakukan sejak HIV pertama kali ditemukan, tetapi


sampai saat ini obatnya belum ditemukan sehingga bila terinfeksi virus HIV
berarti sudah menuju kematian. Obat yang tersedia sekedar untuk
mempertahankan atau memperpanjang usia, bukan untuk membunuh virus
HIV.

Orang-orang yang terinfeksi positif HIV yang mengetahui status


mereka mungkin dapat memberikan manfaat. Namun, seks tanpa perlindungan
antara orang yang yang berisiko membawa HIV sero-positif sebagai super
infeksi, penularan infeksi seksual, dan kehamilan yang tidak direncanakan
dapat membuat penurunan kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini jelas

1
bahwa banyak pasangan yang harus didorong untuk melakukan tes HIV untuk
memastikan status mereka dengan asumsi bahwa mereka mungkin terinfeksi
karena pernah memiliki hubungan seksual denga seseorang yang telah diuji
dan ditemukan sero-positif HIV.

Komunikasi seksualitas antara orangtua dan anak telah diidentifikasi


sebagai factor pelindung untuk seksual emaja dan kesehatan reproduksi,
termasuk infeksi HIV. Meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi remaja
merupakan prioritas dunia. Intervensi yang bertujuan untuk menunda perilaku
seksual, mengurangi jumlah pasangan seksual dan meningkatkan penggunaan
kondom. Dari penelitian yang dilakukan di negara berkembang menunjukkan
bahwa pendidikan seksualitas memiliki potensi untuk memberikan dampak
positif pada pengetahuan, sikap, norma dan niat, meskipun mengubah perilaku
seksual sangat terbatas.

Evolusi infeksi HIV menjadi penyakit kronis memiliki implikasi di


semua pengaturan perawat klinis. Setiap perawat harus memiliki perawatan
klinis. Setiap perawat harus memiliki pengetahuan tantang pencegahan,
pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam rangka untuk
memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang-orang dengan
atau berisiko untuk HIV.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Konsep HIV/IADS pada ibu hamil/perempuan

a. Apa yang dimaksud HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?


b. Apa penyebab HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
c. Sebutkan menifestasi klinis HIV/AID pada perempuan/ibu hamil?
d. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
e. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS?
f. Apa faktor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?

2
g. Sebutkan pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil?
h. Sebutkan penatalaksanaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
i. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
j. Bagaimana sikap dan pertolongan persalinan pada perempuan/ibu
hamil?

2. Konsep asuhan keperawatan pada klien HIV/AIDS pada ibu


hamil/perempuan

a. Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu


hamil?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui penyakit HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil dan


untuk mengetahui Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS pada perempuan/ibu


hamil
b. Untuk mengetahui penyebab/etiologi HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil
c. Untuk mengetahui menifestasi klinis HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil
d. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil
e. Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS
f. Untuk mengetahui factor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil

3
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil
h. Untuk mengetahui penatalaksaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil
i. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu
hamil
j. Untuk mengetahui sikap dan pertolongan persalinan
k. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan HIV/AIDS pada
perempuan/ibu hamil

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Hiv Aids Pada Ibu Hamil/Perempuan


1. Pengertian
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang
menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak
fungsinya. Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tahap yang lebih
lanjut dari infeksi HIV adalah acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS). Hal ini dapat memakan waktu 10-15tahun untuk orang yang
terinfeksi HIV hingga berkembang menjadi AIDS, obat antiretroviral
dapat memperlambat proses lebih jauh. HIV ditularkan melalui hubungan
seksual (anal atau vaginal), transfusi darah yang terkontaminasi, berbagi
jarum yang terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinya selama kehamilan,
melahirkan dan menyusui.

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).

AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah suatu


penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV,
yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas
seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria
homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita
hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari
individu yang terinfeksi virus tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002).

AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang

5
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention).

Wanita hamil lebih berisiko tertular Human Immunodeficien Virus


(HIV) dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif,
wanita hamil lebih sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang
tidak terinfeksi daripada wanita yang tidak hamil.

Menurut laporan CDR (Center for Disease Control) Amerika


mengemukakan bahwa jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus
bertambah, khususnya pada usia reproduksi. Sekitar 80% penderita AIDS
anak-anak mengalami infeksi prenatal dari ibunya. Seroprevalensi HIV
pada ibu prenatal adalah 0,0-1,7%, saat persalinan 0,4-0,3% dan 9,4-
29,6% pada ibu hamil yang biasa menggunakan narkotika intravena.

Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi


HIV. Dilihat dari profil umur, ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada
wanita mengarah ke umur yang lebih muda, dalam arti bahwa usia muda
lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi, sedangkan pada usia di atas
45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Dilain pihak menurut para ahli
kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan usia wanita yang lebih tepat
untuk hamil dan melahirkan. Hasil survey di Uganda pada tahun 2003
mengemukakan bahwa prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan
satu dari sepuluh orang Uganda usia antara 30-39 tahun positif HIV-AIDS
perlu diwaspadai karena cenderung terjadi pada usia reproduksi.

2. Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus


yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama
kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun
1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV)

6
III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus
dirubah menjadi HIV.

Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA.


Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat
berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus
ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus
HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang
dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan
keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV
selalu dianggap infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan
selama hidup penderita tersebut..

Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti
(core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris
tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid
dan glikoprotein. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas,
bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan
dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit
dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.

Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah
mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag
dan sel glia jaringan otak.

Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di


antaranya ;

1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan


seksual).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.

7
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu
berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Manifestasi Klinis Mayor

1) Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.


2) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-
menerus.
3) Kehilangan napsu makan.
4) Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan.
5) Berkeringat.

b. Manifestasi Klinis Minor

1) Batuk kronis
2) Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida
Albicans
3) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh
tubuh
4) Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di
seluruh tubuh

4. Patofisiologi

8
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS.
Penularan HIV-AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual
dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang
istri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah.
Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih
rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula
masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.

Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA,


tunggal terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada
reseptor CD4 sel terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzim
reverse transcriptase, yang mampu membentuk DNA ganda. Standar
DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu
dengan DNA inti sel yang asli. DNA virus dapat membentuk RNA yang
terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda (berita) sehingga dapat
membentuk protein.

Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag,


dan sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus
dapat memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan
virus HIV baru yang akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu
berubah-ubah, sesuai dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk
membuat antibody atau antigen agar mampu membuat vaksinnya. Oleh
karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat sampai saat ini.

5. Penularan HIV dari Ibu kepada Bayinya

Cara penularan virus HIV-AIDS pada wanita hamil dapat melalui


hubungan seksual. Salah seorang peneliti mengemukakan bahwa
penularan dari suami yang terinfeksi HIV ke isterinya sejumlah 22% dan
istri yang terinfeksi HIV ke suaminya sejumlah 8%. Namun penelitian lain
mendapatkan serokonversi (dari pemeriksaan laboratorium negatif menjadi

9
positif) dalam 1-3 tahun dimana didapatkan 42% dari suami dan 38% dari
isteri ke suami dianggap sama.

Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang


menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga
terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan
(Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau
pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti
pasangan dan gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode :

a. Periode kehamilan

Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat


kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat
ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-
obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV.
Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan
menjadi tidak efektif apabila ibu:

1) Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria)


pada plasenta selama kehamilan.
2) Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan
virus pada saat itu.
3) Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
4) Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak
langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.

b. Periode persalinan

Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar


jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin
lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan

10
terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko
penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama
robeknya membran.

1) Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau


infeksi lainnya).
2) Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi
dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
3) Anak pertama dalam kelahiran kembar
c. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui
ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui
bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV
sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
1) Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif
akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
2) Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan
putting susu dan infeksi payudara lainnya.
3) Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan
infeksi.
4) Status gizi ibu yang buruk.

Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV,


namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui:

a. Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual


maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling
sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan
vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi

11
HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada
pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan
seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive
untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual
yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering
berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok
manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.

1) Homoseksual

Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas


homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari
semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal
merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan
HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi
semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan
mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami
pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital.

2) Heteroseksual

Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui


hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak
adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang
mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.

b. Transmisi Non Seksual

1) Transmisi Parenral

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan
narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar
secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum
suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan

12
terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang
dari 1%.

2) Darah/Produk Darah

Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-


negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi
melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor
telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV
lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.

c. Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai


resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan
dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk
penularan dengan resiko rendah.

6. Faktor Resiko

Semula diperkirakan factor risiko infeksi HIV hanya homoseksual,


dan pengguna narkoba yang menggunakan suntikan terinfeksi, tetapi
jumlahnya semakin besar. Infeksi HIV terutama menyerang sel T limfosit
dan system saraf pusat. Cara masuknya ke dalam sel mulai dengan ikatan
reseptornya pada sel lomfosit dan diikuti rusaknya inti kemudian
memecahkan dirinya menjadi beberapa virus HIV. Secara berabtai, virus
HIV kembali akan menyerang sel lomfosit CD4 sehingga akhirnya terjadi
penurunan daya tahan tubuh secara menyeluruh dan disebut acquired
immunodefeciency syndrome (AIDS).

Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai


berikut :

a. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV

13
b. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
c. Pekerja seks komersial
d. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin

7. Pemeriksaan Penunjang

Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan


bayi dapat menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan.
Penelitian mencoba mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal
untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu.

a. Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces,


cairan spina, luka, sputum, dan sekresi.
b. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
c. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal
untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy;
branskokopi.
d. Tes Antibodi
1) Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), untuk
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi
HIV.
2) Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk
mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
3) Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan
western blot untuk memastikan seropositifitas.
4) Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada
antibodi.
5) Pendeteksian HIV.

14
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan
kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau
kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan
pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus (viral burden).

Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi


berusia 2-3 bulan. Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju
janin.Infeksi langsung pada janin mulai sejak usia 13 minggu dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini disebut sebagai infeksi
vertical karena berlangsung semasih intrauterin. Cara infeksi lainnya pada
bayi adalah saat pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir dengan
cairannya yang penuh dengan virus HIV.

8. Penatalaksanaan

Pengalaman program yang signifikan dan bukti riset tentang HIV


dan pemberian makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak rekomendasi
WHO untuk pemberian makanan bayi dalam konteks HIV terakhir kali
direvisi pada tahun 2006. Secara khusus, telah dilaporkan bahwa
antiretroviral (ARV) intervensi baik ibu yang terinfeksi HIV atau janin
yang terpapar HIVsecara signifikan dapat mengurangi risiko penularan
HIV pasca kelahiran melalui menyusui. Bukti ini memiliki implikasi besar
untuk bagaimana perempuan yang hidup dengan HIV mungkin dapat
memberi makan bayi mereka, dan bagaimana para pekerja kesehatan
harus nasihati ibu-ibu ini. Bersama-sama, intervensi ASI dan ARV
memiliki potensi secara signifikan untuk meningkatkan peluang bayi
bertahan hidup sambil tetap tidak terinfeksi HIV.
Dimana otoritas nasional mempromosikan pemberian ASI dan
ARV, ibu yang diketahui terinfeksi HIV sekarang direkomendasikan untuk
menyusui bayi mereka setidaknya sampai usia 12 bulan. Rekomendasi
bahwa makanan pengganti tidak boleh digunakan kecuali jika dapat
diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman (AFASS).

15
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV. Obat yang bisa dipilih untuk negara berkembang adalah
Nevirapine, pada saat ibu saat persalinan diberikan 200mg dosis tunggal,
sedangka bayi bisa diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir
dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan
mulai kehamilan 36 minggu 2x300mg/hari dan 300mg setiap jam selama
persalinan berlangsung.
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah
pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
a. Pengendalian infeksi oportunistik. Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau
sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral
HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi
virus pada proses nya. Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin,
diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah
interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitas. Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan
mempertahankan kondisi tubuh sehat.
g. Pendidikan. Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan
makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang

16
mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik
keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak
mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.

9. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui
tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan,
dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:

a. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan


untuk bayi yang baru dilahirkan.

Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah


sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang
efektif untuk menularkan HIV. Satu tablet nevirapine pada waktu
mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3
hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama
persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen.

b. Penanganan obstetrik selama persalinan

Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio


caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV
dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan
penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai
87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko
karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat
penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio
caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan
faktor lain.

c. Penatalaksanaan selama menyusui

17
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan
untuk bayi dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil
penelitian, didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI
yang terinfeksi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIV/AIDS PADA


IBU HAMIL
1. Pengkajian
a. Data yang dapat dikumpulkan pada klien yaitu data sebelum dan
selama kehamilan
1) Identitas pasien
2) Riwayat Kesehatan
a) Masa lalu
b) Sekarang
3) Menstruasi
4) Reproduksi
5) Keluhan Utama
6) Data Psikologi
Kondisi ibu hamil dengan HIV / AIDS takut akan penularan pada bayi
yang dikandungnya. Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh
sehingga akan menambah tekanan psikologis pasien.
2. Pemeriksaan fisik
a. Breating
Kaji pernafasan ibu hamil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka
sepanjang jalr pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat,
kebersihan jalan nafas.
b. Blood
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan sel T
limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel
T4; peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan
kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus

18
dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS
(pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
c. Brain
Tingkat kesadaran ibu hamil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan
karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas pada ibu
hamil.
d. Bowel
Keadaan sisitem pencernaan pada ibu hamil akan mengalami gangguan.
Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan oleh
penurunan sistem imun yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran
pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat menyebabkan infeksi
saluran pencernaan.
e. Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin,
jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada
sistem perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra
klien.
f. Bone
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada
ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko
osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.

B. Dignosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pengeluaran yang berlebihan ( muntah dan diare berat ).
3. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan,
penyebaran penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan janin.

19
C. Perencanaan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi, tidak
demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari
kondisi infeksi.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. pasien dan orang terdekat Mengurangi resiko kontaminasi
sebelum dan sesudah seluruh silang.
kontak perawatan dilakukan.
2. Berikan lingkungan bersih dan Mengurangi patogen pada system
berventilasi. imun.
3. Pantau TTV, terutama suhu. Peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi.
4. Selidiki keluhan sakit kepala, Ketidak normalan neurologis umum
kaku leher, perubahan dan mungkin di hubungkan dengan
penglihatan. HIV ataupun infeksi sekunder.
5. Bersihkan kuku setiap hari. Mengurangi resiko tranmisi bakteri
Dikikir lebih baik daripada pathogen melalui kulit.
dipotong dan hindari memotong
kutikula.
6. Periksa adanya luka/lokasi alat Identifikasi/perawatan awal dari
invasif, perhatikan tanda-tanda infeksi sekunder dapat mencegah
inflamasi/infeksi local. terjadinya sepsis.

20
7. Bersihkan percikan cairan Mengontrol mikroorganisme pada
tubuh/darah dengan larutan permukaan kertas.
pemutih.
Kolaborasi
8. Patau studi laboratorium. Mis. Dilakukan untuk mengidentifikasi
Periksa darah, urin, sputum dan demam.
lain-lain.
9. Berikan antibiotik, antijamur Mengahambat proses infeksi.
dan anti mikroba. Seperti
pentamidin atau AZT/retrovir.

2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pengeluaran yang berlebihan ( muntah dan diare berat ).
Tujuan : Mempertahankan massa otot yang adekuat dan mempertahankan berat antara 0,9-
1,35 kg dari berat sebelum sakit.
Kriteria hasil : Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan dan
mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari malnutrisi dan
menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji kemampuan mengunyah, lesi mulut, tenggorokan, dan
merasakan, dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia (penurunan kemampuan
mengolah makanan dan mengurangi
keinginan untuk makan).
2. Aukultasi bising usus. Hipermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan di hubungkan
dengan muntah dan diare, yang
mempengaruhi pilihan diet.

21
3. Timbanng berat badan sesuai Indicator kebutuhan
kebutuhan. nutrisi/pemasukan yang adekuat.
4. Berikan perawatan mulut yang Mengurangi ketidaknyamanan yang
terus menerus, awasi tindakan berhubungan dengan mual/mual,
pencegahan sekresi. Hindari obat lesi oral, penegeringan mukosa, dan
kumur yang mengandung alcohol. halitosis. Mulut yang bersih akan
meningkatkan napsu makan.
5. Kaji obat-obatan tehadap efek profilaktik dan obat-obatan
samping nutrisi. terapeutik mungkin memiliki
efeksamping, misalnya AZT
(pengubah rasa, mual/muntah).
6. Dorong aktivitas fisik sebanyak Dapat meningkatkan napsu makan
mungkin. dan rasa sehat.
7. Dorong pasien duduk pada saat Mempermudah proses menelan dan
makan. mengurangi resiko aspirasi.
Kolaborasi
8. Tinjau ulang pemeriksaan Mengindikasikan status nutrisi dan
laboratorium. Misalnya glukosa, fungsi organ, dan mengidentifikasi
protein dan albumin. kebutuhan pengganti.
9. Pasang/pertahankan selang NGT Mungkin diperlukan unntuk
sesuai petunjuk. mengurangi mual/muntah atau
untuk pemberian makan per selang.
10. Konsultasikan dengan tim Menyediakan diet berdasarkan
pendukung ahli diet/gizi. kebutuhan individu dengan rute
yang tepat.
11. Berikan obat-obatan sesuai
petujuk, misal:
Suplemen makanan. Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan.
Antiemetik (metoklopramid) Menguraningi insiden muntah,

22
meningkatkan fungi gaster.

3. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.


