Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOSOSIAL ASPEK DARI KEPRAWATAN KRITIS

Dosen pembimbing : Sri karyati

Disusun Oleh :

1. Arfiana Lissa Adati


2. Arisah
3. Diah Yunita Lestari
4. Eka Puspa Marlena
5. Etiek Nafisa
6. Fitriya Fitri A
7. Riski Putri C
8. Shintia Kumalasari
9. Viola Lastania J

PRODI S-1 KEPERAWATAN TINGKAT 4A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik
maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial adalah masalah
kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai akibat terjadinya
perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan
jiwa.Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian
terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang
dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson
juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan
menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan ruangan khusus untuk merawat
pasien yang dalam keadaan kritis. Ruangan ini digambarkan sebagai ruangan yang
penuh stress tidak hanya bagi pasien dan keluarganya, tetapi juga bagi tenaga kesehatan
yang bekerja di ruangan tersebut (Jastremski, 2010). Karena itu bagi perawat dan
tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di ruangan ICU perlu memahami tentang stressor
(penyebab stress) diruangan ini dan juga tentang bagaimana mengatasi stress tersebut.
Ketika merawat pasien kritis perawat dituntut untuk secara seimbang memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional dirinya maupun pasien dan keluarganya. Untuk mencapai
keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana
keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga
dan petugas kesehatan.

Dalam keperawatan, keadaan sehat dan sakit jiwa merupakan suatu rentang yang dinamis
dari kehidupan seseorang. Keadaaan penyakit kritis sangat besar pengaruhnya
terhadap kedinamisan dari rentang sehar sakit jiwa karena dalam keadaan mengalami
penyakit kritis, seseorang mengalami stress yang berat dimana pasien mengalami
kehilangan kesehatan, kehilangan kemandirian, kehilangan rasa nyaman dan rasa
sakit akibat penyakit yang dideritanya. Semua keadaan tersebut bisa memperburuk status
kesehatan mereka. Sebagai seorang perawat kritis, perawat harus mampu mengatasi
berbagai masalah kesehatan pasien termasuk masalah psikososialnya. Perawat tidak boleh
hanya berfokus pada masalah fisik yang dialami pasien. Kegagalan dalam mengatasi
masalah psikososial pasien bisa berdampak pada semakin memburuknya
keadaanpasien karena pasien mungkin akan mengalami kecemasan yang semakin berat
dan menolak pengobatan.
Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing) didefinisikan
sebagai pasien yang berisiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual ataupun potensial yang
mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk menjadi
sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, membutuhkan terapi yang intensif dan asuhan
keperawatan yang teliti (Nurhadi, 2014)
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi
perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat
menimbulkan stress dan dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus
mempunyai pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami
mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau perawatan kritis
selalu mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis, spiritual, secara
komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di ICU membutuhkan asuhan keperawatan
tidak hanya masalah patofisiologi tetapi juga masalah psiko sosial, lingkungan dan keluarga
yang secara erat terkait dengan penyakit fisiknya. (FK Unair, RSUD Dr. Soetomo, 2011)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu psikososial?
2. Apa yang dimaksud dengan keprawatan kritis?
3. Apa yang dimaksud dengan Psikososial Aspek Dari Keperawatan Kritis?
4. Apa saja intervensi dari psikososial keprawatan kritis?
5. Apa saja aspek psikososial keperawatan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian psikososial
2. Mengetahui keprawatan kritis
3. Mengetahui psikososisal aspek dari keprawatan kritis
4. Mengetahui intervensi dari psikososial keprawatan kritis
5. Mengetahui aspek psikosial keprawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
1. Psikosisial
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial
adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik,
sebagai akibat terjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori
kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa
kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori
tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego
adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,
perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita
dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah
alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress, tidak hanya
bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman yang baik tentang stres
dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada unit keperawatan kritis. Pemahaman ini
dapat memungkinkan perawat untuk mengurangi efek destruktif stress dan meningkatkan
potensi positif dari stress baik pada pasien dan dirinya sendiri.

a.Stress

Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami
individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan
(Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu fenomena komplek, dimana
sekumpulan komponen saling berinteraksi dan bekerja serentak. Ketika sesuatu hal
mengubah satu komponen subsistem, maka keseluruhan sistem dapat terpengaruh. Jika
tuntutan untuk berubah menyebabkan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada sistem,
maka terjadilah stress. Individu kemudian memobilisasi sumber-sumber koping untuk
mengatasi stress dan mengembalikan keseimbangan. Idealnya, stress bergabung dengan
perilaku koping yang tepat akan mendorong suatu perubahan positif pada individu. Ketika
stress melebihi kemampuan koping seseorang, maka potensi untuk menjadi krisis dapat
terjadi.

