Anda di halaman 1dari 102

MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZIS

PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Ahmad Nursamsi
1110053000004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M
ABSTRAK

Ahmad Nursyamsi, NIM 1110053000004, Manajemen Penghimpunan Dana


ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Program Studi Manajemen
Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Bimbingan Prof. Dr. Murodi, MA.

BAZNAS adalah lembaga amil zakat yang menghimpun, mengelola dan


mendistribusikan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf. Secara khusus BAZNAS
memiliki konsen dalam membina dan memberdayakan generasi bangsa melalalui
program-program pendidikan bagi anak yatim dan duafa. Oleh karena itu tugas
BAZNAS untuk menghimpun dana dalam jumlah besar adalah suatu keharusan
agar setiap program yang telah dibuat dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
Penulis memperhatikan pentingnya manajemen penghimpunan dana ZIS
pada BAZNAS, berdasar latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana fungsi-fungsi manajemen penghimpunan yang diterapkan pada
BAZNAS dan bagaimana langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan Penghimpunan pada BAZNAS. Adapun teori yang
digunakan adalah teori George R.Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen yang
mencakup Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Kemudian teori
penghimpunan yang dikemukakan April Purwanto bahwa Penghimpunan diartikan
sebagai proses mempengaruhi masyarakat untuk menyalurkan dana dan sumber
daya lainnya (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah)
yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga
yang pada akhirnya untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan adalah deskriptif analisis. Yaitu penulis menggambarkan
permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut
untuk ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus, penulis mengadakan
penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang Manajemen Penghimpunan
Dana ZIS Pada BAZNAS. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dengan manager penghimpunan BAZNAS serta dokumentasi
BAZNAS.
Hasil dari penelitian manajemen penghimpunan dana ZIS pada BAZNAS
yaitu BAZNAS telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dan juga
telah menjalankan langkah-langkah manajemen penghimpunan sesuai dengan
teoriteori manajemen yang terdapat dalam literatur pustaka. Meskipun masih ada
yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan kinerjanya seperti memperluas jaringan
donatur ke luar negeri, sosialiasi yang lebih masif agar khalayak lebih mengenal
dan mengetahui BAZNAS sebagai lembaga pengelola ZIS dan wakaf.

Kata Kunci: Manajemen Penghimpunan Dana ZIS

v
KATA PEGANTAR

Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT. yang telah member
taufik, hidayah dan berbagai pertolongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “MANAJEMEN
PENGHIMPUNAN DANA ZIS PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS)” dapat terselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Selawat
serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
semoga kita semua mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat nanti. Dengan
selesainya skripsi ini kami menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan I, Bapak
Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Sunandar, MA. selaku Wakil
Dekan III.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku ketua jurusan Manajemen Dakwah
dan Bapak Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu menyumbangkan pemikiran dalam penulisan skripsi dan
juga semenjak penulis masuk pada bangku kuliah.
3. Bapak Prof. Dr. Murodi, MA. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini,
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dengan penulis serta
memotivasi penulis dalam mencari esensi dari tema yang penulis telaah pada
skripsi ini dan secara tuntas dapat mengoreksi skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mentransformasikan ilmunya pada penulis dalam batasan-batasan tertentu yang
dapat penulis terima, sehingga penulis sedikit banyak telah mengetahui informasi
tentang dinamika pengetahuan yang ada.
5. Bapak Mohan dan Ahmad Kamaluddin, selaku Manager Divisi Penghimpunan
BAZNAS yang rela meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian
skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
vi
6. Kepada kedua orangtua tercinta, Ibunda Hj. Hayati dan Ayahanda H. Kastari
yang senantiasa mendo’akan dan memotivasi penulis untuk terus berkreasi dan
berpacu dalam mencari ilmu.
7. Kepada Istri saya tercinta Eva Nurillahiyah Pratiwi yang selalu menyemangati
saya dikala saat berjuang menuntut ilmu.
8. Teman-teman Manajemen Dakwah 2010, Alung, Ta’mir, Azhar, Afrian, Jaitun,
Nurul dan Dinda semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman
seperjuangan. PMII Komfakda (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Fakultas
Dakwah Ciputat.

Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan sebuah


refleksi studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan
dengan harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, Amin ya robbal
alamin.

Jakarta, 5 November 2014

Penulis

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………...... v
KATA PENGANTAR …….……………………………………………………. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………..………. viii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………….……..………..... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……...………………………... ..7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...…………………...………………….7
D. Metodologi Penelitian ……….……………………………..……......... 8
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………. ….11
F. Sistematika Penulisan ………………………...................................... 13

BAB II: TINJAUAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PENGHIMPUNAN


DANA ZAKAT, INFAK, SEDEKAH

A. Manajemen Penghimpunan……………………………….…………. 15
1. Pengertian Manajemen …………………………...……...…...….. 15
2. Pengertian Penghimpunan ………………………………...………17
3. Fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan ………………………..22
4. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan ……………...…….24
B. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)…...…..……..……………31

BAB III: GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL


(BAZNAS)

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS……...………………………………… 35


B. Visi, Misi BAZNAS…………………………….……………………. 38
C. Struktur Organisasi BAZNAS……………………….......…………... 38
D. Program BAZNAS…………………………………………………… 39
E. Layanan Divisi Penghimpunan BAZNAS…………………….……... 45

viii
BAB IV: ZAKAT UNTUK KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
A. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS…………………………….…….... 50

B. Analisis……...………………………………………………………. 58

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan……………………….………………………………….. 61
B. Saran-saran………………………….……………………….…….…. 62

DAFTAR PUSTAKA…………………………..………………………………. 63
LAMPIRAN

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbanyak di

dunia, hal ini menjadi faktor utama besarnya potensi zakat di Indonesia, karena

dalam tingkat perekonomian dan taraf hidup rakyatnya, Indonesia telah

mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Potensi zakat, infak, dan sedekah dapat menunjang terwujudnya sistem

kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip umat yang satu,

persamaan derajat dan kewajiban, persaudaraan Islam, serta tanggung jawab

bersama. Zakat, infak, dan sedekah menjadi unsur penting dalam mewujudkan

keseimbangan dalam distribusi harta. Selain itu juga berfungsi sebagai

keseimbangan tanggung jawab individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Zakat di tunjukan dalam Al-Quran sebagai pernyataan yang jelas akan

kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah sekedar kata-kata karena iman itu

adalah kepercayaan. Melainkan dengan iman kita harus dapat mewujudkan

keberadaan dan kebaikan Allah. Pengamalan zakat hanya akan bernilai jika

berawal dari cinta, bukan dari motif lain.1

Berbagai aspek dalam Islam, baik ideologi, spiritual, hukum, sosial

maupun politik, masing-masing saling konsisten dan menopang satu sama lain.

Oleh karena itu, Islam tidak meminta kaum Muslim untuk menyibukkan diri

hanya dengan sholat saja, tetapi merekapun harus bekerja keras untuk

1
Yasin Ibrahim al-Syaikh, Kitab Zakat Hukum, Tata Cara dan Sejarah (Bandung: Penerbit
Marja, 2008) h. 11

1
memperluas dan melaksanakan aspek-aspek Islam yang lain dalam setiap

sektor kehidupan serta menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Muslim.

Zakat, yang merupakan ibadah pokok dan bukan pajak, merupakan

pertumbuhan dan sekaligus penyucian diri. Secara teknis, zakat berarti

menyucikan harta milik seseorang dengan cara pendistribusian oleh kaum kaya

memberikan sebagian hartanya kepada kaum miskin sebagai hak mereka.

Dengan membayar zakat, maka seseorang memperoleh penyucian hati dan

dirinya serta telah melakukan tindakan yang benar dan memperoleh rahmat

selain hartanya akan bertambah.

Kata lain yang di gunakan untuk zakat baik di dalam Al-Quran maupun

hadis adalah sedekah yang berasal dari kata shidq (yang hak dan benar). Istilah

sedekah termasuk dalam zakat. Sedekah ini ada dua macam, yaitu sedekah

tathawwu’ (sumbangan sukarela) dan sedekah mafrudh (sumbangan wajib),

sebagaimana yang dapat kita lihat dalam Al-Quran surah At-taubah ayat 60.

       


  
   

       


         

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”

Di masa Rasulullah memang zakat tidak popular, karena hanya di

ambil dari orang-orang kaya saja di antara mereka. Justru sedekah lebih

popular di bandingkan zakat. Karena sedekah bisa diperoleh dari siapa pun
2
tidak pandang bulu, entah eseorang yang mengeluarkan sedekah itu kaya atau

miskin. Sedekah memang memiliki pengertian yang lebih luas di bandingan

dengan pengertian zakat. Jika zakat hanya sebatas materi saja dengan

ketentuan-ketentuan syariat yang harus dipenuhi, sedekah lebih dari sekedar

materi bahkan bisa pula berupa immateri. Misalnya menjadikan orang lain

gembira, bahagia dan senang, dengan senyuman.

Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang memiliki kelebihan

dalam hal harta benda. Selain itu zakat juga merupakan bagian dari rukun islam

yang bersifat ijtimaiyah. Berbeda dengan rukun-rukun Islam yang lain.

Sehingga pada masa-masa awal pemerintahan Islam, khususnya pada

pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, zakat pernah dipaksakan

sebagai mana dalam ucapan khutbah beliau “ akan aku perangi siapa saja yang

memisahkan antara sholat dan zakat”.2

Sejak Islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi satu sumber

dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan

bangsa Indonesia menentang penjajahan Barat pendahulu, zakat, terutama

bagian sabilillahnya, merupakan sumber dana perjuangan ketika satu persatu

tanah air kita dikuasai oleh penjajah Belanda. Pemerintah Kolonial itu

mengeluarkan Bijblad Nomor 1892 tanggal 4 Agustus 1893 yang berisi

kebijaksanaan pemerintah kolonial mengenai zakat yang menjadi pendorong

pengeluaran peraturan tentang zakat itu adalah alasan klasik rezim kolonial

yaitu mencegah terjadinya penyelewengan keuangan zakat oleh para penghulu

bekerja untuk melaksanakan administrasi kekuasaan pemerintah Belanda, tapi

2
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta:
Teras, 2009) h. 16

3
tidak diberi gaji atau tunjangan untuk membiayai hidup dan kehidupan mereka

beserta keluarganya dan untuk melemahkan (dana) kekuatan rakyat yang

bersumber dari zakat itu. Pemerintah Hindia Belanda melarang semua pegawai

pemerintah dan priyayi pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat.3

Salah seorang pengurus Forum Zakat Indonesia, Sri Adi Bramasetia

sebagaimana dikutip di situs www.voaindonesia.com, beliau mengatakan,

“meski jumlah zakat yang dihimpun di Indonesia naik tiap tahun, namun tidak

pernah mencapai potensi yang sesungguhnya.” Ia menyatakan bahwa jika

dikelola serius, potensi zakat di Indonesia, dengan jumlah penduduk Muslim

terbesar di dunia, bisa mencapai Rp 300 triliun per tahun. Namun dari potensi

besar itu, dana yamg terkumpul baru sekitar Rp 1,8 triliun. Sri Adi

memperkirakan, angka tersebut disebabkan karena perusahaan-perusahaan besar

dan masyarakat masih memiliki kesadaran yang rendah dalam menunaikan

zakat.4

Fenemona di atas menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh

BAZNAS ataupun Lembaga Amil Zakat yang ada di Indonesia. BAZNAS harus

menjadi fasilitator antara duafa dan para aghniya, sehingga potensi zakat di

Indonesia bisa dimaksimalkan sebaik mungkin.

Karena berdasarkan data yang didapat pada tahun 2011, Lembaga Amil

Zakat sekelas Dompet Dhuafa saja baru mampu mengumpulkan dana zakat

sekitar 75 milyar pertahun, pada tahun yang sama BAZNAS baru mampu

mengumpulkan dana zakat sekitar 30 milyar. Hal ini menunjukkan perlunya

3
M Arifin Purwakananta dkk, Gerakan Zakat Untuk Indonesia (Jakarta: Khairul Bayan Press,
2008) h. 59
4
Budi Nahaba, “Potensi Zakat Bisa Capai Rp 300 T Per Tahun,” artikel diakses pada 9 Agustus
2014 dari m.voaindonesia.com/a/1455819.html

4
perhatian dari para praktisi zakat dan juga BAZ maupun LAZ agar bisa

memaksimalkan aktifitas penghimpunan. Karena ketika kita membahas potensi

zakat kemudian dikaitkan dengan BAZNAS, maka fokus perhatian kita akan

tertuju pada aktifitas penghimpunan di lembaga itu sendiri. Untuk meraih hasil

yang maksimal dalam pengumpulan dana zakat yang tentunya untuk disalurkan

kembali kepada yang berhak menerimanya, maka menjadi suatu keniscayaan

bagi setiap Lembaga Zakat agar aktifitas penghimpunan dikelola dengan

manajerial yang baik dan profesional.

Mengelola aktifitas penghimpunan yang baik, maka dibutuhkan

manajemen yang baik, karena menggalang dan menghimpun dana bukanlah hal

yang mudah, banyak proses dan dinamika yang harus dilalui, harus ada proses

manajemen dalam menjalankan penghimpunan, dari mulai proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dari aspek perencanaan saja Adrean Sargeant dan Eliane Jay

mengemukakan setidaknya ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu “Where

are we now, where do we want to be and how are we going to get there.”5

Mereka menyebutkan bahwa dalam merencanakan penghimpunan poin-poin

yang harus diperhatikan adalah organisasi harus mengetahui keadaan

lingkungan dimana organisasi itu berada, kemudian objek penghimpunan kita

segmentasinya siapa, apakah individu, perusahaan atau yayasan, setelah

semuanya dilakukan maka lembaga atau organisasi membuat strategi dan taktik

yang akan digunakan dalam penghimpunan untuk mencapai target yang telah

ditentukan.

5
Adrean Sargeant dan Eliane Jay, Management Fundraising (New York: Taylor & Francis e-
library, 2004), h. 19.

5
BAZNAS merupakan salah satu lembaga zakat yang telah berkiprah

kurang lebih 13 tahun dalam pengelolaan zakat. BAZNAS merupakan badan

amil zakat nasional yang konsen terhadap pemberdayaan generasi penerus

bangsa, melalui jargon gerakan cinta yatim dan dhuafa Indonesia yang

kemudian diejawantahkan dalam berbagai program yang mengutamakan

pendidikan dan pembinaan anak duafa dan yatim.

Namun apabila kita melihat laporan keuangan BAZNAS pada tahun

2013.6 BAZNAS baru bisa mengumpulkan dana zakat kurang lebih 25 milyar,

jelas ini masih jauh dari harapan, apabila melihat potensi zakat yang ada di

Indonesia.