Tujuan : Nyeri dapat diatasi dan hilang.
Kriteria hasil : Hilangnya/terkontrolnya rasa sakit, menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan Mengindikasikan kebutuhan untuk
lokasi, intensitas nyeri (skala 0- intervensi dan juga tanda-tanda
10), frekuensi dan waktu. perkembangan komplikasi.
2. Berikan aktivitas hiburan, Memfokuskan kembali perhatian,
misalnya membaca, menonton TV mungkin dapat meingkatkan
dan berkunjung. kemampuan untuk mennanggulangi.
3. Lakukan tindakan paliatif, Meningkatkan relaksasi/menurunkan
misalnya pengubahan posisi, tegangan otot.
masase, rentang gerak pada sendi
yang sakit.
4. Berikan kompres hangat/lembab injeksi ini diketahui sebagai
pada sisi injeksi pentamidin IV penyebab rasa sakit dan abses steril.
selama 20 menit setelah
pemberian.
5. Instruksikan melakukan Meningkatkan relaksasi dan
relaksasi progresif dan teknik perasaan sehat. Dapat menurunkan
napas dalam. kebutuhan narkotik analgesic.
6. Berikan perawatan oral. Ulserasi/lesi mungkin menyebabkan
ketidaknyamanan yang sangat.
Kolaborasi
7. Berikan analgesic/antipiretik Memberikan penurunan nyeri/tidak
narkotik. Gunakan ADP untuk nyaman dan mengurangi demam.
memberikan analgasik 24 jam.

23
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan,
penyebaran penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan janin.
Tujuan : Pasien mengetahui pengertian, penyebab, akibat dan penatalaksanaan penyakit
HIV dan AIDS.
Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan tindakan,
melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dan berpartisipasi dalam aturan
perawatan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Berikan informasi mengenai Pasien perlu waspada terhadap
system/respon imun normal dan resiko bagi dirinya sendiri sama
bagaimana efek dari HIV, seperti resiko bagi bayi dan orang
penyebaran virus, factor yang lain disekitarnya.
diyakini dapat meningkatkan
kemungkinan progresifitas
penyakit.
2. Berikan informasi yang realistis Perlu untuk memberikan harapan
optimis selama kontak dengan yang realistis, untuk mengurangi
pasien. resiko bunuh diri.
3. Tinjau tanda-tanda/gejala yang Pasien mungkin mengalami
mungkin menjadi konsekuensi dari penyakit akut 2-6 minggu selama
infeksi HIV. terinfeksi.
4. Tekankan perlunya Membatasi penyebaran virus.
memperhatikan seks yang lebih Mengerangi pemajanan pada agen
aman dan juga perlunya infeksi/sters tamabahan pada
menghindari penggunaan obat- system imun.
obatan IV terlarang.
5. Berikan informasi mengenai Bukti menunjukkan bahwa diet
perubahan gaya hidup yang sesuai yang khusus dan factor gaya hidup
dengan factor yang membantu dapat berpengaruh pada

24
mempertahankan kesehatan. perkembangan infeksi HIV sampai
AIDS.
6. Diskusikan strategi Keterlibatan pasien dalam
penatalaksanaan terhadap gejala- perawatan meningkatkan kerja
gejala dan tanda-tanda yang terus sama dan kepuasan dalam
menerus. perawatan.
7. Dorong kontak dengan orang Banyak yang merasa takut
terdekat, keluarga, dan teman. mengungkapkan pada orang
terdekat, keluarga dan teman karena
takut ditolak.

D. Evaluasi
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat di lihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat di lihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Setelah dilakukann tindakan keperawatan di harapakan pasien :
1. Dx 1 : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko
infeksi, tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda
lain dari kondisi infeksi.
2. Dx 2 : Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat
badan dan mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari
malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energi.
3. Dx 3 : Hilangnya/terkontrolnya rasa sakit, menunjukkan posisi/ekspresi wajah
rileks.
4. Dx 4 : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan
tindakan, melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dan berpartisipasi dalam
aturan perawatan.

25
.

26
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun


kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada
kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya
kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan
penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga
banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap
usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu kondisi hilangnya
kekebalan tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya berbegai bentuk
infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya.
Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah
menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi
ganas.

B. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan makalah berikutnya yang lebih
baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta. EGC.


Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2008. Patologi Obstetri. Jakarta : EGC
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba medika.
Susanti NN. 2000. Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.

http://nurseenynopilestari.blogspot.com/2014/03/hivaids-pada-ibu-hamil.html

28

Anda mungkin juga menyukai