b. Stressor

Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan
berakibat pada terjadinya fenomena stress (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Sumber
stressor dapat berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau masyarakat. Stressor
biofisik antara lain organisme infeksius, proses penyakit atau nutrisi yang buruk. Sedangkan
contoh stressor psikososial adalah harga diri yang rendah, masalah hubungan interpersonal,
dan krisis perkembangan. Stressor ini berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi
ekonomi polusi dan teknologi tinggi.Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung
pada persepsinya tentang stressor dan sumber kopingnya. Stress juga merupakan
tambahan (additive). Jika seseorang mendapat serangan stressor yang multipel, maka
respon stress akan lebih hebat.

c.Respon stres

Rspon stress dapat diinduksi oleh stressor biofisik, psikososial atau stressor social. Hans
Selye dalam Emanuelsen & Rosenlicht (1986) mengemukakan temuanya tentang stress
kedalam suatu model stress yang disebut general adaptation syndrome (GAS). GAS terdiri
atas 3 tahap yaitu (a) alarm respon, (b) stage of resistance dan stage of exhaustion.

- Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai oleh respon cepat, singkat,
melindungi/memelihara kehidupan dimana merupakan aktivitas total dari system saraf
simpatis. Tahap ini sering disebut dengan istilah menyerang atau lari (fight-or-flight
response).

- Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana tubuh beradaptasi terhadap


ketidakseimbangan yang disebabkan oleh stressor. Tubuh bertahan pada tahap ini sampai
stressor yang membahayakan hilang dan tubuh mampu kembali kekeadaan homeostasis.
Jika semua energi tubuh tubuhnya digunakan untuk koping, maka dapat terjadi tahap yang
ketiga yaitu tahap kelelahan.

- Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk koping, maka tubuh
mengalami kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit fisik, gangguan psikososial dan
kematian.

d.Klien

Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah menderita akibat
stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya. Konsekuensinya, perawat yang
melakukan asuhan keperawatan pada unit keperawatan kritis didesign untuk memelihara
atau mengembalikan semua fungsi fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu
oleh keadaan sakitnya.

e. Respon psikososial

Respon psikososial klien terhadap pengalaman keperawatan kritis mungkin dimediasi oleh
fenomena internal seperti keadaan emosional dan mekanisme koping atau oleh fenomena
eksternal seperti kuantitas dan kualitas stimulasi lingkungan.

- Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat mudah dipahami jika


menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari kematian. Klien
dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi emosional yang dapat diprediksi dimana
mempunyai cirri-ciri yang umum, berkaitan dengan sakitnya. Takut dan kecemasan secara
umum adalah reaksi pertama yang tampak. Klien mungkin mengalami nyeri yang
menakutkan, prosedur yang tidak nyaman, mutilasi tubuh, kehilangan kendali, dan/atau
meninggal.
- Depresi seringkali muncul setelah takut dan kecemasan. Depresi seringkali merupakan
respon terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman kehilangan dapat memicu memori
dimasa lalu muncul kembali dengan perasaan sedih yang lebih hebat.

f.Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari maupun tidak
disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang berpotensi mengancam dan
membuat kembali ke dalam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Strategi
koping klien merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas emosional, menguasai
lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan hidup, dan memecahkan masalah yang
ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit. Beberapa contoh perilaku koping adalah humor,
distraksi, bertanya untuk suatu informasi berbicara dengan yang lain tentang
keluhan/perasaan-perasaannya, mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih
disukai, menghadapi masalah dengan dengan melakukan beberapa tindakan, negosiasi
kemungkinan pilihan/alternatif, menurunkan ketegangan dengan minum, makan atau
menggunakan obat, menarik diri, menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri
sendirimenghindar dan berkonsultasi dengan ahli agama.

