Anda di halaman 1dari 16

Ujian dr mukson

1. pertumbuhan : Berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar,


jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu
- bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh)
perkembangan : bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks

2. Faktor Penentu Perkembangan Anak

 internal :
 genetik
 proses sejak kehamilan
 eksternal :
 gizi,
 penyakit,
 kualitas pengasuh /keluarga, teman, sekolah
• Faktor intrinsikà Potensi genetik-heredo konstituinal

• Retardasi pertumbuhan intra uterine

• BBLR

• Prematuritas

• Infeksi intra uterin

• Gawat janin

• Asfiksia

• Perdarahan intrakranial

• Kejang neonatal

• Hiperbilirubinemia

• Hipoglikemia

• Infeksi

• Kelainan kongenital

• Temperamen, dll

Faktor prenatal
• Gizià terutama trimester akhir

• Mekanis

• posisi abnormal à kelainan kongenital seperti club foot

• Toksin/ zat kimia

• aminopterin dan obat kontrasepsi à kelainan kongenital seperti


palatoskisis
• Endokrin

• DM à makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal

• Radiasià paparan Radium dan sinar Ro

• Infeksià TORCH

• Kelainan imunologi:

• Eritobaltosis fetalis

• Hiperbilirubinemia
• Kern icterus

• Kerusakan jaringan otak

• Anoksia Embrioà gangguan fungsi plasenta

• Psikologi Ibu

• Kehamilan tidak diinginkan

• Kekerasan fisik

• Kekerasan mental
Faktor perinatal
• Komplikasi persalinan

• Trauma kepala, asfiksia


Faktor postnatal
• Gizi

• Penyakit kronis/ kelainan kongenital

• Lingkungan fisis/ kimia

• Psikologis

• Endokrin

• Sosio-ekonomi

• Lingkungan pengasuhan

• Stimulasi

• Obat-obatan
Faktor di Lingkungan Mikro (Ibu)
 Umur, Tinggi dan berat badan
 Riwayat pernikahan, Kehamilan dan persalinan
 Jumlah dan jarak kehamilan
 Status gizi, Hb, penyakit, pengobatan
 Pendidikan
 Pengetahuan, sikap dan ketrampilan
 Kebutuhan bio-psiko-sosial (Asah, asih, asuh)
 Riwayat Penyakit keturunan, P. Menular
 Merokok, alkohol, drug
 Pekerjaan, penghasilan, dll
Faktor di Lingkungan Mini (keluarga & lingkungan)
 Ayah
 Umur
 Status gizi
 Tinggi dan berat badan, Kesehatan-Pengobatan
 Pendidikan, Pengetahuan, sikap dan ketrampilan
 Kebutuhan bio-psiko-sosial (Asah, asih, asuh)
 Riwayat Penyakit keturunan, penyakit menular
 Riwayat pernikahan
 Merokok, alkohol, drug
 Pekerjaan, penghasilan
 Hubungan ayah-ibu-anak, dll
Faktor di Lingkungan Mini (keluarga & lingkungan)
 Saudara
 Saudara kandung/ tiri yang tinggal serumah
 Jumlah, jarak umur
 Kesehatan, status gizi, imunisasi, kelainan bawaan, gangguan
tumbuh kembang, penyimpangan perilaku
 Pendidikan
 Hubungan dengan orang tua
Faktor di Lingkungan Mini (keluarga & lingkungan) --> keluraga lain dirumah

Faktor di Lingkungan Meso (Tetangga, Budaya, Program Kesehatan, dll)

3. Bagaimana cara mengukur tumbuh kembang ?


a. cara mengukur pertumbuhan : ukur TB, BB, LLA, LK, Tebal Lipatan Kulit
b. cara mengukut perkembangan : Tes IQ, Tes EQ, DDST (Denver Development
Screening Test), Skala Yaumil Mimi
4. contoh ggn tumbang
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi
gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.
A. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah
untuk mengetahui pola pertumbuhan anak.
Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari
120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal.
Sedangkan, apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak
mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.
Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar
kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal.
Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang
menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan
variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat
diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya
merupakan variasi normal.
Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga
perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat.
Jenis gangguan penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah
maturitas visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus,
ambliopia, buta warna, dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma,
dan lain sebagainya. (Soetjiningsih, 2003). Sedangkan ketulian pada anak
dapat dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural.
B. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan
tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat
mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas,
athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti
spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik.
Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan
keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan
perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan
dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk
belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat
mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.