Dengan tanggung jawab yang besar dalam membina generasi bangsa dan

menjamin kehidupan yang layak untuk mereka, dan telah berdirinya asrama-

asrama yatim yang tersebar di setiap kota yang ada Indonesia serta didirikannya

lembaga-lembaga pendidikan dan sanggar-sangar belajar hal ini jelas

membutuhkan kecakapan dalam mencari dan mengelola dana zakat, agar sarana

tersebut bisa benar-benar bermanfaat untuk membantu proses pendidikan dan

pembinaan anak-anak yang berada dibawah naungan BAZNAS. Manajemen

yang baik dalam proses penggalangan dana adalah suatu keniscayaan yang harus

dilaksanakan oleh BAZNAS supaya segala sesuatu yang telah diprogramkan

bisa terlaksana secara efektif dan efisien.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

manajemen penghimpunan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang

kemudian penulis masukan dalam sebuah judul skripsi yaitu : Manajemen

Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

6
Dokumentasi BAZNAS

6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembahasan mengenai manajemen Penghimpunan memiliki cakupan yang sangat luas,

agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah hanya pada

Manajemen Penghimpunan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaiman fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS yang

diterapkan Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Bagaiman langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan Penghimpunan Pada Manajemen Penghimpunan Dana ZIS

Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui fungsi-fungsi Manajemen Penghimpunan Dana ZIS

Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

b. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah :

7
a. Ilmu Pengetahuan, Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang zakat, infak dan sedekah

secara umumnya dan dalam penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah

pada khususnya.

b. Manfaat akademik, yakni hasil dari penelitian ini dapat menjadi penambah

wawasan, inspirasi, serta pengetahuan bagi para mahasiswa dan mahasiswi

dalam manajemen pengumpulan dana yang baik.

c. Manfaat praktis, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah

bahan masukan dan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam

pemberdayaan masyarakat setempat bagi lembaga yang bersangkutan.

d. Lembaga terkait, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi BAZNAS secara umum, dan menjadi bahan kajian

Divisi Penghimpunan yang menangani masalah ini secara khusus, agar

mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan

kinerja yang belum tercapai secara optimal.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Di mana yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang serta perilaku yang dapat diambil (didokumentasikan).

Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut secara seutuhnya.

8
2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penulisan ini bersifat deskriptif, karena

data yang ditampilkan berupa kata-kata, bukan angka-angka. Dengan demikian,

laporan penelitian akan diberi berbagai kutipan data untuk memberikan gambaran

atas laporan tersebut. Data tersebut bisa bersumber dari hasil wawancara,

observasi, memo, dan dokumentasi lainnya.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

terhitung sejak bulan Februari sampai dengan April 2014.

4. Teknik Pemilihan Informasi

Berkenaan dengan tujuan penelitian, maka dalam pemilihan informan dapat

menentukan informasi kunci tertentu yang syarat informasinya sesuai dengan fokus

penelitian. Untuk memilih sampel lebih tepat, maka dilakukan dengan sengaja,

yaitu peneliti memilih dan menetukan orang-orang yang dapat menjadi informan

untuk diwawancarai.

5. Sumber Data

Sumber data terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yakni data utama yang terdiri dari kata – kata dan tindakan. Data

primer biasanya digunakan dalam penelitian ini berasal dari wawancara

dengan responden di lapangan dan hasil observasi pada subjek penelitian.

b. Data sekunder, yakni data tambahan yang berasal dari dokumen tertulis. Data

yang digunakan adalah buku, majalah ilmiah, arsip, serta dokumen milik

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

9
6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data – data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan jenis penelitian lapangan atau field research, dimana peneliti

datang langsung ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Dalam penelitian

ini, peneliti juga menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang

berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut :

a. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin, yang berarti melihat dan

memperhatikan. Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-

ilmu sosial, cara ini biasanya hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang

individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data dan menilai

lingkungan yang dilihat.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati

langsung terhadap segala hal yang terkait dengan masalah mengenai

strategi penghimpunan dana ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS).

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada

tujuan penyelidik. Dalam peneitian ini, penulis melakukan komunikasi

secara langsung dengan narasumber di Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) yaitu dengan bapak Natsir Tajug selaku Manajer Divisi

Penghimpunan.

c. Dokumentasi

10
Dokumentasi diartikan sebagai bahan tertulis maupun data yang

diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal organisasi itu

sendiri. Data yang didapat peneliti dalam penelitian ini adalah dari Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan foto-foto dokumentasi kegiatan

Penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah.

d. Teknik Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, lalu dianalisis dan diinterpretasikan.

Adapun dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis

deskriptif, yaitu penelitian memberikan penjelasan mengenai karakteristik

suatu populasi atau fenomena tertentu. Di mana data tersebut menerangkan

dan memberikan sebuah gambaran secara apa adanya, kemudian penelitilah

yang menyimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka

terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk

plagiat, yaitu :

1. Ratih Wulandari, yang skripsinya berjudul : Model Penghimpunan Zakat

Infak Sedekah Pada Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta

Selatan Dan Respon Masyarakat. Skripsi Mahasiswi Fakultas Syariah dan

Hukum, Jurusan Manajemen ZISWAF Prodi Muamalat ini disusun pada tahun

2012 dan berisi tentang : Model Penghimpunan Zakat Infak Sedekah yang

11
dilakukan oleh Badan Amil Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan

Dan Respon Masyarakat.7

2. Nurul Fajriah, yang skripsinya berjudul : Pola Pendistribusian Dana Zakat

Pada Badan amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya

Peningkatan Mutu Pendidikan. Skripsi mahasiswi Fakultas Dakwah dan

Komunikaasi, Jurusan Manajemen Dakwah ini disusun pada tahun 2006 dan

berisi tentang : pola distribusi dana zakat yang dilakukan oleh BAZDA kota

Tangerang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.8

3. Skripsi ditulis oleh Asep Muhdiyar Mahasiswa Manajemen Dakwah

2013.“Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang.” Pada

skripsi tersebut sang peneliti mendapatkan hasil bahwa Masjid Al-Hidayah

Tangerang telah melaksanakan konsep manajemen fundraising, dengan

menerapkan prinsip-prinsip manajemen dan langkah-langkah manajemen

walaupun masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.9

4. Tesis ditulis oleh Halimsyah Mahasiswa Studi Ilmu Agama Islam

2011.“Strategi Pemberdayaan Zakat untuk Kesejahtraan Umat (Studi Kasus

Peran BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil).” Pada Tesis tersebut sang peneliti

mendapatkan hasil bahwa BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil telah

melaksanakan konsep Strategi Pemberdayaan Zakat.10

7
Ratih Wulandari, Model Penghimpunan Zakat Infak Sedekah Pada Badan Amil Zakat
Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan Dan Respon Masyarakat, Jakarta, 2012
8
Nurul Fajriah, Pola Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan, Jakarta, 2006
9
Asep Muhdiyar, Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang, Jakarta,
2013
10
Halimsyah, Strategi Pemberdayaan Zakat untuk Kesejahtraan Umat (Studi Kasus
Peran BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil), Jakarta, 2011

12
Dilihat dari beberapa judul diatas, penelitian penulis berbeda dari penelitian

sebelumnya. Penelitian kali ini tidak menjadikan BAZDA, BAZ Kelurahan dan

Masjid sebagai objek penelitian dan juga tidak membahas aspek Model dan Pola,

kali ini penulis menggambarkan bagaimana Penghimpunan Dana ZIS Pada

BAZNAS. Oleh karena itu materi pembahasannyapun berbeda, materi yang penulis

bahas tentang “Penghimpunan Dana ZIS Untuk Kesejahteraan Mustahik Pada

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran tentang penelitian ini, peneliti telah menyusun penulisan

ini dalam lima bab. Tiap-tiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Diawali dengan

pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan beserta kritik dan saran. Adapun

sistematika penulisan ini sebagai berikut ::

I. PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka,

dan sistematika penulisan.

II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, dikemukakan teori – teori yang melandasi dan mendukung

penelitian. Yang meliputi pengertian, strategi, penghimpunan dana, Zakat, infak,

sedekah Serta pemberdayaan masyarakat.

III. GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

Pada bab ini, kami membahas mengenai profil dari Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS), yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan misi,
13
motto dan tujuannya, program-program kegiatannya, sarana dan prasarana,

struktur organisasi, pembiayaan operasional, serta kerjasama.

IV. ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang hasil analisis Bagaiman Manajemen

Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

V. PENUTUP

Pada bab terakhir ini, kami memberikan kesimpulan terhadap hasil

penelitian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya demi menghasilkan

masukan maupun saran dalam membangun serta pengembangan pada program

lembaga tersebut.

14
BAB II

TINJAUAN TEORI

TENTANG MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAK,

SEDEKAH

A. Manajemen Penghimpunan

1. Pengertian Manajemen

Secara etimologi manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu manus

yang berarti tanggan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu

digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Manager

diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,

dengan kata benda managemen, dan manager untuk orang yang melakukan

kegiatan menejemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.11

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian manajemen,

penulis mengemukakan pendapat para pakar mengenai pengertian

manajemen, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut George Terry yang dikutip dalam buku Tommy Suprapto

mendefinisikan manajemen sebagai berikut, “manajemen merupakan

sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan:

perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah

11
Husaini Usman, MANAJEMEN Teori, Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara
2009), cet ke-1, h.5.

15
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-

sumber lainnya.”12

b. Erni Trisnawati Sule mengemukakan bahwa “manajemen pada dasarnya

merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu terkait dengan

pencapaian tujuan.”13

c. Haiman dan Scott mengatakan “managementis a social and technical

process which utilizies resources, influence human action and facilitales

changes in order to accomplish or organization goals.”14

d. Ulber silalahi dalam bukunya mengemukakan bahwa “manajemen

didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian

staf, pemimpinan dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-

sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan

organisasional secara efektif dan efisien.”15

e. Secanlan dan Keys mengemukakan”Management may be defined as the

coordination and integrating of all resources (both human and

technical) to accomplish various specific results.”16

12
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Jakarta: Med Press,
2009), cet ke-2, h.122.
13
Erni Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2005), cet ke-1, h.6.
14
Haiman and Scott, Management in the Modern Organization (Boston: Hougton Mifflin
Company, 1970) h.7.
15
Ulber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen (Bandung: Mandar Maju,
2002), Cet ke-2, h.4.
16
Burt Scanlan and Bernad Keys, management And Organizational Bahaviour (Wiley &
sons, 1983), cet ke-2, h.6.

16
2. Pengertian Penghimpuanan

Untuk memahami penghimpunan atau biasa disebut istilah

fundraising kita bisa merujuk terlebih dahulu ke dalam kamus bahasa Inggris.

Fundraisin di terjemahkan dengan pengumpulan uang. Mengapa pengumpulan

uang perlu ? pengumpulan uang sangat di perlukan untuk membiayai program

kerja dan oprasional sebuah lembaga. Intinya keberlangsungan hidup sebuah

lembaga tergantung pada sejauh mana pengumpulan dana itu di lakukan.

Penghimpunan biasanya di lakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi

nirlaba.17

Dalam organisasi perusahaan, untuk menjaga keberlangsungan

hidup perusahaan dibutuhkan tim yang handal dalam mengatur perusahaan

tersebut. Tim tersebut terkumpul dalam suatu manajemen yang mampu

menggerakan seluruh elemen organisasi perusahaan dari operasional, produksi,

pengelolaan dan pemasaran. Posisi penghimpunan dalam organisasi nirlaba

hampir sama dengan posisi pemasaran dalam organisasi perusahaan. Hanya

saja, ada perbedaan mendasar antara penghimpunan dalam organisasi nirlaba

dan pemasaran dalam organisasi perusahaan.

Penghimpunan adalah proses mempengaruhi masyarakat baik

perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga

agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi. Kata mempengaruhi

masyarakat mengandung banyak makna; Pertama, dalam kalimat diatas

mempengaruhi bisa diartikan memberitahukan kepada masyarakat tentang


17
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat
(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 11

17
seluk beluk keberadaan organisasi nirlaba atau OPZ (karena organisasi

pengelola zakat bekerja atas dasar ibadah dan sosial, tidak fokus pada

perolehan laba dan keuntungan, maka OPZ menjadi bagian dari organisasi

nirlaba). 18

Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan

menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada para donator dan calon donator

untuk sadar bahwa dalam harta yang di milikinya ada sebagian hak fakir

miskin yang harus di tunaikannya. Harta yang di milikinya bukanlah

seluruhnya di peroleh dari hasil usahanya secara mandiri. Karena manusia

bukanlah lahir sebagai makhluk individu saja, tetapi juga memfungsikan

dirinya sebagai makhluk sosial. Sesempurnanya manusia, tidak akan lepas dari

berinteraksi dan membutuhkan orang lain. Tidak mungkin, seseorang yang

membutuhkan sepotong baju harus mencari biji kapas terlebih dahulu,

kemudian menanamnya dalam waktu yang tidak cukup hanya satu dua bulan,

bahkan bertahun-tahun hingga tanaman kapas tumbuh dan berbuah. Setelah itu

memanennya, memintalnya menjadi benang, dan menenunnya menjadi kain.

Itupun belum selesai, masih ada proses mengukur besaran badan agar lebih

serasi untuk dijahit menjadi baju agar pas dan enak dikenanakan dan di

pandang mata. Sungguh, teamat sangat rumit apabila semuanya dikerjakan

sendirian. Dan ini, tidaklah mungkin dikerjakan oleh kita seorang diri. Yang

berarti ada sebagian besar tugas-tugas kita, yang biasa kita menikmati hasilnya,

kita mendapatkannya anpa berpikir, dari mana hasil yang kita dapatkan ini?.

18
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat
(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 12

18
Ternyata kita baru sadar ketika ada orang yang dating kepada kita menawarkan

berbagai macam program dan kegiatan untuk membantu kaum dhuafa.

Kesadaran yang seperti inilah yang di harapkan oleh OPZ dalam mengingatkan

para donator dan muzakky. Sehingga penyadaran dengan mengingatkan secara

terus menerus menjadikan individu dan masyarakat terpengaruh dengan

program dan kegiatan pemberdayaan masyrakat yang dilakukannya.19

Ketiga, mempengaruhi dalam arti medorong masyarakat, lembaga

dan individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infak,

sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirlaba. OPZ atau organisasi nirlaba

dalam melakukan penghimpunan juga mendorong kepedulian osial dengan

memperlihatkan prestasi kerja atau annual report kepada calon donator.