2. Pasien kritis
Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing) didefinisikan sebagai
pasien yang berisiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual ataupun potensial yang
mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien, semakin besar kemungkinan untuk menjadi
sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, membutuhkan terapi yang intensif dan asuhan
keperawatan yang teliti (Nurhadi, 2014)
B.KEPRAWATAN KRITIS
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam kehidupan.
Secara keilmuan perawatan kritis fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak
stabil. Untuk pasien yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah
“waktu adalah vital”. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan evaluasi
secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari
penyelesaian/jalan keluar.
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan Keperawatan kritis
adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang dihadapkan secara rinci dengan
manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat
kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan
pasien dengan sakit kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal (AACN,
2006). American Association of Critical Care Nurses (AACN, 2012) juga menjelaskan secara
spesifik bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon
manusia terhadap penyakit aktual atau potensial yang mengancam kehidupan. Lingkup
praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien
dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk
pemberian perawatan.
 Prinsip Keperawatan Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat
menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari:
Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif
(ICU) adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih
memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang
disebut unit perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD,
ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi
dapat terjadi secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.
C.PSIKOSOSIAL DARI ASPEK KEPRAWATAN KRITIS
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi
perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat
menimbulkan stress dan dehumanis.
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah psikososial
adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbale balik,
sebagai akibat terjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa.
D.INTERVENSI KEPRAWATAN KRITIS
Bagi perawat emergensi / perawat kritis sangat diperlukan wawancara & intervensi
psikososial sebab disamping umumnya pasien dan keluarga mengalami sakit yang tiba tiba
juga terkadang disertai situasi yang buruk dan penyakit yang berat. Keberhasilan tindakan
ini sangat tergantung pada:

a. Informasi & jawaban yg memuaskan atas permasalahan mereka


b. Jaminan thd kesehatannya
c. Perubahan kearah kesembuhan
d. Harapan keluarga
e. Sikap tenaga keperawatan
f. Frekwensi kontak dng pasien / keluarga
 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pengkajian yg ditekankan pd adanya konflik-konflik nilai, tuntutan emosional,
keterlibatan emosi yg berlebih, kurangbaiknya hubungan interpersonal., pola koping
pasien & keluarga
2. Support ps & kel. Agar koping psikososial efektif dng cara dukungan emosional,
penyediaan informasi, hubungan sosial yg baik dan dukungan fasilitas
3. Perhatian dan sentuhan
Keterlibatan keluarga dalam perawatan dan dukungan emosional path pasien
4. Pemberian informasi yg terus menerus, terus terang ( dng cara yg sesuai ) dan
terorgani

E.ASPEK KEPRAWATAN KRITIS


Dalam sebuah unit keperawatan ada berbagai teknologi canggih dan aplikasi ilmu
psikologi dalam keperawatan yang mengelilinginya, dimana dengan alat-alat tersebut tentu
saja bisa menyelamatkan pasien, khususnya untuk pasien yang ada dalam keadaan kondisi
kritis.

Namun selain itu bisa juga di dalamnya menciptakan suatu lingkungan asing dan
juga mengancam adanya suatu kehidupan. dengan adanya berbagai dukungan psikososial
di sekeliling keperawatan, bisa saja termasuk di dalamnya membantu dalam sisi
keperawatan di dalam rumah sakit dan sebanding dengan penyakit yang dialami oleh pasien
tersebut.
Jika kita artikan secara seksama melalui psikologi keperawatan, psikososial bisa diartikan
sebagai suatu perubahan yang muncul di dalam kehidupan sebuah individu, baik di
dalamnya yang termasuk hal yang sifat psikologik ataupun adanya hubungan sosial yang
terdapat pengaruh hubungan timbal balik.

Ada juga yang mengkaitkannya dengan hubungan masalah kejiawaan yang terjadi di dalam
masyarakat dan tentu saja bisa sangat mempengaruhi hubungan timbal balik, dnegan
adanya suatu perubahan sosial dan juga gejolak sosial di dalam lingkungan masyarakat.

Di dalam keperawatan sendiri, psikososial bisa mencakup kesehatan mental dan juga dari
kesehatan jiwa, dengan psikososial juga dapat membangun emosional dari pasien dan juga
perilaku yang bisa terlihat di dalamnya. diantara 13 aspek psikososial dalam keperawatan
adalah:

1.Peningkatan kepercayaan diri

Dalams ebuah keperawatan ada juga beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya
peningkatan kepercayaan diri tentang kesembuhan pada pasien dan juga kepada yang
merawatnya, dengan aspek tersebut bisa membuat pasien dan juga yang merawatnya
menjadi lebih percaya atas kesembuhan yang akan terjadi pada pasien.

2.Riwayat klien atau pasien

Dari adanya riwayat pasien bisa terlihat dari latar belakaang, dan juga tahap perkembangan
yang terjadi dari penyakit yang sedang dialami, adanya keyakinan budaya dan juga sisi
spiritual dan keyakinan mengenais ehtanya pasien, akan membantu paisen dalam
kesembuhan dan juga dalam sisi keperawatannya. Karena perkembangan kondisi juga
termasuk ke dalam kajian psikososial yang cukup penting termasuk di dalamnya komponen
kesehatan jiwa.