C. Gangguan perkembangan bahasa


Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system
perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik,
psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan
perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu
adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya
interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor
keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya
kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk
salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena
adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).
D. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai
gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu
gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus
apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh
kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan
berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan
perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku
dan interaksi sosial. Menurut Widyastuti (2008) autism adalah kelainan
neurobiologis yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan
perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa,
munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat,
atau mengamuk tanpa sebab.

5. IMUNISASI DASAR
A. Hepatitis B
 Merupakan vaksin rekombinan (rekayasa genetik) dari sel ragi yang
menghasilkan antigen HBsAg.
 Diberikan kepada bayi baru lahir (HB 0), umur 2, 3 dan 4 bulan bersama
DPT dan HIB.
 Pemberian secara intra muscular di m. Vastus lateralis regio 1/3 medial,
dosis 0,5 ml.
 KIPI : demam, nyeri, syok anafilaktik (jarang).

B. BCG
 Singkatan dari Bacillus Calmette Guerin.
 Komponen aktif berisi mycobacterium Bovis yang dilemahkan (attenuated).
 Diberikan sebelum usia 3 bulan dosis 0,05 ml di regio m. Deltoid kanan secara
intracutan.
 Penyajian harus dicampurkan antara antigen dan pelarutnya.
 Sediaan bertahan 3 jam
 setelah pelarutan.
 Reaksi Vaksin :
 1 bulan setelah injeksi timbul bintik eritem.
 1 minggu kemudian berubah menjadi papula.
 1 minggu kemudian menjadi pustula.
 1 minggu kemudian pustula pecah.
 1 minggu selanjutnya timbul sikatriks.
 KIPI : jika timbul limfadenitis regional di aksila kanan, tidak perlu
diobati. Jika timbul abses mengganggu bisa dipungsi.

C. DPT
 Komponen vaksin terdiri dari Difteri (toksin corynebacterium Diphterica
dilemahkan), Pertusis (Bordetella pertussis dimatikan), dan Tetanus (toksin
Clostridium tetany yang dilemahkan).
 Pemberian secara intramuscular di regio m. Vastus lateralis 1/3 medial, dosis
0,5 ml.
 KIPI : demam (sering), nyeri, abses steril (jarang).
Jadwal imunisasi
 Imunisasi dasar : umur 2, 3 dan 4 bulan.
 Ulangan umur 18-24 bulan (DPT), dan 6 tahun (DT), serta 12 tahun (TT
bagi wanita).
 Kemasan vaksin DPT mulai tahun 2014 dijadikan satu bersama HIB dan
Hepatitis B.
 Disebut sebagai vaksin pentavalen, dengan merk dagang Pentabio produk
 Biofarma Bandung.
D. HiB
 Komponen aktif berisi polisakarida dinding sel Haemophyllus Influenza B
yang dikonjugasikan dengan toksoid Tetanus untuk memperkuat respons imun.
 Pemberian secara intramuscular di m. Vastus lateralis regio 1/3 medial dosis
0,5 ml.
 Jadwal pemberian sesuai vaksin DPT, yaitu pada usia 2, 3 dan 4 bulan.
(Pentabio)
 Tujuan : untuk mencegah penyakit meningitis akibat infeksi bakteri
Haemophyllus Influenza B.
 KIPI : demam dan nyeri di tempat suntikan, akan tetapi kejadian jarang.
 Jadwal HIB menurut IDI dan WHO diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dan
ulangan pada umur 15 bulan.
E. POLIO
 Ada dua jenis vaksin polio:
 1. Vaksin berisi virus poliomyelitis dimatikan (Salk), pemberian secara
injeksi intramuscular, dosis 0,5 ml.
 2. Vaksin berisi virus poliomyelitis hidup tapi dilemahkan (Sabin),
pemberian secara per oral, dosis 2 tetes.
 Jadwal pemberian : saat lahir (polio 0), selanjutnya bersamaan pemberian
vaksin DPT usia 2, 3, dan 4 bulan, serta ulangan pada usia 18-24 bulan.
 KIPI polio oral : AFP (Acute Flaccide Paralysis), demam, mual, muntah dan
diare (jarang).
 KIPI polio injeksi : demam dan nyeri pada tempat suntikan (jarang).
F. campak
 Berisi virus morbili yang dilemahkan.
 Cara pembuatan menggunakan media embryo ayam, sehingga berpotensi
reaksi alergi pada individu yang sesuai.
 Cara pemberian secara injeksi subcutan, pada regio m. Vastus lateralis 1/3
medial.
 Jadwal pemberian saat usia 9 bulan sampai 1 tahun.
KIPI
 Demam yang terjadi 1 minggu setelah vaksinasi, nyeri pada tempat suntikan,
syok anafilaktik.
 Imunisasi ulangan dilaksanakan pada usia 6 tahun di sekolah dasar.
 Tahun 2015 dilakukan sweeping pada usia 3 tahun oleh karena didapatkan
kekebalan tidak mencapai 100 persen.