Sehingga ada kepercayan dari para calon donator setelah mempertimbangkan

segala sesuatunya. Dorongan hati nurani para calon doatur untuk memberikan

sumbangan dana kepada OPZ ini merupakan upaya penghimpunan dalam

upaya penggalian dana untuk keberlangsungan hidup OPZ.20

Keempat, mempengaruhi untuk membujuk para donator dan

muzakky untuk bertransaksi. Pada dasarnya keberhasilan suatu

peghimpunanadalah keberhasilan dalam membujuk para donator untuk

memberikan sumbangan dananya kepada organisasi pengelola zakat. Maka

tidak ada artinya suatu penghmpunan tanpa adanya transaksi. Kepandaian

seseorang dalam membujuk donatur, mestinya tidak bisa di pisahkan dengan


19
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta:
Teras, 2009) h. 12
20
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta:
Teras, 2009) h. 13

19
kepandaian seseorang dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Jika dengan tulisan saja calon donator sudah merasa yakin, simpati dan

mendukung OPZ, maka akan lebih baik lagi apabila komunikasi tulisan diikuti

dengan tindakan silaturahmi sehingga terjadi kontak mata dan komunikasi

secara lisan. Proses membujuk masyarakat baik dengan lisan maupun tulisan

dari memulai memikirkan tema apa yang akan di tuliskan dalam sarana (

pamplet, spanduk, banner, dll) hingga silaturahmi untuk saling mempengaruhi

berjalan dengan baik. Sehingga terjadi transaksi karena dipengaruhi oleh sikap

dan perilaku para amil dalam membujuk para donator dan muzakky. Upaya

mempengaruhi ini merupakan bagian penting dari upaya penghimpunan.21

Kelima, dalam mengartikan penghimpuanan sebagai proses

mempengaruhi masyarakat, mempengaruhi juga dapat di terjemaahkan sebagai

merayu, memberikan gambaran tentang bagaimana proses kerja, program dan

kegiatan sehingga menyentuh dasar-dasar nurani seseorang. Gambaran-

gambaran yang diberikan inilah yang diharapkan bisamempengaruhi

masyarakat sehingga mereka bersedia memberikan sebagian dana yang di

milikinya sebagai sumbangan ana, zakat, infak, maupun sedekah kepada

organisasi yang telah merayunya. Kita bisa menganalogikan dengan seorang

yang sedang jatuh cinta. Kalau salah satu pasangan menghendaki sesuatu,

edangkan yang lain tidak menyetujui tatau tidak merkenen mereka tetap

berusaha untuk merayu, membujuk dengan berbagi cara bahkan terkadang

dengan ancaman. Sehingga pasangannya berubah pikiran karena merasa iba,

21
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta:
Teras, 2009) h. 14

20
kasihan, sayang, cinta, tersentuh hati nuraninya, atau peasaan yang lainnya

beserta kekhawatiran apabila ditolak cintanya. Yang tadinya tidak menyetujui

karena berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya, berubah pikiran

menjadi menyetujui, bahkan memberikan penawaran yang lebih terhadap

pasangannya. Penghimpunan juga memberikan peluang untuk merayu kepada

para calon donator untuk terpaksa memberikan sumbangan dananya kepad

organisasi pengelola zakat karena gambaran-gambaran yang diberikan oleh

OPZ.22

Keenam, mempengaruhi dalam pengertian penghimpunan

dimaksudkan untuk memaksa jika diperkenankan. Bagi organisasi pengelola

zakat, hal ini bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran akan menimbulkan

keburukan. Tentunya paksaan ini di lakuka dengan ahsan, sebagaimana

perintah Allah dalam Al quran surat At-taubah ayat 103;

        


          

  

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.23

22
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta:
Penerbit TERAS, 2009) h. 15
23
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat (Yogyakarta:
Teras, 2009) h. 17

21
3. Fungsi-Fungsi Manajemen Penghimpunan

George R Terry dalam bukunya Principles of Managemen sebagaimana

dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri

dari Planning, Organizing, Acuating , Controlling.24

Uraiannya sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan di masa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan.25

T. Hani Handoko mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

“perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan

selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.26

Salah satu cara yang paling lumrah dalam penyusunan suatu rencana

adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan

menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan yaitu apa, dimana,

bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa.27

Dalam aspek perencanaan terdapat dua tipe utama rencana, yaitu:28

24
Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: Bandar Maju, 2010), h. 133.
25
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004), h.38.
26
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), cet. ke-18, h. 77.
27
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1,
h.37.
28
T. Hani Handoko, Manajemen, cet. Ke-18. (Yogyakarta: BPFE, 2003), h. 85.

22
1) Rencana-rencana Strategik (Strategic plans), rencana ini

dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi yang lebih

luas dan mengimplementasikan misi yang memberikan alasann

khas keberadaan organisasi.

2) Rencana-rencana operasional (Operational plans), dalam aspek

ini diuraikan secara terperinci bagaimana rencana-rencana

strategic akan dicapai. Dalam tipe operational plans, terdapat

dua sub-tipe dalam pelaksanaannya. Pertama, Rencana sekali

pakai (single use plans), bagian ini dikembangkan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu dan tidak digunakan kembali

bila telah tercapai. Kedua, rencana tetap (standing plans),

merupakan pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan

situasi-situasi yang dapat diperkirakan dan terjadi berulangulang

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-

orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan

sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan simbolnya.29

Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen memiliki arti baik

secara statis ataupun dinamis. Secara statis, organisasi adalah skema,

bentuk, bagan yang menunjukkan hubungan antara fungsi serta otoritas dan

tanggung jawab yang berhubungan satu sama lain. Sedangkan organisasi

dalam arti dinamis adalah proses pendistribusian pekerjaan yang harus

29
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1,
h. 60.

23
dilaksanakan oleh individu atau kelompok dengan otoritas yang diperlukan

untuk pengoperasiannya. Jadi, pengorganisasian berarti menetapkan sistem

organisasi yang dianut dan mengadakan distribusi kerja agar

mempermudah perealisasian tujuan.30

c. Actuating (Penggerakan)

Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

“Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik

dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas

bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan

efisien, efektif, dan ekonomis”.31

d. Controlling (Pengawasan)

Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry

Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah

suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,

perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan”.32

4. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan

Langkah-langkah dalam manajemen penghimpunan merupakan

penjabaran dari fungsi manajemen itu sendiri, maka langkah-langkah tersebut

merupakan pengejawantahan dari proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan.

30
H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h. 24.
31
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1,
h.95.
32
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004), h. 61.

24
Alur perencanaan penghimpunan dana ZIS

Perkiraan dan Penentuan dan


Penetapan Metode
perhitungan masa depan perumusan sasaran

Penetapan Waktu dan


Penetapan biaya Penetapan Program
Lokasi

Keterangan:

Dalam proses perencanaan maka langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah: 33

a. Perkiraan dan perhitungan masa depan

Dalam aspek ini suatu organisasi bisa membuat perkiraan mengenai

kemungkinan terlaksananya kegiatan fundraising, baik dari segi waktu, tempat

ataupun kondisi organisasi.

b. Penentuan dan perumusan sasaran

Di bagian ini ditentukan sasaran yang akan dijadikan objek

penghimpunan, segmentasi mana yang akan dijadikan sasaran penggalangan

dana, kemudian ditentukan juga tujuan dari penggalangan dana itu sendiri.

c. Penetapan Metode

Di bagian ini ditentukan metode apa yang akan dipakai untuk

penggalangan dana, metode penghimpunan sangat banyak sekali macamnya,

hal ini bisa ditentukan dengan berdasar kepada kondisi lembaga ataupun objek

penghimpunan.

33
Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 28.

25
d. Penetapan Waktu dan Lokasi

Dalam poin ini ditentukan waktu pelaksanaan dan juga tempat yang

akan dijadikan sasaran penghimpunan.

e. Penetapan Program

Dalam poin ini ditentukan gambaran atau rentetan kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan penghimpunan.

f. Penetapan biaya

Dalam tahap ini organisasi harus memperkirakan biaya yang diperlukan

untuk proses penghimpunan, dan juga menentukan target dana yang akan

didapat.

Alur pengorganisasian penghimpunan dana ZIS

Pembagian dan penggolongan Perumusan dan pembagian Pemberian wewenang


tindakan penghimpunan tugas kerja

Keterangan:

Dalam proses pengorganisasian langkah-langkah yang harus dilakukan

adalah:34

a. Pembagian dan penggolongan tindakan penghimpunan

Dalam tahap ini suatu lembaga membagi penghimpunan sesuai dengan

strategi dan metode yang dijalankannya, pembagian ini sangat penting karena

pelaksanaanya pun akan berbeda dan dilakukan dengan cara yang berbeda.

34
Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29.

26
b. Perumusan dan pembagian tugas kerja

Dibagian ini ditentukan pembagian tugas kerja dalam pelaksanaan

penghimpunan, pembagian tugas ini dimaksudkan agar tidak adanya tumpah

tindih tugas, semua tugas terbagi habis dan tidak ada yang terbengkalai sehingga

target penghimpunan yang telah ditetapkan dalam perencanaan dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

c. Pemberian wewenang

Pada bagian ini para karyawan ataupun pekerja diberikan kejelasan

wewenang, agar tidak terjadi miss communication dan miss understanding.

Alur penggerakan penghimpunan dana ZIS

Pembimbingan Pengkoordinasian Pengambilan Keputusan

Keterangan:

Dalam proses penggerakan langkah-langkah yang harus dilakukan


adalah:

a. Pembimbingan

Pembimbingan adalah aktivitas manajemen yang berupa memerintah,

menugaskan, memberi arah, memberi petunjuk kepada bawahan dalam

menjalankan tugas sehingga dapat tercapai dengan efisien.

b. Pengkoordinasian

Ibnu Syamsi sebagaimana dikutip Hasanudin, mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan “pengkoordinasian adalah aktivitas dan fungsi manajemen

yang dilakukan dengan jalan menghubungkan-hubungkan, memanunggalkan

27
dan menyeleraskan orang-orang dan pekerjaan-pekerjaanya sehingga semuanya

berlangsung tertib dan seirama menuju ke arah tercapainya tujuan bersama”.35

c. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan pada hakikatnya merupakan kegiatan

manajemen yang terwujud dalam tindakan pemilihan diantara pelbagai

kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan dan pertentangan yang timbul

dalam proses pengelolaan organisasi.36

Alur pengawasan penghimpunan dana ZIS

Membandingkan antara
Menetapkan standar Pemeriksaan dan
pelaksanaan tugas
penelitian
dengan standar.

Mengadakan tindakan
perbaikan dan pembetulan
terhadap penyimpangan-
penyimpangan
yang telah terjadi.

Keterangan:

Kemudian dalam proses pengawasan langkah-langkah yang harus

dilakukan adalah:

35
Hasanudin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 30.
36
Hasanudin, Manajemen Dakwah, h. 31

28
a. Menetapkan standar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan standar

adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.37

Adapun syarat-syarat standar yang baik adalah:38

1) Validitas; kesahihan

2) Reliabilitas; handal, terpercaya

3) Sensitivitas; kepekaan, kemampuan untuk membedakan

4) Akseptabilitas; dapat diterima untuk digunakan

5) Practicable; dapat dipraktikan.

b. Pemeriksaan dan penelitian

Dalam pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan

penghimpunan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan,yaitu:

1) Peninjauan pribadi manajer

2) Laporan secara lisan

3) Laporan tertulis

4) Laporan dengan penelitian terhadap hal-hal yang bersifat

istimewa.39

c. Membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standar.

Dalam proses ini dapat diadakan penilaian apakah proses

penghimpunan berjalan dengan baik atau sebaliknya telah terjadi

penyimpangan-penyimpangan. Apabila ternyata proses penghimpunan

berjalan dengan baik, artinya pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana dan

37
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 858.
38
E.K. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam ( Jakarta:
PT. Bhratara Karya Aksara, 1986), h. 154.
39
Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), h.
144-146.

29
hasilnya dapat mendekati atau bahkan mencapai target yang telah

ditentukan. Hal itu bisa dijadikan contoh untuk pelaksanaan

penghimpunan berikutnya. Tetapi apabila dalam prosesnya terdapat

penyimpanganpenyimpangan dan hasilnya tidak dapat mencapai target

yang telah ditentukan, maka manajer harus memfokuskan perhatiannya ke

arah penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.40

d. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap penyimpangan-

penyimpangan yang telah terjadi.

Diantara penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan yaitu:

a. Kekurangmampuan pihak pelaksana. Solusi dari permasalahan ini

dilakukan dengan training, penambahan atau penggantian tenaga

pelaksana.

b. Waktu dan biaya tidak cukup tersedia. Solusinya dengan tindakan

perbaikan berupa penyesuaian waktu dan biaya dengan kepadatan

volume pekerjaan.

c. Ketidakmampuan manajer/pemimpin dalam mengelola setiap elemen

yang dibutuhkan. Solusinya dengan peningkatan kualitas manajemen

melalui pelatihan, Training Development, dan Organization

Development.41

40
Abd.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977), h.
147
41
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 365.

30
B. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

1. Zakat

Zakat berasal dari bentukan kata zaka yang berarti suci, baik, berkah,

tumbuh, dan berkembang. Menurut terminology syariat (istilah), zakat

adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat-

syarat tertentu yang di wajibkan oleh Allah untuk di keluarkan dan di

berikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu

pula. Kaitan antara makna secara bahasa dan istilah ini berkaitan erat

sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah di keluarkan zakatnya akan

menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang

Adapun persyaratan harta yang wajib di zakatkan itu, antara lain

sebagai berikut. Pertama, al-milk at-tam yag berarti harta itu di kuasai

secara penuh dan di miliki secara sah, yang di dapat dari usaha, bekerja,

warisan, atau pemberian yang ah, di mungkinkan untuk di pergunakan, I

ambil manfaatnya, atau kemudian di simpan. Di luar itu, seperti hasil

korupsi, kolusi suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak

akan di terima zakatnya. Dalam hadits Imam Muslim, Rasulullah

bersabda bahwa Allah SWT tidak akan menerima zakat atau sedekah dari

harta yang ghulul (di dpatkan dengan cara batil).

Kedua, an-namaa adalah harta yang berkembang jika di usahakan

atau memiliki potensi untuk berkembang misalnya harta perdagangan,

peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, obligasi,

dan lain sebagainya. Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu telah

mencapai ukuran tertentu. Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai

31
jumlah 653 kg, emas atau perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah

mencapai nilai 85 gram emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor,

dan sebagainya. Keempat, telah memebihi kebutuhan pokok, yaitu

kebutuhan minimal yang di perlukan seseorang dan keluarganya yang

menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya. Kelima, telah

mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, mialnya

perdagangan. Akan tetapi untuk tanaman di keluarkan zakatnya pada saat

memanennya.42

2. Infak

Infak beasal dari kata anafaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu

harta untuk kepentingan sesuatu. Termasuk ke dalam pengertian ini, infak

yang di keluarkan orang-orang kafir untuk kepetingan agamanya, Allah

telah berfirman di dalam surat Al-Anfal: 36;

     


       

             

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka


untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan
harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu
dikumpulkan.

Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan

sebagian dari harta atau pendapatan atau pengjasilan untuk suatu

42
Achmad Subianto, Shadaqoh Infak dan Zakat (Jakarta: Yayasan Bermula dari Kanan, 2004)
h.33

32
kepentingan yang di perintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya,

infak tidak mengenal nisab. Infak di keluarkan oleh setiap orang yang

beriman, baik yang berpenghasila tinggi atau rendah, apakah ia di saat

lapang maupun sempit.jika zakat harus di berikan pada mustahik tertentu (8

asnaf) maka infak boleh di berikan kepada siapa pin juga, misaalnya untuk

kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya.43

3. Sedekah

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar orang yang suka

bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menerut terminologi

syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hokum

dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi,

sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial.

Hadist riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika

tidak mampu bersedekah dengan harta maka bembaca tasbih, memebaca takbir,

tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma’ruf

nahi munkar adalah sedekah44.

Sering kali kata-kata sedekah di pergunakan di dalam Al-Quran, tetapi

maksud sesungguhnya adalah zakat, misalnya firman Allah dalam surat At-

Taubah: 60 dan 103. Yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah berzakat

tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat di anjurkan sekali untuk berinfak

43
Dididn Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah (Jakarta: Gema
Insani, 2008) h. 14
44
Dididn Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah (Jakarta:
Gema Insani, 2008) h. 15

33
dan bersedekah. Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa, telah

dijelaskan di dalam Al-Quran surat Ali Imran: 134;

               

 
 

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu


lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.

34
BAB III

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

A. Sejarah Berdirinya BAZNAS

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-

satunya yang di bentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8

Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat,

infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.45

Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang

melakukan pengelolaan zakat secara nasional.46

Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah

nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui

Menteri Agama.47

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab

untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:48

1.Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

2.Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

45
Dokumentasi BAZNAS
46
Dokumentasi BAZNAS
47
Dokumentasi BAZNAS
48
Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

35
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki

kewenangan:49

1. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.

2. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,

BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ

3. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana

sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak

menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana

potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi

seluruh masyarakat. Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi

kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan

dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara

professional dan tanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama

pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan,

pembinaan, dan pelayanan kepada muzaki, mustahiq dan pengelola zakat tentang

pengeloalaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa.50

49
Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

50
H M Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih & Amaliyah Zakat (Jakarta: Pustaka Nawaitu,
2009) h. 38

36
Di Indonesia badan amil zakat sudah dilembagakan yaitu dinamakan BAZ.

Sementara itu, terjadi perkembangan yang menarik di Indonesia bahwa pengelolaan

zakat, kini memasuki era baru, yakni dikeluarkannya Undang-undang yang

berkaitan dengannya, yakni Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun. Undang-undang tersebut

menyiratkan tentang perlunya BAZ dan LAZ meningkatkan kinerja sehingga

menjadi amil zakat yang profesional, amanah, terpercaya dan memiliki program

kerja yang jelas dan terencana, sehingga mampu mengelola zakat, baik

pengambilannya maupun pendistribusiannya dengan terarah yang kesemuanya itu

dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan para mustahik.

Selain menerima zakat, BAZNAS juga dapat menerima infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah,

dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan

dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus

dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil.Sedangkan BAZNAS provinsi dan

BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

37
B. Visi dan Misi BAZNAS

1. Visi51 BAZNAS

“Menjadi Badan Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan Profesional”.

2. Misi52 BAZNAS

a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat.

b. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional sesuai

dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.

c. Menumbuh kembangkan pengelola atau amil zakat yang amanah, transparan,

profesional, dan terintegrasi.

d. Mewujudkan pusat data zakat nasional.

e. Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia

melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.

C. Struktur Organisasi BAZNAS

Menurut Didiet Hardjito struktur organisasi adalah susunan formal dan

mekanisme-mekanisme dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi

menunjukkan kerangka dan susunan sebagai perwujudan hubungan-hubungan

antar komponen-komponen, bagian-bagian, fungsi-fungsi, kegiatan-kegiatan dan

posisi-posisi juga menunjukkan hierarki, tugas dan wewenang serta

memperlihatkan hubungan pelopornya.53 Untuk jelasnya nama-nama pengurus

51
Visi adalah suatu impian/keadaan dimasa akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh
personil organisasi untuk dicapai. Lihat: Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik (Binarupa Aksara,
1996), cet ke-1, h. 38.
52
Misi adalah rangkaian kegiatan utama yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai
visinya. Menurut Peter Drucker untuk merumuskan misi, organisasi harus mengajukan pertanyaan: “in
what business are we in or should be in” (dalam bisnis apa kita berada, atau seharusnya ada). Lihat:
Hendrawan Supratikno, dkk, Advanced Strategic Management (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003), h. 13
53
Dydiet Hardjto, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian (Jakarta: Rajawali Pers,
2001), cet ke-3, h. 26.

38
yang berada dalam struktur Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bisa dilihat

dilampiran :54

Gambar : 1

STRUKTUR ORGANISASI BAZNAS

D. Program Kerja BAZNAS

1. Zakat Community Development

Program Zakat Community Development (ZCD) adalah proses jangka

panjang dengan mengintegrasikan program-program untuk mengatasi masalah

kesehatan, pendidikan, ekonomi dan masalah sosial, dengan menggunakan dana

Zakat Infak Shodaqoh, diharapkan ada perubahan yang sangat signifikan dengan

54
Dokumentasi BAZNAS

39
adanya program ZCD, dengan partisipasi komunitas atau masyarakat, dengan

segala fasilitas dan teknologi yang diinovasikan pada suatu program.55

2. Konter Layanan Mustahik

Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah tempat pelayanan mustahik yang

dibentuk BAZNAS untuk memudahkan mustahik mendapatkan bantuan sesuai

kebutuhannya. Bantuan yang disalurkan PPM berbentuk hibah (program karitas),

yang disalurkan untuk perorangan maupun lembaga.Konter Layanan Mustahik

memberikan pelayanan kepada mustahik dengan prinsip cepat, tepat dan akurat.56

Konter Layanan Mustahik berlokasi di Kantor Pusat BAZNAS, Jl. Kebon

Sirih No 57, Jakarta Pusat.Buka setiap hari kerja mulai pukul 9 pagi sampai

dengan pukul 3 sore.

Bantuan yang diberikan, yaitu :57

a. Bantuan kebutuhan hidup Mustahik

b. Bantuan kesehatan (bantuan pengobatan jalan)

c. Bantuan pendidikan (biaya tunggakan sekolah dll)

d. Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang terlantar)

e. Bantuan Gharimin

f. Bantuan Mualaf

g. Bantuan fisabilillah

h. Bantuan advokasi pelayanan pendidikan, kesehatan dll.

55
Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan
56
Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan
57
Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

40
3. Rumah Sehat BAZNAS

Rumah Sehat BAZNAS (disingkat RS BAZNAS) adalah Program Layanan

Kesehatan cuma-cuma bagi masyarakat miskin, sering disebut juga sebagai

“Rumah Sakit tanpa kasir”, karena memang tidak menyediakan kasir

pembayaran alias GRATIS.

Rumah Sehat BAZNAS hanya dikhususkan untuk masyarakat miskin

secara GRATIS dengan menggunakan sistem membership.58

Model pelayanan RUMAH SEHAT BAZNAS diberikan dalam bentuk:

a. Model Pelayanan Dalam Ruang

b. Model Pelayanan Luar Ruang

Saat ini Rumah Sehat BAZNAS telah dibuka di :

a. DKI Jakarta: Rumah Sehat BAZNAS Masjid Agung Sunda Kelapa,

Menteng, Jakarta Pusat

b. DI Yogyakarta: Rumah Sehat BAZNAS UII Metro TV, Bantul, DIY

c. Awal 2012, Rumah Sehat BAZNAS akan dibuka di:

d. Jawa Timur: Rumah Sehat BAZNAS PGN Al-Chusnaini, Sidoarjo, Jatim

e. Sulawesi Selatan: Rumah Sehat BAZNAS PERTAMINA, Makassar,

Sulsel

f. Kalimantan Timur: Rumah Sehat BAZNAS BAZDA KALTIM, Samarinda

Kaltim

g. Lampung: Rumah Sehat BAZNAS PGN (dalam konfirmasi)

58
Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

41
h. Banten: Rumah Sehat BAZNAS PGN (dalam konfirmasi)

Rumah Sehat BAZNAS direncanakan akan dibangun di setiap ibu kota

propinsi di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan

gratis namun berkualitas bagi masyarakat miskin. BAZNAS membuka

kesempatan bagi semua pihak untuk berpartisipasi dalam donasi

pembangunan dan pengelolaan Rumah Sehat BAZNAS.

4. Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB)

Rumah Cerdas Anak Bangsa (RCAB) adalah program pendanaan dan

bimbingan bagi siswa dan mahasiswa dalam bidang pendidikan dan pelatihan

sehingga menjadi individu yang mandiri.

Indonesia berada dalam peringkat ke-108 di antara bangsa-bangsa lain di

dunia (Human index 2010) .Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia

menyebabkan berbagai permasalahan, salah satunya angka pengangguran terbuka

10,45 % dan angka setengah pengangguran 28,16 % (BPS 2007).

Melihat kondisi ini, BAZNAS bermaksud membuka jalan bagi masyarakat

kurang mampu dan mengajak mereka menatap tegap masa depan melalui

program pengembangan pendidikan.59

Tujuannya, yaitu :

a. Mewujudkan tujuan nasional dibidang pendidikan dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa

b. Memberi kesempatan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu secara

ekonomi untuk bersekolah hingga perguruan tinggi

59
Dokumentasi Baznas Divisi Penghimpunan

42
c. Menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki integritas lifeskill (IQ,60

EQ,61 dan SQ).62

d. Program yang dilaksanakan :

e. Rumah Cerdas Primagama

f. Satu Keluarga Satu Sarjana(SKSS)

g. Sekolah Anak Jalanan

h. Beasiswa Dinnar

i. PPSDMS

j. Program Sarana Pintar

5. Rumah Makmur BAZNAS (RMB)

Rumah Makmur BAZNAS (RMB) adalah lembaga keuangan mikro syariah

berbadan hukum koperasi yang menyalurkan dana ZIS secara produktif baik

melalui pinjaman kebajikan (Al Qardhul Hasan) maupun melalui pembiayaan

dengan pola syariah kepada para mustahik.

60
Kecerdasan intelektual (Intelectual Quotiet) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis,
logika dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan
mengolah informasi menjadi fakta. Lihat: Silviastrilyani, “Pengertian IQ, EQ, dan SQ,” artikel diakses
pada 8 April 2014 dari silvistrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/
61
Danil Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi (Emotional
Quotient) adalah “kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain.” Lihat: Muhammad Muhyidin, Manajemen ESQ Power (Yogyakarta:
Diva Press, 2007), h. 83.
62
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) adalah kemampuan untuk memberi makna
spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara
komprehensif. Lihat: Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient (Jakarta: Arga, 2005),
h. 47.

43
6. Program Tanggap Bencana

Program Tanggap Bencana adalah program MERESPON untuk memberikan

bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah sesaat setelah terjadi

bencana. Program Tanggap bencana meliputi tanggap darurat, evakuasi,

recovery, dan rekontruksi, pelaksanaan kegiatan tanggap darurat bencana

dilakukan makasimal 14 hari.

Program Tanggap Bencana dilakukan bekerjasama dengan instansi

pemerintah terkait penanggulangan bencana dan Jaringan Relawan Indonesia

(JARI) yang tersebar di 33 propinsi dan berbagai lembaga sosial. Dengan sisitem

kemitraan, Program Tanggap Bencana dapat dilaksanakan sesegera mungkin,

setelah terjadinya bencana.

7. Kaderisasi 1000 Ulama

Program Kaderisasi 1000 Ulama adalah program peningkatan jenjang

pendidikan (penambahan ilmu) bagi ulama yang sudah bergerak di masyarakat.

Program dengan sistem seleksi yang ketat ini bertujuan melahirkan ulama yang

mampu menjawab seluruh permasalahan umat terkini.Program yang bekerjasama

dengan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) ini melakukan seleksi ketat

untuk para peserta program.

Peserta yang dinyatakan lulus akan menempuh pendidikan S2/S3, diharapkan

setelah lulus program magister/doktoral akan melaksanakan kegiatan penelitian,

tulisan untuk membina masyarakat dan mengcounter perkembangan pemikiran

yang menyimpang dari Al-Qur’an dan sunah.63

63
Dokumentasi BAZNAS

44
Target Program

Setiap tahun akan menghasilkan 100 ulama , yang akan mengajar di

perguruan tinggi Islam dan terlibat pada aktifitas dakwah.

E. Layanan Divisi Penghimpunan BAZNAS

a. Zakat Via Payroll System64

Zakat via payroll system adalah sebuah bentuk pelayanan zakat melalui

pemotongan langsung dari gaji seorang karyawan di sebuah perusahaan.

Keutamaan membayar zakat melalui payroll system:

1) Memudahkan karyawan (penunaian zakat langsung dipotong dari gaji

oleh bagian SDM perusahaan)

2) Meringankan karyawan (dilakukan setiap bulan secara otomatis)

3) Tertib (karyawan sebagai wajib zakat terhindar dari lupa)

4) Menjadi keikhlasan (tidak berhubungan langsung dengan mustahik)

5) Tepat sasaran dan berdaya guna (penyaluran zakat melalui program

pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS yang berkesinambungan)

6) Mekanisme pembayaran zakat melalui payroll system:

7) Manajemen perusahaan memfasilitasi pimpinan dan karyawan untuk

menunaikan zakat dengan cara diperhitungkan langsung dalam daftar

gaji.

8) Karyawan mengisi form kesediaan membayar zakat melalui potong gaji

langsung yang ditujukan kepada bagian SDM atau bagian gaji.

64
Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

45
9) Pembayaran zakat dilakukan langsung dari gaji setiap bulan dan

ditransfer ke rekening BAZNAS oleh bagian keuangan.

10) Bagian SDM atau bagian gaji menyerahkan data karyawan yang

membayar zakat kepada BAZNAS dalam bentuk file berformat excel.

11) Karyawan memperoleh kartu NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat),

BSZ (Bukti Setor Zakat) dan Laporan Donasi atas zakat yang

ditunaikan.

b. Zakat Via E-Card65

Bermula dari berkembangnya jaringan ATM (Anjungan Tunai

Mandiri/Automated Teller Machine), saat ini pembayaran apa saja dapat

dilakukan via ATM dan konter yang menyediakan layanan mesin EDC.

Kartu ATM pun semakin populer, hingga bisa digesek di EDC Swipe dan

ditambah dengan pengaman PIN.EDC yang biasa digunakan untuk

memproses kartu kredit pun didesign untuk mendukung kartu ATM.