6. Kontra Indikasi Imunisasi :


• Kontra indikasi mutlak : Individu immunocompromized : malnutrisi berat,
infeksi HIV, dalam terapi kortikosteroid, bayi prematur, keganasan.
Kontra indikasi relative : demam ringan, infeksi ringan, tempat suntikan
terdapat infeksi

7. bagaimana mengukur / menilai status gizi

Mengukur atau minilai status gizi pada anak


Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit
dll), tidak didasarkan pada Berat Badan anak menurut Umur (BB/U). Pemeriksaan
BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus untuk melakukan
deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk). Pemantauan berat
badan anak dapat dilakukan di masyarakat (misalnya posyandu) atau di sarana
pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas dan Klinik Tumbuh Kembang Rumah
Sakit), dalam bentuk kegiatan pemantauan Tumbuh Kembang Anak dengan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat), yang dibedakan antara anak laki-laki
dan perempuan.
Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan tabel Berat Badan
menurut Panjang Badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun ditentukan
dengan menggunakan tabel Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Anak didiagnosis gizi buruk apabila secara klinis “Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika BB/PB atau
BB/TB < - 3 SD atau 70% median. Sedangkan anak didiagnosis gizi kurang jika
“BB/PB atau BB/TB < - 2 SD atau 80% median”

8. tanda tanda gizi buruk

9. Tipe Gizi buruk :


Marasmus Kwasiorkor Marasmus-Kwasiorkor
 gangguan gizi   Gambaran klinis 
  gizi buruk karena 
karena kekurangan  merupakan 
kekurangan protein
karbohidrat. campuran dari 
 Gejala : 
 Gejala : 
a. Perubahan status beberapa gejala 
a. Anak tampak sangat mental : cengeng,
kurus karena klinik kwashiorkor 
rewel, kadang
hilangnya sebagian apatis dan marasmus. 
besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal Makanan sehari­hari
tulang terbungkus b. Rambut tipis
kulit kemerahan seperti tidak cukup 
warna rambut
b. Wajah seperti orang jagung dan mudah mengandung protein
tua dicabut, pada
dan juga energi 
penyakit
c. Iga gambang dan kwashiorkor yang untuk pertumbuhan 
perut cekung lanjut dapat terlihat
rambut kepala yang normal. Pada 
d. Otot paha kusam.
mengendor (baggy penderita demikian 
pant) c. Wajah membulat
disamping 
dan sembab
e. Cengeng dan rewel, menurunnya berat 
setelah mendapat d. Pandangan mata
makan anak masih anak sayu badan < 60% dari 
terasa lapar
e. Pembesaran hati, normal 
hati yang membesar memperlihatkan 
dengan mudah
dapat diraba dan tanda­tanda 
terasa kenyal pada
rabaan permukaan kwashiorkor, seperti 
yang licin dan
pinggir yang tajam. edema, kelainan 

rambut, kelainan 
f. Kelainan kulit
berupa bercak kulit, sedangkan 
merah muda yang
meluas dan berubah kelainan biokimiawi
menjadi coklat
kehitaman dan terlihat pula (Depkes
terkelupas
RI, 2000).