Banyak sekali konter memiliki mesin EDC yang dapat memproses kartu

ATM atau biasa disebut juga sebagai Kartu Debit.Kemudian, seiring

perkembangan, ATM dengan PIN ini mulai dinilai kurang praktis karena

harus memasukan PIN yang butuh waktu untuk melakukannya.Disinilah

cikal bakal konsep Uang Elektronik atau E-Wallet itu.Yaitu bagaimana

membuat alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) ini lebih praktis

tanpa menggunakan PIN.66

65
Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan
66
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

46
BAZNAS bekerjasama dengan kalangan perbankan, menyediakan

fasilitas pembayara melaui menu pembayaran zakat di ATM. Di masa

depan, BAZNAS akan menerbitkan kartu Nomor Pokok Wajib Zakat

(NPWZ) yang sekaligus dapat berfungsi sebagai kartu Debit dan ATM,

serta E-Wallet. Selain untuk pembayaran, data muzaki dan data history

pembayaran zakat muzaki dapat diunduh ke dalam kartu elektronik tersebut

untuk memudahkan para muzaki dalam menunaikan kewajiban zakatnya

dimana saja dan kapan saja.67

c. Zakat Via Online Payment

Perkembangan teknologi web 2.0 semakin membuat semarak proses

transaksi online melalui portal, web dan blog di internet secara mudah,

aman dan cepat. BAZNAS menyediakan kemudahan layanan pembayaran

zakat, infak shodaqoh dan donasi lain melalui mekanisme online payment

atau e-payment dengan bekerjasama dengan pihak perbankan syariah dan

konvensional.68

Click dan lakukan transaksi pembayaran anda melalui banner online

perbankan syariah yang telah bekerjasama dengan BAZNAS, dibawah

ini.Para muzaki yang budiman dapat juga melakukan pembayaran ZIS ke

BAZNAS di atm-atm perbankan melalui menu pembayaran zakat, atau

datang langsung ke konter-konter perbankan syariah terdekat.69

d. Zakat Via Bank Syariah

67
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
68
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
69
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

47
Zakat, sebagai pilar ketiga dari ekonomi syariah, tidak terlepas dari

dua pilar yang lain yaitu sektor rill dan sektor keuangan syariah, termasuk

di dalamnya perbankan syariah. BAZNAS telah memiliki rekening dan

bekerjasama dengan seluruh perbankan syariah dalam proses

penghimpunan zakat nasional.70

e. Zakat Via Konter

Salah satu upaya BAZNAS untuk memberikan kemudahan bagi

masyarakat untuk membayarkan ZIS di antaranya adalah dengan Konter

Layanan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (ZIS). Tujuan dari pelayanan konter

ini adalah agar para muzaki mendapatkan pelayanan yang lebih dekat dan

eksklusif, tidak hanya untuk membayarkan zakat, akan tetapi untuk

berkonsultasi seputar ZIS serta informasi lengkap mengenai program

BAZNAS.71

Kelebihan menunaikan zakat melalui konter Layanan ZIS BAZNAS

adalah:72

1) Konsultasi Fiqh Zakat secara langsung

2) Doa pembayaran zakat secara langsung

3) Langsung mendapatkan kartu NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat)

4) Langsung mendapatkan bukti Setor Zakat (BSZ) yang dapat

digunakan sebagai bukti agar zakat yang Anda tunaikan dapat

diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak

70
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
71
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
72
Wawancara pribadi dengan Mohan, Jakarta, 26 Agustus 2014

48
5) Informasi lengkap mengenai program BAZNAS

f. Zakat Via Aplikasi73

BAZNAS menyiapkan beberapa aplikasi untuk memudahkan para

muzaki dalam membayar zakat, yaitu UPZ Banzas, Muzakki Corner, dan

Resgitrasi Online.

g. Jemput Zakat

BAZNAS menyediakan layanan Jemput Zakat, bagi muzakki yang

ingin membayarkan zakatnya ke BAZNAS.Di mana jumlah minimal zakat

yang dijemput, yaitu Rp 1.000.000. Sebagian besar yang menggunakan

layanan Jemput Zakat ini berasal dari muzakki yang sifatnya individu.74

73
Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan
74
Dokumentasi BAZNAS Divisi Penghimpunan

49
BAB IV

ANALISIS PENELITIAN MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZIS

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)

A. Langkah-langkah Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS)

Dalam pelaksanaannya tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

dan pengawasan dalam penghimpunan dana memilikki langkah-langkah tertentu untuk

mendorong kesuksesan aktifitas penghimpunan.berikut uraiannya:

1. Perencanaan

a. Forecasting (perhitungan dan perkiraan masa depan)

Cara yang dilakukan oleh BAZNAS dalam membaca situasi dan kondisi

di lapangan ketika akan melaksanakan aktivitas penghimpunan, sebagaimana

yang telah diutarakan dalam wawancara, menurut Officer Divisi Penghimpunan

BAZNAS Ahmad Kamaludin :

“Dalam tahap ini BAZNAS memakai pola yang disebut RKM (Rencana
Kerja Manajemen), BAZNAS melakukan positioning dengan menganalisa
peluang dan tantangan yang ada di lapangan. RKM merupakan kegiatan yang
dilaksanakan tiga tahun sesuai dengan pergantian periode kepengurusan
BAZNAS. Dalam RKM ini BAZNAS memetakan kekuatan dan kelemahan
lembaganya, kemudian membuat strategi-strategi turunan untuk menjalankan
setiap program yang telah direncanakan dan untuk mengatasi permasalahan yang
diperkirakan akan muncul dalam aktifitas penghimpunan, setelah itu baru
melalui peraturan pemerintah, BAZNAS adalah lembaga pemerintah, yang
dimana zakat ini di atur oleh undang-undang, di atur oleh Negara, oleh karena itu
sebelum bergerak BAZNAS membaca situasi melalui peraturan-peraturan
pemerintah yang mengatur tentang zakat”.75

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Ahmad Kamaluddin selaku officer

divisi penghimpunan menyimpulkan, bahwa salah satu strategi yang dilakukan


75
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

50
oleh divisi penghimpunan BAZNAS adalah membaca segmentasi donator dan

pasar yang menjadi sasaran divisi penghimpunan BAZNAS, dimana posisi

donatur BAZNAS, apakah ada dikalangan menengah atas atau menengah bawah.

Hal tersebut tentu dilaksanakan dengan melaksanakan penelitian lapangan.

Dengan mengetahui segmentasi donatur, Divisi Penghimpunan BAZNAS bisa

menentukan metode yang tepat untuk melakukan aktifitas penghimpunan agar

bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

b. Penentuan dan perumusan sasaran

Setelah melakukan forecasting, selanjutnya divisi penghimpunan BAZNAS

menentukan sasaran donatur yang akan dijadikan objek untuk aktifitas

penghimpunan guna menggalang dana zakat, infak, sedekah dan wakaf,

sebagaimnana yang telah diutarakan oleh officer divisi penghimpunan BAZNAS

Ahmad Kamaluddin

“Divisi penghimpuna BAZNAS membagi sasaran penghimpunan menjadi


dua bagian. Pertama, penghimpunan public dengan sasaran masyarakat
perkotaan dengan segmentasi menengah atas. Kedua, penghimpunan corporate
dengan sasaran perusahaan-perusahaan nasional yang berada di kotakota besar.
Adapun kegiatan penghimpunan untuk cakupan internasional masih dalam tahap
perumusan dan pertimbangan, sehingga untuk saat ini BAZNAS belum
melaksanakan penghimpunan dengan cakupan internasional tetapi sudah
memberikan undangan-undangan untuk para petinggi yang berada dicakupan
internasional”.76

Dalam dokumen BAZNAS, penulis mendapatkan data

mengenai sasaran yang dijadikan objek penghimpunan. rinciannya sebagai berikut:

1) Perusahaan, dengan diversifikasi pada dana CSR, dana kemanusiaan, ZIS

Perusahaan, ZIS karyawan

76
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

51
2) Instansi Pemerintah

3) Publik , dengan diversifikasi pada dana ziswaf, dana hibbah dan dana

kemanusiaan.

4) Lembaga Donor non Pemerintah

c. Penetapan Metode

Dalam melaksanakan aktifitas penghimpunan metode yang dilakukan

BAZNAS, lebih menekankan kepada penghimpunan public. Sebagaimana

yang telah diutarakan oleh officer divisi penghimpunan BAZNAS

“Metode dilakukan secara direct ataupun indirect. Metode direct


dilaksanakan dengan cara memanfaatkan link-link donatur BAZNAS, baik
yang sudah menjadi donatur tetap ataupun temporer. Kemudian metode
indirect dilaksanakan dengan membuat program yang bisa menarik minat
donatur dan juga memberikan kesadaran kepada donatur akan pentingnya
kepedulian terhadap sesama”.77

d. Penetapan Waktu dan Lokasi

Untuk penetapan waktu dan lokasi ini Ahmad Kamaluddin mengatakan


bahwa:

“Kegiatan penghimpunan dilaksanakan ditempat-tempat yang telah


ditentukan. Metode opentable biasanya dilaksanakan di tempat-tempat amai,
seperti mall, festival, dan lain-lain. Adapun pelaksanaan penghimpunan secara
langsung waktunya fleksibel, begitupun dengan metode DBD (Donatur Bawa
Donatur), metode ini waktunya tidak pasti namun telah terbukti efektif dan
efisien”.78

77
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
78
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

52
e. Penetapan Program

Dalam menjalankan kinerjanya, divisi penghimpunan BAZNAS

memiliki beberapa program, seperti yang disampaikan oleh Ahmad

Kamaluddin selaku officer divisi penghimpunan BAZNAS

“Program yang ditetapkan diantaranya DBD (Donatur Bawa Donatur)


dan Opentable, Kotak Peduli Yatim. DBD ini dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan para donatur BAZNAS untuk mengajak rekan, keluarga
ataupun orang yang mereka kenal untuk menjadi donatur di BAZNAS, dengan
begitu secara tidak langsung para donatur telah membantu aktifitas
penghimpunan BAZNAS. Kemudian ada juga program yang dinamakan
opentable. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara membuka stand BAZNAS.
Opentable ini biasanya dilaksanakan di tempat-tempat ramai, di mall, atau di
even-even tertentu yang didalamnya berkumpul banyak orang. Kegiatan ini
memiliki dua tujuan penting. Pertama, sosialisasi zakat, infak dan sedekah
dengan membangun brain awareness kepada para pengunjung akan
pentingnya berbagi dan memberi. Kedua, penggalangan dana dari para
pengunjung, dengan membuka layanan penyaluran dana zakat, infak, sedekah
dan wakaf”.79

BAZNAS menilai kedua program ini dirasa paling efektif untuk proses

sosialisasi dan penggalangan dana, daripada memasang billbot ataupun

spanduk-spanduk dengan cost yang sangat tidak efisien dan belum tentu

efektif.

f. Penetapan Biaya

Dalam Wawancara seorang informan sekaligus sebagai muzaki yakni Robby


Alamsyah mengatakan dalam konteks untuk penetapan biaya sebagai berikut
“Untuk penetapan biaya ini Pada tahun 2013 BAZNAS menetapkan target
penggalangan dana sebesar Rp 100 M. dan target itu telah tercapai. Kemudian
pada tahun 2014 BAZNAS menargetkan penggalangan dana sebesar Rp 150
M, dengan target biaya untuk aktifitas penghimpunan sebanyak 2,9 M. dana
untuk kebutuhan tersebut diambil dari dana amil, yaitu 2,5% dari keseluruhan
target dana zakat”.80
79
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
80
Wawancara pribadi dengan Robby Alamsyah, Jakarta, 27 Agustus 2014

53
2. Pengorganisasian

a. Perumusan dan pembagian tugas kerja

Dalam perumusan dan pembagian tugas kerja, divisi penghimpunan membagi

sub-sub divisi untuk membantu aktifitas penghimpunan. Sebagaimana yang

telah diutarakan Manager divisi penghimpunan BAZNAS Mohan.

“Divisi penghimpunan BAZNAS Membagi perumusan dan tugas kerja


penghimpunan yaitu: Pertama, Divisi Penghimpunan Public. Divisi ini
bertanggung jawab untuk mengelola setiap aktifitas penghimpunan yang
sasarannya adalah masyarakat umum di perkotaan, divisi ini bertanggung
jawab atas kelancaran aktifitas penghimpunan publik. Rincian kerjanya
meliputi penanambahan lokasi penghimpunan, penambahan kotak peduli,
menyebarkan KPY, membuat perizinan KPY dan maintenance relasi. Kedua,
Divisi Penghimpunan Corporate. Divisi ini bertanggung jawab untuk
melaksanakan penghimpunan ke perusahaan-perusahaan, divisi bertanggung
jawab untuk mendapatkan dana CSR (Corporate Social Responsibility), dana
zakat entity, dana mutual benefit dari setiap perusahaan yang telah ditentukan
untuk aktifitas penghimpunan, agar dana tersebut bisa digunakan untuk
kemanfaatan umat. Ketiga Divisi Media Relation, divisi ini berfungsi untuk
mensosialisasikan pentingnya zakat, infak, sedekah dengan mengajak para
donatur untuk berbagi dan juga menyadarkan donatur akan pentingnya
berbagi. Aktifitas ini gencar dilakukan di media-media sosial online dan juga
sarana-sarana lainnya. Diantara tugas pokoknya yaitu mensukseskan promosi
asrama-asrama yatim dan menjaga brand image semua asrama yatim Mizan
Amanah. Keempat Divisi CRM (Customer Relation Management), divisi ini
bertugas untuk melakukan penindaklanjutan (follow up) kepada para donatur,
baik dengan memberitahukan laporan keuangan ataupun laporan kegiatan
kepada para donator agar kepercayaan donatur tetap terjaga dan terus
menitipkan amanah hartanya ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”.81

b. Pemberian Wewenang

Pola perintah dan wewenang di divisi penghimpunan BAZNAS

dilaksanakan dengan pola strukturisasi top down, sehingga dalam ruang

lingkup penghimpunan pemberian wewenang dan pengambilan keputusan

81
Wawancara pribadi dengan Mohan, Jakarta 18 Agustus 2014

54
dilaksanakan oleh setiap manager dalam divisi tersebut hal tersebut yang telah

diucapkan oleh manager divisi penghimpunan, Mohan. Pola pemberian

wewenang dapat tercermin dalam struktur organisasi. Sebagaimana dikatakan

H.B. Siswanto bahwa “struktur organisasi menspesifikasi pembagian aktifitas

kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktifitas yang beraneka macam

dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi

aktifitas kerja”.82

Berikut struktur organisasi divisi penghimpunan BAZNAS :83

IDENTITAS JABATAN

Nama Jabatan : Manager Divisi Penghimpunan

Pemegang Jabatan : Mohan

Divisi : Penghimpunan

Kedudukan dalam organisasi

1) Atasan Langsung : Kepala Divisi

2) Bawahan Langsung : Officer Divisi Penghimpunan (A. Kamaluddin)

3. Penggerakan

a. Pembimbingan

Setiap karyawan di divisi penghimpunan BAZNAS, diberikan arahan

dan bimbingan oleh pemimpinnya agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

aturan sebagaimana yang telah diutarakan officer divisi penghimpunan

BAZNAS Ahmad Kamaluddin.

82
H.B. Siswanto, Pengantar Manajemen, cet ke-1. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h. 85
83
Dokumentasi Divisi Penghimpunan BAZNAS

55
“yang telah disepakati semua, BAZNAS sangat memperhatikan
attitude yang Islami, sehingga para karyawan selalu diarahkan untuk salat lima
waktu berjama’ah dan menunjukkan perilaku-perilaku mulia untuk
memberikan teladan dan mendapat kepercayaan tinggi dari para donator”.84

Karena tujuan pengarahan itu sendiri tiada lain adalah untuk membina

kedisiplinan kerja, membudayakan prosedur standar dan menjamin kontinuitas

perencanaan.

b. Pengkoordinasian

Officer divisi penghimpunan BAZNAS Ahmad Kamaluddin


menyampaikan.

“Pola koordinasi yang dilakukan oleh divisi penghimpunan BAZNAS


berupa meeting, dan juga koordinasi via media sosial ataupun telepon.
Koordinasi dilaksanakan di kantor dan juga ketika di lapangan. Koordinasi
selalu dijaga agar tidak terjadi tumpah tindih tugas dan misunderstanding
antara karyawan di BAZNAS”.85

c. Pengambilan Keputusan

Untuk pengambilan keputusan itu dilakukan secara musyawarah

sebagaimana yang telah diutarakan officer divisi penghimpunan BAZNAS

Ahmad Kamaluddin.

“Proses pengambilan keputusan dalam proses kerja penghimpunan


dilakukan secara musyawarah mufakat, semua karyawan berhak berbicara dan
memberikan saran terhadap permasalahan yang dihadapi. Bahkan karena
aktifitas penghimpunan lebih banyak melibatkan orang yang terjun ke
lapangan, dan langsung bersentuhan dengan problem-problem yang mungkin
dihadapi, oleh karena itu BAZNAS pun memberikan kewenangan untuk
sewaktu-waktu mengambil keputusan langsung ketika kondisi terdesak, karena
pihak atas mempercayakan kepada mereka, bahwa mereka lebih mengetahui
keadaan yang terjadi di lapangan”.86

84
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
85
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014
86
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

56
4. Pengawasan

a. Menetapkan standar

Standar yang diterapkan oleh divisi penghimpunan BAZNAS officer

divisi penghimpunan BAZNAS Ahmad Kamaluddin.

“Bahwa Standar yang ditetapkan oleh divisi penghimpunan BAZNAS


untuk aktifitas karyawan adalah sikap Islami, berakhlakul karimah dan bisa
dipercayai oleh Muzaki. Kemudian standar laporan keuangan harus sesuai
dengan PSAK 109 yang akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu laporan keuangan BAZNAS tahun 2012 yang telah diperiksa oleh
audit independen mendapat predikat wajar tanpa pengecualian.

b. Pemeriksaan dan penelitian

Dalam rangka memeriksa tugas kerja penghimpunan, divisi

penghimpunan BAZNAS melakukan pengontrolan melalui laporan

pertanggung jawaban yang dilaksanakan dalam laporan harian, bulanan,

kuartal dan tahunan, sehingga bisa dilihat hasil capaian ataupun kendala yang

dihadapi.

c. Evaluasi

Dalam proses evaluasi, divisi penghimpunan BAZNAS melaksanakan

kegiatan pelaporan LPJ bulanan dan tahunan seperti yang diutarakan oleh

officer divisi penghimpunan BAZNAS Ahmad Kamaluddin.

“Menurut saya Kinerja karyawan bisa dievaluasi secara rutin dalam


jangka waktu satu bulan. Kemudian dibahas bersama mengenai kendala-
kendala yang dihadapi untuk dicarikan solusi dalam menyelesaikan masalah
tersebut. Selanjutnya evaluasi tahunan dilaksanakan untuk mengukur
pencapaian-pencapain dari target yang telah ditetapkan, apakah mencapai
target atau tidak, apa kendala terbesar yang dihadapi, dan apa yang bisa
diambil dari peristiwa selama satu tahun itu, untuk dijadikan bekal dan

57
pengalaman dalam menyusun dan merencanakan program di tahun
selanjutnya”.87

B. Analisis

Secara garis besar divisi penghimpunan Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) telah menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Meskipun ada

beberapa kekurangan di beberapa aspek yang perlu dibenahi dan diperbaiki.

Berikut uraiannya:

1. Perencanaan

Dalam hal ini BAZNAS telah menentukan visi misi yang ingin

mewujudkan badan zakat Nasional yang amanah, transparan dan

professional.Namun ada yang perlu dievaluasi mengenai pencapaian dan

pelaksanaan dari visi misi itu sendiri. Dalam visi penghimpunan BAZNAS

disebutkan bahwa divisi ini bertanggung jawab memaksimalkan peran zakat

dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui sinergi dan

koordinasi dengan lembaga terkait Namun hal ini masih belum terlaksana

secara maksimal karena berdasarkan keterangan wawancara dengan manajer

penghimpunan, SDM untuk mengelola dana zis di lembaga ini masih kurang,

salah satu faktornya adalah kurangan sokongan dana dari BAZNAS oleh

karena itu segala aktifitas terbatas. Bahkan apabila kita melihat potensi zakat

di Indonesia, BAZNAS harus berani meningkatkan target penghimpunan

dana. Karena apabila lembaga kekurangan SDM dan membutuhkan itu untuk

kelancaran pengelolaan amanah umat, tidak ada cara lain kecuali

meningkatkan target penggalangan dana yang diperuntukkan untuk aktifitas

87
Wawancara pribadi dengan Ahmad Kamaluddin, Jakarta, 26 Agustus 2014

58
penghimpunan, hal ini tentu saja bukan untuk hal negatif, namun semata-

mata dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik untuk umat.

2. Pengorganisasian

Dari segi pengorganisasian lembaga, divisi penghimpunan BAZNAS

masih membutuhkan SDM yang banyak, karena dengan SDM yang seadanya

maka kreatifitas atau ide-ide sulit untuk diciptakan. Manajer divisi

penghimpunan BAZNAS pun mengeluhkan, bahwa sangat sulit untuk

mencapai target baik dari segi pencarian data maupun pengumpulan dana ,

oleh karnanya untuk SDM di divisi penghimpunan masih belum mencapai

target

3. Penggerakan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam penggerakan cukup baik,

karena masih berjalannya rutinitas pengkajian mengenai zakat yang selalu

disampaikan oleh Prof. Dr. Didin. Hal ini berdampak positif karena dengan

adanya pengkajian seperti itu akan ada motivasi untuk para amil melakukan

tugasnya dengan baik dan benar.

Selain itu pula masih berjalan aktivitas tadarus dan berdo’a bersama

sebelum melakukan aktivitas dikantor maupun diluar kantor. dengan ciri khas

BAZNAS yang semua karyawannya diwajibkan untuk berperilaku islami,

berpakaian santun dan harus menutup aurat bagi kaum perempuan, hal ini

menjadi daya tarik ersendiri, karena BAZNAS bisa menunjukkan bahwa

sikap mereka adalah sikap penjaga amanah umat sehingga bisa mendapat

kepercayaan tinggi dari para donatur.

59
4. Pengawasan

Dalam tahap ini BAZNAS telah memiliki indikator dan standar untuk

mengukur keberhasilan setiap aktifitas penghimpunan. Evaluasi dilakukan

secara berkala, dari tahunan bahkan sampai laporan harian. Oleh karena itu

pengawasan bisa terlaksana secara efektif dan efisien. Penulis memberikan

apresiasi atas matangnya konsep evaluasi, hal ini patut dipertahankan bahkan

terus ditingkatkan demi kemapanan organisasi sehingga bisa memberikan

pelayanan yang prima bagi umat. Kemudian dalam tahap ini, evaluasi

terhadap publikasi BAZNAS harus mendapat perhatian lebih, agar lembaga

ini bisa lebih dikenal khalayak, menambah segmentasi donatur sehingga bisa

terus meningkatkan pengumpulan dana zakat, yang kemudian dikelola secara

baik dan didistribusikan secara tepat demi terciptanya generasi penerus

bangsa yang andal dan sholeh serta masyarakat yang makmur dan sejahtera.

60
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan langkah-langkah kinerja dari divisi penghimpunan maka

penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Penerapan langkah-langkah kinerja pada divisi penghimpunan Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) yang dimulai dari aspek perencanaan terwujud dengan adanya

visi dan misi BAZNAS, sehingga semua program dan kegiatan yang akan

dilaksanakan mengacu kepada visi misi yang telah dibuat dan fokus terhadap tujuan

yang ingin dicapai, karena dalam hal ini BAZNAS terpusat pada instansi pemerintah

yang berlatar belakang pemerintah. Kemudian dalam tahap pengorganisasian untuk

mempermudah proses kerja maka divisi penghimpunan BAZNAS membuat

pembagian tugas kerja baik yang dilapangan maupun yang didalam ruangan, seperti

halnya supermarket, mall dan lain-lain. Selanjutnya, dalam tahap penggerakan divisi

penghimpunan ini yang memiliki peran penting untuk selalu melakukan koordinasi

dan melaksanakan setiap program, serta mengambil keputusan sesuai dengan garis

birokrasi struktural yang telah dibuat. Terakhir adalah tahap pengawasan, Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melakukan evaluasi penghimpunan secara berkala

dari mulai evaluasi perhari, perbulan, sampai pertahun.

61
B. Saran-saran

1. Sebagai lembaga amil zakat professional, BAZNAS harus lebih percaya diri

untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan lembaganya, agar lebih dikenal

dan diperhitungkan oleh khalayak, dengan cara membuat kegiatan-kegiatan

yang lebih dikenal oleh masyarakat dan lebih mensosialisasikannya dengan

baik.

2. Memberi perhatian lebih kepada divisi penghimpunan, untuk memaksimalkan

kinerjanya dan melakukan ide-ide kreatifitas agar menemukan metode

penghimpunan yang efektif dan efisien.

3. Divisi penghimpunan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), harus yakin

untuk bisa meningkatkan target pengumpulan dana, karena melihat potensi

zakat di Indonesia yang sangat besar.

4. BAZNAS harus memiliki kepercayaan diri tinggi untuk bersaing dengan

lembaga lain, walaupun BAZNAS itu sendiri sudah mempunyai nama nasional.

5. BAZNAS terus memperbaiki manajemen lembaga agar menjadi lembaga yang

capable dan profesional serta berdedikasi tinggi untuk umat.

6. Sumber daya manusia BAZNAS khususnya divisi penghimpunan itu harus

benar-benar orang yang professional, salah satunya bisa bekerja sama dengan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

62
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hamid, Mensejahterakan Umat Dengan Zakat Potensi dan Realita Zakat
Masyarakat di Indonesia Depok: Piramedia, 2008.

Abduh, Sjuhada, Regulasi Zakat dan Kesejahteraan Sosial , Jakarta: Sekretariat


Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, 200,. cet ke-1.

Agustian, Ary Ginanjar, ESQ Emotional Spiritual Quotient, Jakarta: Arga, 2005.

Ali, Nurddin Mhd, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006.

Baqir, Muhammad Al , Rahasia Puasa dan Zakat Al-Ghazali, Bandung: Penerbit


Karisma, 2003.

BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS BAZIS
Privinsi DKI Jakarta , Jakarta: BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006.

Djuanda, Gustian, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada, 2006.

Fajriah, Nurul, Pola Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan amil Zakat Daerah
(BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan,
Jakarta, 2006.

Hafidhuddin, Dididn, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah,


Jakarta: Gema Insani, 2008.

Halimsyah, Strategi Pemberdayaan Zakat untuk Kesejahtraan Umat (Studi Kasus


Peran BAZIZ Kabupaten Aceh Singkil), Jakarta, 2011.

Hardjto, Dydiet, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali


Pers, 2001, cet ke-3.

Hasanudin, Manajemen Dakwah, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005

Usman, Husaini, MANAJEMEN Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta:


Bumi Aksara 2009, cet ke-1

Indonesia Magnificence of Zakat , Indonesia Zakat & Development Report 2009.

Mahmud, Wajih, Sedekah Itu Mudah, Semarang: Pustaka Nuun, 2007.

63
Muhdiyar, Asep, Manajemen Fundraising Masjid Jami Al-Hidayah Tangerang,
Jakarta, 2013.

Muhyidin, Muhammad, Manajemen ESQ Power, Yogyakarta: Diva Press, 2007.

Permono, Sjechul Hadi, Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola Zakat ,


Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.

Prihatini, Farida dkk, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di
Indonesia, Jakarta: Papas Sinar Sinanti dengan Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia,

Purwanto, April, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat,


Yogyakarta: Teras, 2009.

Purwakananta, M Arifin, dkk, Gerakan Zakat Untuk Indonesia , Jakarta: Khairul


Bayan Press, 2008.

Rahman, Muhammad Abdul Malik Ar, Pustaka Cerdas 1001 Masalah dan
Solusinya, Jakarta: Pustaka Nawaitu, 2009.

Siswanto, H.B Pengantar Manajemen, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cet ke-1.

Shiddiqy, M Hasbi Ash, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2009.

Subianto, Achmad, Shadaqoh Infak dan Zakat , Jakarta: Yayasan Bermula dari
Kanan, 2004.

Sumhudi, Mohammad Aslam, Zakat, Jakarta: PT. Bani Aslam Sumhudi, 2004.

Supratikno, Hendrawan, dkk, Advanced Strategic Management, Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Syaikh, Yasin Ibrahim Al, Kitab Zakat Hukum, Tata Cara dan Sejarah , Bandung:
Penerbit Marja, 2008.

Tim Institit Manajemen Zakat, Profil 7 BAZDA Propinsi & Kabupaten Potensial
di Indonesia, Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2006.

Taufiqullah, HO, Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Bandung: BAZ


Provinsi Jawa Barat, 2004

Wahyudi, Agustinus Sri, Manajemen Strategik, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996),


cet ke-1.

64
Siswanto, H.B., Pengantar Manajemen, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cet ke-1.

Wulandari, Ratih, Model Penghimpunan Zakat Infak Sedekah Pada Badan Amil
Zakat Kelurahan Gandaria Utara Jakarta Selatan Dan Respon
Masyarakat, Jakarta, 2012.

Yahya, H M Ridwan, Buku Pintar Praktis Fiqih & Amaliyah Zakat, Jakarta:
Pustaka Nawaitu, 2009.

Zakat dan Pembangunan: Era Baru Zakat MenujuKesejahteraan Ummat , Jakarta:


PEBS FEUI, 2011.