10. talak gizi buruk


(liat lecture)
11. resusitasi neonatus
12. Pertolongan pasien kejang :

- Posisikan pasien
- Pelihara jalan nafas
- Beri O2
- Selanjutnya sesuai bagan tatalaksana kejang (di lampirkan terpisah)
13. rehidrasi pada dehidrasi
MMN

14. penegakan dx DBD


Klasifikasi DBD menurut WHO
KLINIS
 Demam 2-7 hari
 Perdarahan :uji RL +/spontan
 Hepatomegaly
 Syok
2 klinis + lab à derajat I : demam + RL +
derajat II : demam dgn perdarahan spontan
derajat III : anak gelisah, biru sekitar mulut ,kaki tangan
dingin , tekanan darah turun, nadi lemah
derajat IV : anak syok berat, diam, tekanan darah tidak terukur,
nadi tidak teraba
Laboratorium
 Trombositopeni <100.000
 Hemokonsentrasi >20%
­ atau tanda kebocoran plasma ( efusi pleura, asites,
hipoproteinemia)
penurunan HT setelah resusitasi

15. DD sesak nafas dengan Demam (PPM IDAI, Lect dr. Dhian, catatan koas):

Bronkiolitis Bronkopneumonia
Anamnesis  Usia < 2tahun  Sesak
 Sesak  Batuk
 Batuk  Demam perlahan
 pilek  Dapat terjadi pada usia > 2 
 Demam mendadak tahun 
 Status gizi baik  Status gizi kurang
Pemeriksaan  Retraksi dinding dada  Retraksi dinding dada
Fisik  Wheezing ekspiratoir  Vocal fremitus meningkat, 
 Distress respirasi hari ke 1 atau 2 setelah  ketinggalan gerak +
timbul rhinitis dan batuk  Perkusi sonor atau redup
 Paru : suara nafas menurun, eksperium   RBH +
diperpanjang, RBH, Wheezing, hiperinflasi 
dinding dada
Pemeriksaan  Ro : tampak air trapping/thoraks   Ro : tampak infiltrat
Penunjang emfisematous, penambahan corakan 
bronkovaskuler
 Lab : tidak khas
Terapi  Pengobatan penunjang   Terapi tergantung derajat 
 O2, cairan parental mencegah  pneumonia, untuk pneumonia
dehidrasi  tidak berat bisa pakai 
 Posisi miring 30º ­ 40º, kepala dan  amoxicillin (30­40 
dada sedikit tinggi  mg/Kg/day) in 2­3 divided 
 Mengatasi asidosis, gangguan  doses for 3­5 days.
keseimbangan elektrolit   Untuk terapi di RS biasanya :
 Antibiotik, bila terdapat pnemonia   O2
bakteri sekunder   IVFD
 Kortikosteroid tidak bermanfaat   Injeksi ampicillin 
 Ventilasi          gagal napas  100 mg/KgBB/hari 
(tiap 6 jam)
 Injeksi gentamicin 
4­6 mg/KgBB/hari 
(2 dosis)
*injeksi antibiotic
tsb selama 7-10
hari,sambil
dievaluasi 48-72
jam pertama, bila
tidak ada
perbaikan ganti ke
sefalosporin
generasi ke 3
(ceftriaxon,
cefotaxim).

16. anak dgn edem anasaraka


DD / gagal jantung, SN , kwasiorkor

17. kriteria dx SN
 Suatu sindrom klinik dengan gejala
◦ proteinuria masif > 50 mg/kg BW/day or >40mg/m2LPB
◦ Hipoalbuminemia <2.5 g/dL
◦ Edema
◦ Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200mg/dL

Anda mungkin juga menyukai