65
LAMPIRAN – LAMPIRAN

STRUKTUR ORGANISASI BAZNAS

No Nama Jabatan

1 Prof. Dr.KH.Didin Hafidhuddin, M.Sc Ketua Umum

2 Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim, MBA Ketua Bidang Program

3 dr. H. Naharus Surur. M. Ked. Ketua Bidang Jaringan

4 drh. Emmy Hamidiyah, M.Si Sekretaris Umum

5 M. Fuad Nasar. S.sos Wakil Sekretaris

6 Hj. Isye S. Latief Bendahara Umum

7 Teten Kustiawan, SE, Ak Wakil Bendahara

8 Dr. Siti Chalimah Fajriyah, SE., Akt., MM Divisi Pengumpulan

9 Bakhtiar Rakhman, SE Divisi Pengumpulan

10 Drs. H. Mohammad Siddik Kertapati, MA Divisi Pengumpulan

11 Drs. H. Abd Rahman Anwar Divisi Pendistribusian

12 Abdullah Hasyim, MA, MBA Divisi Pendistribusian

13 Drs. Syahrullah Iskandar, MA Divisi Pendistribusian

14 Taufik Hidayat, M. Ec Divisi Pendayagunaan

15 L.I.A Muzaffar Daud Divisi Pendayagunaan

16 Drs. Mas’ud Halimi, MA Divisi Pendayagunaan


17 Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc Divisi Pengembangan

18 Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf Divisi Pengembangan

19 Dra. Hj. Elvi Hudriyah, MA Divisi Pengembangan

20 H. Muchtar Zarkasyi, SH Ketua Dewan Pertimbangan

21 Prof. Dr. Nasrun Haroen, MA Sekretaris Dewan Pertimbangan

22 Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA Anggota Dewan Pertimbangan

23 Drs. H. Djamal Doa (Alm) Anggota Dewan Pertimbangan

24 Prof. Dr. Hj. Huzaemah T Yanggo, MA Anggota Dewan Pertimbangan

25 Drs. H. Mubarok Anggota Dewan Pertimbangan

26 Drs. H. Amidhan Anggota Dewan Pertimbangan

27 Drs. H. Achmad Subianto, MBA Ketua Komisi Pengawas

28 Drs. H. Tulus Sekretaris Komisi Pengawas

29 Drs. H. Mundzir Suparta, MA Anggota Komisi Pengawas

30 Drs. H. Basri Barmanda, M.BA Anggota Komisi Pengawas

31 Prof. Dr. H. Artani Hasbi Anggota Komisi Pengawas

32 Drs. KH. Masrur Ainin Najih Anggota Komisi Pengawas

33 H. Iskandar Zulkarnain, SE Anggota Komisi Pengawas


DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

DIVISI PENGHIMPUNAN BAZNAS

Nama Responden : Ahmad Kamaluddin

Jabatan : Officer Divisi Penghimpunan

Hari / Tanggal : Selasa, 26 Agustus 2014

1. Apa cara yang dilakukan BAZNAS dalam membaca situasi dan kondisi dilapangan

ketika akan melaksanakan aktivitas penghimpunan ?

Jawab : Dalam tahap ini BAZNAS memakai pola yang disebut RKM

(Rencana Kerja Manajemen), BAZNAS melakukan positioning dengan

menganalisa peluang dan tantangan yang ada di lapangan. RKM merupakan

kegiatan yang dilaksanakan tiga tahun sesuai dengan pergantian periode

kepengurusan BAZNAS. Dalam RKM ini BAZNAS memetakan kekuatan

dan kelemahan lembaganya, kemudian membuat strategi-strategi turunan

untuk menjalankan setiap program yang telah direncanakan dan untuk

mengatasi permasalahan yang diperkirakan akan muncul dalam aktifitas

penghimpunan, setelah itu baru melalui peraturan pemerintah, BAZNAS

adalah lembaga pemerintah, yang dimana zakat ini di atur oleh undang-

undang, di atur oleh Negara, oleh karena itu sebelum bergerak BAZNAS

membaca situasi melalui peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur

tentang zakat.

2. Bagaimana kondisi objektif yang ditemukan di lapangan terkait perencanaan

penghimpunan, penentuan dan perumusan sasaran?


Jawab : Divisi penghimpuna BAZNAS membagi sasaran penghimpunan

menjadi dua bagian. Pertama, penghimpunan public dengan sasaran

masyarakat perkotaan dengan segmentasi menengah atas. Kedua,

penghimpunan corporate dengan sasaran perusahaan-perusahaan nasional

yang berada di kotakota besar. Adapun kegiatan penghimpunan untuk

cakupan internasional masih dalam tahap perumusan dan pertimbangan,

sehingga untuk saat ini BAZNAS belum melaksanakan penghimpunan

dengan cakupan internasional tetapi sudah memberikan undangan-undangan

untuk para petinggi yang berada dicakupan internasional.

3. Kebijakan seperti apa yang diambil oleh BAZNAS, khususnya divisi

penghimpunan dalam menjalankan aktivitas penghimpunan ?

Jawab : Untuk masalah kebijakan kita bisa lihat pas waktu dilapangan.

4. Program apa saja yang akan direalisasikan untuk membantu aktivitas

penghimpunan?

Jawab : Program yang ditetapkan diantaranya DBD (Donatur Bawa Donatur)

dan Opentable, Kotak Peduli Yatim. DBD ini dilaksanakan dengan cara

bekerjasama dengan para donatur BAZNAS untuk mengajak rekan, keluarga

ataupun orang yang mereka kenal untuk menjadi donatur di BAZNAS,

dengan begitu secara tidak langsung para donatur telah membantu aktifitas

penghimpunan BAZNAS. Kemudian ada juga program yang dinamakan

opentable. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara membuka stand BAZNAS.

Opentable ini biasanya dilaksanakan di tempat-tempat ramai, di mall, atau di

even-even tertentu yang didalamnya berkumpul banyak orang. Kegiatan ini


memiliki dua tujuan penting. Pertama, sosialisasi zakat, infak dan sedekah

dengan membangun brain awareness kepada para pengunjung akan

pentingnya berbagi dan memberi. Kedua, penggalangan dana dari para

pengunjung, dengan membuka layanan penyaluran dana zakat, infak, sedekah

dan wakaf.

5. Bagaimana tata cara pelaksanaan penghimpunan di BAZNAS ?

Jawab : Sebelum melaksanakan penghimpunan team dari divisi

penghimpunan membuat atau mengumpulkan data muzaki tersebut, kami

mencari tau penghasilan si muzaki tersebut, setelah kami sudah mengetahui

nanti dari team kami membuat surat himbauan untuk berzakat, infak, sedekah,

ya sampai muzaki tersebut mau untuk berzakat.

6. Pola schedule seperti apa yang dibuat oleh BAZNAS dalam menjalankan

penghimpunan?

Jawab : untuk jadwal masih tetap sama BAZNAS menggunakan

pendataan setelah itu baru dilakukan penjemputan.

7. Berapa budgeting yang diperlukan dan berapa target pengumpulan dana dalam

setahun?

Jawab : Untuk target divisi penghimpunan tahun 2013 baru tercapai 70 %

8. Apa saja yang harus dilakukan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan dalam

proses perencanaan penghimpunan?

Jawab : Kami terus menerus bekerja keras untuk selalu mengingatkan

para muzaki, jadi didalam menjalankan penghimpunan dana ini ya harus

dengan kesungguan agar target bisa tercapai.

9. Bagaimana pola pembagian tugas yang dilakukan dalam pengelolaan

penghimpunan?
Jawab : Divisi penghimpunan BAZNAS Membagi perumusan dan tugas

kerja penghimpunan yaitu: Pertama, Divisi Penghimpunan Public. Divisi ini

bertanggung jawab untuk mengelola setiap aktifitas penghimpunan yang

sasarannya adalah masyarakat umum di perkotaan, divisi ini bertanggung

jawab atas kelancaran aktifitas penghimpunan publik. Rincian kerjanya

meliputi penanambahan lokasi penghimpunan, penambahan kotak peduli,

menyebarkan KPY, membuat perizinan KPY dan maintenance relasi. Kedua,

Divisi Penghimpunan Corporate. Divisi ini bertanggung jawab untuk

melaksanakan penghimpunan ke perusahaan-perusahaan, divisi bertanggung

jawab untuk mendapatkan dana CSR (Corporate Social Responsibility), dana

zakat entity, dana mutual benefit dari setiap perusahaan yang telah

ditentukan untuk aktifitas penghimpunan, agar dana tersebut bisa digunakan

untuk kemanfaatan umat. Ketiga Divisi Media Relation, divisi ini berfungsi

untuk mensosialisasikan pentingnya zakat, infak, sedekah dengan mengajak

para donatur untuk berbagi dan juga menyadarkan donatur akan pentingnya

berbagi. Aktifitas ini gencar dilakukan di media-media sosial online dan juga

sarana-sarana lainnya. Diantara tugas pokoknya yaitu mensukseskan promosi

asrama-asrama yatim dan menjaga brand image semua asrama yatim Mizan

Amanah. Keempat Divisi CRM (Customer Relation Management), divisi ini

bertugas untuk melakukan penindaklanjutan (follow up) kepada para

donatur, baik dengan memberitahukan laporan keuangan ataupun laporan

kegiatan kepada para donator agar kepercayaan donatur tetap terjaga dan

terus menitipkan amanah hartanya ke Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS).
10. Berapa jumlah SDM yang dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas

penghimpunan? Apakah sudah memenuhi target?

Jawab : Untuk masalah SDM pada dasarnya kita masih kekurangan SDM

tetapi insyaAllah program-program bisa berjalan, karena kalau masala SDM

itu tergantung Ketua Divisi Penghimpunan.

11. Metode apa yang digunakan dalam aktifitas penghimpunan?

Jawab : Metode dilakukan secara direct ataupun indirect. Metode direct

dilaksanakan dengan cara memanfaatkan link-link donatur BAZNAS, baik

yang sudah menjadi donatur tetap ataupun temporer. Kemudian metode

indirect dilaksanakan dengan membuat program yang bisa menarik minat

donatur dan juga memberikan kesadaran kepada donatur akan pentingnya

kepedulian terhadap sesama.

12. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penghimpunan?

Jawab : Kendalanya Cuma satu “kurang sadarnya para agniya untuk

mengeluarkan hartanya, kita semua tahu 2,5 % dari harta yang kita miliki

itu adalah milik orang lain tetapi masih sangat kurang kesadaran”.

13. Apakah Divisi penghimpunan BAZNAS mempunyai standar yang ditetapkan ?

Jawab : Bahwa Standar yang ditetapkan oleh divisi penghimpunan

BAZNAS untuk aktifitas karyawan adalah sikap Islami, berakhlakul

karimah dan bisa dipercayai oleh Muzaki. Kemudian standar laporan

keuangan harus sesuai dengan PSAK 109 yang akuntabel dan dapat

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu laporan keuangan BAZNAS tahun

2012 yang telah diperiksa oleh audit independen mendapat predikat wajar

tanpa pengecualian
14. Adakah keunggulan dari program yang dijadika daya tarik untuk menarik minat

aghniya?

Jawab : Menurut saya program yang masih unggul adalah program

masalah pendidikan kalau untuk yang lain masih kurang.

15. Pola penggerakan dan kordinasi seperti apa yang dipakai dalam pelaksanaan

penghimpunan?

Jawab : yang telah disepakati semua, BAZNAS sangat memperhatikan

attitude yang Islami, sehingga para karyawan selalu diarahkan untuk salat

lima waktu berjama’ah dan menunjukkan perilaku-perilaku mulia untuk

memberikan teladan dan mendapat kepercayaan tinggi dari para donator. Pola

koordinasi yang dilakukan oleh divisi penghimpunan BAZNAS berupa

meeting, dan juga koordinasi via media sosial ataupun telepon. Koordinasi

dilaksanakan di kantor dan juga ketika di lapangan. Koordinasi selalu dijaga

agar tidak terjadi tumpah tindih tugas dan misunderstanding antara karyawan

di BAZNAS.

16. Bagaimana cara monitoring yang dilaksanakan dalam pengelolaan penghimpunan?

Jawab : Untuk monitoring itu dari kepala divisi penghimpunan setelah itu

baru ke manager divisi penghimpunan.

17. Kapan evaluasi dilaksanakan? Harian, mingguan atau bulanan?

Jawab Menurut saya Kinerja karyawan bisa dievaluasi secara rutin dalam

jangka waktu satu bulan. Kemudian dibahas bersama mengenai kendala-

kendala yang dihadapi untuk dicarikan solusi dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Selanjutnya evaluasi tahunan dilaksanakan untuk mengukur

pencapaian-pencapain dari target yang telah ditetapkan, apakah mencapai


target atau tidak, apa kendala terbesar yang dihadapi, dan apa yang bisa

diambil dari peristiwa selama satu tahun itu, untuk dijadikan bekal dan

pengalaman dalam menyusun dan merencanakan program di tahun

selanjutnya.

18. Bagaimana cara memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam proses

penghimpunan dan seperti apa pengambilan keputusannya?

Jawab : Proses pengambilan keputusan dalam proses kerja penghimpunan

dilakukan secara musyawarah mufakat, semua karyawan berhak berbicara

dan memberikan saran terhadap permasalahan yang dihadapi. Bahkan karena

aktifitas penghimpunan lebih banyak melibatkan orang yang terjun ke

lapangan, dan langsung bersentuhan dengan problem-problem yang mungkin

dihadapi, oleh karena itu BAZNAS pun memberikan kewenangan untuk

sewaktu-waktu mengambil keputusan langsung ketika kondisi terdesak,

karena pihak atas mempercayakan kepada mereka, bahwa mereka lebih

mengetahui keadaan yang terjadi di lapangan

Jakarta, 26 Agustus 2014

Ahmad Kamaluddin
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

DIVISI PENGHIMPUNAN BAZNAS

Nama Responden : Mohan

Jabatan : Manager Divisi Peghimpunan

Hari / Tanggal : Selasa, 18 Agustus 2014

1. Bolehkah saya mengetahui nama-nama pengurus divisi Peghimpunan BAZNAS?


Jawab : Untuk yang sekarang udah muter lagi met nama-namanya
tapi masih ada si nama-nama yang lama.
2. Bagaimana cara menentukan waktu dan lokasi Peghimpunan?
Jawab : Kegiatan penghimpunan dilaksanakan ditempat-tempat yang
telah ditentukan. Metode opentable biasanya dilaksanakan di tempat-tempat
ramai, seperti mall, festival, dan lain-lain. Adapun pelaksanaan penghimpunan
secara langsung waktunya fleksibel, begitupun dengan metode DBD (Donatur
Bawa Donatur), metode ini waktunya tidak pasti namun telah terbukti efektif
dan efisien.
3. Apa kegiatan yang dilakukan BAZNAS dalam melaksanakan aklifitas
Peghimpunan?
Jawab : Untuk kegiatan nanti bisa kamu lihat diarsip divisi
penghimpunan.
4. Apakah BAZNAS merniliki standarisasi dalam meraksanakan evaluasi
Peghimpunan?
Jawab : Setiap lembaga pasti memeiliki standar untuk
melaksanakan segala sesuatu hususnya dalam melaksanakan evaluasi,
begitu juga divisi penghimpunan disaat evaluasi pasti mengharapkan hasil
yang baik untuk kerja kedepannya.
5. Bolehkah saya mengetahui program kerja setiap divisi Peghimpunan?
Jawab : Itu bisa dilihat didata saya nanti.
6. Bagaimana konsep timeline event divisi Peghimpunan BAZNAS?
Jadwab : Kalau itu sudah ditentukan dirapat tahunan, jadi kami
tinggal melaksanakannya saja.

Jakarta, 18 Agustus 2014

Manager Divisi Penghimpunan

Mohan
KEMENTERIANAGAMA
UNIVERSITASISLAM NEGERI(UIN)
SYARIFHIDAYATULLAH
JAIGRTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNII(ASI
TcleponrFax: (021) 7432728/ 74703580
Ir. H. Juanda
No. 95 Ciputat15412Indonesia Wcbsitc:www.fdkuiniakara.ac.id-
E-mril :

Nomor Un.0l/F5/PP.00.9/7@
/2014 ' fakarta"?8 Muet20l4
-ampiran
:{al Izin Penelitian(Skripsi)

Kepada Yth,
Pimpinan
BadanArc,ilZakatNasional
(BAZNAS)
di
Tempat

Assalamu'alailutn Wr.Wb.

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilrnu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta menerangkanbahwa:

Nama AhmadNusyamsi
Nomor Pokok l l 100s3000004
Tempat/IanggalLahir Bogor,04Juni1992
Semester VIII @elapan)
JurusapKonsentrasi ManajemenDakwah/ Ziswaf
Alamat Jl. H. SuhaemiRT 002/04Kel. Duren Mekar Kec.
BojongsariKota Depok
Telp. 0857I 8958125

adalahbenarnrahasiswaFakultasDakwatrdan llmr.lKomunikasiUIN Syarif


HidayahrllahJakartayang akanmelaksanakan
penelitian/mencaridatadalamrangka
penulisanskripsi berjudul Pola PenghimpunanDana ZIS untuk Kesejahteraan
Mustahikpada BadanAmil ZakatNasional(BAZNAS),
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibrr/Sdr. dapat
rnenerima/mengizinkanmahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaankegiatan
dimaksud.

Demikian,ataskerjasamadanbantuannya
kami mengucapkan
terimakasih.

W'as
salamu'alaihim Wr.Wb.

Subhan,MA
0110199303

Wakil DekanBidangAkademik
KetuaJurusan/Prodi.ManajemenDakwah
{e
BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional
Nomor : 0O2/BAZNASNIIV2O|4
Jakarta,l8 Agustus2014
Lampiran
Hal Atas Surd permohonanpenelitian
:Jarvaban

Yth,
DEKAN FAIruILTAS DAKWAH DAN ILIVII KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputatl54i2Indonesra
di
Jakarta

Assalamu'alaikumWr. Wb.
Berdasarkanpada surat yang kami terima dari Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakart4 No: Un'01/Fs/PP.oo.g/3oog?o14 tanggal28 Maret 2014 berkenaandenganpermohonan
untuk melakukanriset/penelitiandi Kantor BaznasDivisi Penghimpunan.
Maka denganini kami
dari pihak Badan Amil zakd' Nasional (BAZNAS) tidak
berkeberatandan mengijinkan untuk
melakukanriset/penelitianuntul<mahasiswayang identitasnya
terteradibawahini :

Nama : Ahmad Nursyamsi


TempatTanggalLahir : Bogor,4 Juni 1992
NIM : 1l 10053000004
Prodi : lr{anajemenDakvrah(MD) /ZISWAF
Alamat : ParungKulon Rt. 002/04Kel. Duren Mekar Kec. Bojongsari
Kota. Depok.
Dengan ketentuanmahasiswatersebutdiatas mentaatiperaturandan
tata tertib yang berlaku d i
BAZNAS.
Demikian suratini kami sampaikandanatasperhatiannya
kami ucapkanterimakasih.
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.

Jakartgl8 Agustus2014

M anagc;;Bi .ii.Pea-,ghimpunan

Kantorpusat :
Jl. KebonSirihNo.57,iakartapusat- 10340Indonesia
BAZNAS
Badan AmtI Zakat Nasional

STJRATKETERANGANPENELITIAN
NOMOR:001/BAZNAS/VUI/14

Assalamu'alailatm Wr. Wb

BadanAmil ZakatNasional(BAZNAS) denganini menerangkan


bahwa:

Nama : AhmadNursyamsi
NIM I I 10053000004

Fakultas DakwahdanIlmu Komunikasi

Jwusan Manajemen
DakwahKonsentrasi
ZISWAF

Jenjang/Stata S 1

Telah melaksanakankegiatan penelitian denganJudul: "PenghimpunanDana ZIS Untuk


MustahikPadaBadanAmil Zakat Nasional(BAZNAS)" di BAZNAS Kantor
Kesejahteraan
Divisi PengimpunanpadabulauAgustus2014.

Demikian Surat Keteranganini dibuat untuk digunakansebagaimanamestinya.

Wassalamu'alaihtmWn W

2014
Agustus
Jakarta,26
ManagerDiv. Penghimpunan

Xlnto? Pusat :
Pusat- 10340lndonesia
Jf. KebonSirihNo. 57, JaY,arta
l{@;lyl
l. 111,1..lAil ,,x^rI
No. :A 10493
Konter :
ranggar
,gla_trE_trtr

hFa^-\' T\ ucarnl

:: .. , ;;,-., ,"i-P-id*$-19--?-in'il':'ffi
Dayaran oQ\ Ll\&5\f\4
oc() ooo
RP.. ......1..
np............,..........).,
Rp .......................i...

: Rp 1'ooD ,0Oo' rerbilang


.....5.n,?,.....?Y........
nr.:f :.. "..

f *. I anNr I weser lakarta, ?J) ?"rh


Penyetor

M
r...4n.[rni...tJ..
r
io horta simponon(yongbermonfoot)
nnyohutong( yongmudharot)" NamaJelas

No. 57 Jakarta,10340
7ax.0Zl-3913777
hTiTT
-,r.:il(tLt'

Salurkan
zakatdaninfak i-iUil, r,.,.,r';.ir11fff)
Jrrr tri;i .fAiqi:lt
Andamelaluirekening: Sei"ir i, llnat ipr.tkilii.lti"{irr"'}
"
,{,:i,0S

BRtSyarlah
Zakat:701311637555 oE904555
Infak:701311631477emaii. Iayli|ranmuza
ki(qt
bazlta$.or.icl
BCASyariah fl baci;,rnnrnilzakat
Zakat:0011555510 $ rsabazn;lsirrdonesia
tnfak:OOTITI|\ www.L'azrt,ir
l;.ot,.id
I

ir* -
BAZNAS
Badan Anil Zakat Nasional

@baznasindonesia
badanamilzakat
www.baznas.or.id
8cnrn. il.ht.rl Un.l

BERSAMA .:
',]
: , , : ; i .. : . . . .
, r :t.
**1
1 1
_',
" :
I ' '=,: i- '

- iI-lj ;i"#.'i*l,ii-
" :;- ];1.[mF].1
-
}$;i4#nffiriit
o .::F
BfKG
@, g _g_" g w&_
@ ip *o *.o"o &
ffi,-
.1,,"@ gis ffi & i tt ({"

..-,6@ #. Piltl
"ffi "@ * EH au..ni..As r 's?."@
fl nrcr.r*;+'" {nrurnnn nern@w Mliffi* nrpu'siiKA t}",.,,r, #JIEP

P,* #llitii.,l"'m f*s wordclh b^,ca6Ps!a'a{,gJ:f"t" or"S'),*,-r*4g*r"


s ro<lsl O*r<ffi otfgio e(luelElc
r:''):ll'ir.llfllilll .,h'*. "11,IlS,'i{/

IsBNI t""' mandril scr.r ri,.l'ir


rBNt 3 itl6-ii:"' Mfl
vrctorra
ba'li' bii syariah

i;fr-* btpn
os"-
?);t'- d-t"orti il;'ffiliS '//-
a IANKBUKoPtr Btnk@p. \,arroov*; -W"
'tr
; it: H 6 keci'I* /,"/,,, .2 (ain fK
-i."-
YAYASAT{
AICHUSNAI{I
BAZDAdln UPZ
dl Sdsruh Indodosla

'rA S rl/-
-rri\ t'ts\
(o q,
-"#^"^Flx+xprsro
M Inio /rrvesTi?a alfa@rds Iintasarta

ff" 6$*
,pim"g A.SKRil).\
\i->
T
LAKEMB.4 xtm,efam
AF6L e@ k MsN[rup llq

lZ r**r€'
| Br &
ru*t+*+
'[,SJ1$f;:J. E:diirit bank+vrctona 6)
aalrl
Qrrrvran
t=

:\,
g P" ;*:';:'';t' E[ H ...st anero3opuro solcot{ocoPHl.llPss.,PHEWlrO
g

(a-.rlsrrr-- r.ir,,,s,.IIEEE! ta,l,lrlr:'i*x.w f ntt'''' " Pi€Pi@cru*d*K


Rffi*- *. ffi
E 5p

-*Q (rxrrrHo*t ffii^reM* ffiowmmtrNm ruD'qc64umru 'reM


ru ($,lB @t B;i#Hlitti

traT n^cu0rN^r!M mff s6^umttq nMruu(Emffi dtlru^Mruls^ffi


+qry zsHUlAu& ter amT:ix e E?ltfgr

dalarn nleraih cita-cita


Semoga kerjasamanyaterus tt::tjt,rlin
mewuiudkan keseiarhteraan umat
i,,
:;i i:
'
'l!:'
Contact Person:
RulliKurniawan:
ozr-39o455ext zoo
o8e399388885,
d
H
HARILAl{#% ;ri i:i '.
";:,,
,,,,'r:",:',i,
' 'i: l,'t

ifft '""'i,
l$r*:
fi"t+,t *:' '
iH Ii,, ;;,,;,g;i'
".,'
. i::.,, ,,.,ii i,
.:.

AGUSTIAN
GINANIAR
ARY
MEMBERI
JIAF{AT
IIAJI
CALON SEJATI
ilt,&,ii{dhffi
$,,1 IAAN
BAYARzAKAT
oiiltumrAN
MENCARI
KHHASYIMASY'ARL__- PROOUKTIF
ZAKAT
MODEL
KEMERDEKAAN
PTIIJIHE
Slt}IG
€s,
=;f
fta al
-t-r
-t

o,
g.
s, rl
J

z. -t

n$i ee;v
q, o) ; =5
3 f
-:
Y l4 \n = rJl N.l
.* 3
0) q,
i- l : r T'
L
">t \y
\( D
?fuY
- ru (9
L 9J
uo
= *u n -
-
Eor lu q,
mt I OJ
q, FF
?. ct
= dts
qo
--,
.l :+
3trfi
6t6'=='o
HA-+e 5E
<L

0J
E AJ=
ol .= trJ
O,J
:'4,,=
., o -o J
H :=J
:
a
q,' N=, + Fr=
:.IJ lP
l-r'? o--
'. =.
;q
iE6
'=
^io il
ITF
-' uo

'_:
0 l J

''
"g ,Ea
,= I - ct',

:l
- h

== r.t- =.o',oJ
q
"0J
,1.
L. Ol
d :4,,
.. D_ ,l '< OJib
<:
:6; .:t- 0r
d-'@
:l- 3 J .
o
:{ = =' 1!
c i'=
a
: ---l o >
i( c/)
f, AJ
UO

'!,
(a

M
=t
-C 'E
r+ AJ=
(0

e5
A,
=,id
cbr
v) -c, >el
FJ'
>
Fr
-.=
(/')
(0 {t
SE
Wi =.
-=
6.,
=
>-
J
(/) =
>oJ F{a
s, -it
\ trr l\
7F=
>- (9 A' oJe
>c <;F ,+ ttQ
AJ= (9
€!g F{=
-, =, -5 =r+
6J
gE
5 rto
qCI
> = -'
(-/) A'- Nl=
A,
,v)E qQ- (E= -,
A,E AJ
x C/1
€ O' AJ
A) (t)
A)
c, Cl =
^a cr\
-- = c o ==
o-
c, -T .D
c
O.)
t)) t!)
rtr
Qa sl
L
9 .DO 3 = a x-x -f-F
-:o !
o 3 ar Ln
6O
a e. =
al-
c, -T
AJ
2.
/tl
= A p- ! o a,
-'1 (tl o, a a
::r 6
OJ
= OJ 90 a= o T-la A.|
J\ = v)
! = -l
:1 o- o- x-
.D
f
? _crr Dx- fcJ c,
x- oJ J o=
OJ
J
-- Y6
f,
.D OJ : L n ;n'

= ! .<- OJ
O I ? --'
a
o rD - :l
= - :_:_ - f
OJ _o_q -OJ
=2,
C o-
- c K ,-r ft
! rD
NJ
cu-
,^ CI
= co) =
OJ c:
.D
= - = \m X; rD =
UA
T
o
f o- = =
OJ o- l
.D UQ- OJ
^:l
OJ
q
a OJ
9 a_r

= OJ ,Jo m {u N = T)- =N
oj =
rDN
o) = ;r N o x-
= o- :l c, oqc OJ
-u x-
q=
CroJ o
rD OJ n' 0J =- c,
tt
o- d=. =
rD CD
OJ
- *f =
-

rrdsq= *.-1"-3a:e
+xi;;llriaqaf =
A SSEtt
l"g:r1 tiiE;ia:1'.;'=p:il1
c
;38*s? i;{ii*EititFE*;; :tilrF
?g?diH x*E*?;'ge;EErr;,Hg9ifg+ U
iiHl;
Et+=q
3
=
1:i;EiFif;r$e1+i
h;34?3:€+EBii=ii:
j;18
; rt + t
L
i*r:r.-,. ;;€u;I;.+:qqgiAa
Faii gr_
qi4:
ti*:i = tgil:+Fi;+i* ;iEr =
cii?la g:
;i+'lEEi+-in i:fii E
liiwi= i;E=Ec^x:6:i ?glib
;1a!;7,iaecl*i
:-uA:
g
o_
fi Ed agis:-,
;
-
- 3 r av = 2 T?5
3 "i-
F : P : sr ae ; 5
=r!
I _ *
'P
_r
-i=lr=
o; I P=Z

? *i; 3e-
a: t $ E

ura\-ow@@@ @a)-E@@@w
c =O aN ZF c=ooszF
,s5:_1 >>:f -- dal>+;;
O CP-t xao
r
=
,^ a,
- '€'I P *o I EE I = EE
;E: =
: r;r;
s =:.:.
6-,n:OP
X d< === x;<

qJ !

-r)a1r).)r)-l .\oar-^^-)
ooqJooo0 ooDD,i)9
o-qqci=J

=9?P42-T
PHqEfFry
I - I =o p - =.
o:Yt:-?l
- g J

7 - *^
-
\

t
:

= -l
Si+=>--
+ i i,3 = t
)=l
)==
6^

J). J

assseSd &3{a<=.-
oL!-qQ.o.i
\U^
Px-ii':
i3=Q-----
!=o-X\- :;xo::---
--r6:lI!o.
-@\la
J r \l Ql--j--:-
qH*\:;S ! "'--l a
o'8 ---:--
FOTO KEGIATAN WAWANCARA DAN PENYUSUNAN SKRIPSI

Pengumpulan data divisi penghimpunan Wawancara dengan Bpk Kamaluddin

Wawancara dengan Bpk Kamaluddin


Pengumpulan data

Depan kantor divisi penghimpunan BAZNAS


Penyusunan skripsi Foto bersama Manager Div Penghimpunan

Anda mungkin juga menyukai