3.Penampilan dan perilaku motoric

Dari sisi perawat biasanya akan melakukan pengkajian dari penampilanpaisen, apakah
sudah sesuai dnegan usia, apakah sesuai dnegan apa yang sudah dikatakan oleh paisen,
dna juga mengani kajian perilaku motoric yang terjadi, sehingga dengan melakukan
pengkajian cara bicara dapat diketahui kualitas dan juga kuantitas dari setiap abnormalitas
yang terdapat di dalamnya.

4.Mood dan juga afek

Yang dimaksud mood disini adalah mengenai hal yang berkaitan di dalamnya status
emosional yang ada pada diri pasien, mood juga memiliki peranan yang sangat penting
dalam sebuah aspek psikososialuntuk efek sendiri adalah ekspresi dari status emosional
dari terlihatnya klien.

5.Proses berfikir

Dari proses berfikir ini bisa berhubungan dengan bagaimana cara klien tersebut berfikir.
Proses piker ini juga bisa disimpulkan dari cara klien tersebut mengutarakan isi fikirannya
dari cara bicara, dengan isi piker juga bisa terlihat dari ucapan klien yang memang
sebenarnya, untuk perawat sendiri bisa menyimpulkan apakah hal-hal yang dikatakan oleh
klien tersebut benar adanya ataukah tidak. Dan juga apakah adanya keterkaitan antara ide
yang bisa disampaikan dan berkaitan satu sama lainnya.

6.Proses intelektual

Adanya orientasi pengenaan pada pasien, tempat dan juga waktu mampu mengetahui tahun
yang benar, dan dari terdapatnya sebuah informasi mengenai tempat dan juga waktu, yang
di dalamnya biasa disebut sevagai terorinterasi.

7.Keterlibatan keluarga

Dengan adanya keterlibatan keluarga ini juga mamou melibatkan keluarga dalam melakukan
keperawatan, dan sehingga bisa mennetukan dari sumber fisik, psikososial dan juga dari
pendidikan dari adanya pelayanan kesehatan yang ada, selain itu juga dapat menentukan
dari adanya ketergantungan pasien pada keluarga yang mellaui umur dan juga penyakit.

8.Kecemasan

Kecemasan bisa dikatakans ebagai salah satu aspek dari psikososial keperawatan, dimana
dalam suatu kecemasan terdapat suatu perasaan yang tidak santai, ada juga rasa
ketidaknyamanan, perasaan takut yang bisa diikuti degan suatu respon dengan suatu
antisipasi bahaya.

9.Kepanikan

Dalam suatu tingkatan kepanikan bisa berhubungan dengan sesuatu ketakutan dna terror di
dlaamnya, rinciannya sendiri bisa kita lihat dari kemampuan seseorang dalam melakukan
sesuatu hal. Sikap panic juga bisa memperlihatkan suatu kepribadian dari siis keperawatan.
Di dalamnya juga bisa terjadi suatu peningkatan aktovitas motoric. Dan juga persepsi yang
menyimpan.

10.Hubungan social

Hubungan social juga disebut dengan kehdiupan klien, dimana tempat mengadu saat
bicara, tempat meminta bantuan dan juga adanya dukungan mateual maupun nin material,
dnegan adanya hubungan kelompok social ii juga bisa melaihat sejauh mana adanya
perkembangan dari keperawatan pasien.

11.Pertimbangan fisiologis.

Dalam sisi psikososial, perawat diharuskan untuk menyertakan adanya fungsi fisiologis,
meskipun di dalamnya terdapat pengkajian kesehatan fisik dan juga mengenai hal yang
tidak dapat diindikasikan, seperti di dalamnya mengenai hubungan emosional, pola atur
makan, pola tidur dan hal lainnya.

12.Sikap dan juga pendekatan perawat

Dari sisi psikososial hal ini tentu bisa sangat mempengaruhi dari adanya pendekatan pada
perawat, sehingga harus dilakukan pendekatan agar tidak terjadi ketidaknyamanan diantara
perawat dan juga dari sisi klien atau pasien., sehinga akan terdapat informasi yang
tersampaikan dengan jelas.
13.Interaksi

Interaksi memang harus dilakuka dan merupakan elemen yang sangat penting dalam aspek
psikososial, karena dengan interaksi yang baik akan terjalin juga hubungan social yang utuh
dan nyaman dari sisi perawat dan juga klien.Dalam secara keseluruhannya manusia
merupakan mahlukpsikososial yang bisa menerapkan secara unik tentang sebuah sistem
bagaimana cara melakukan interaksi yang baik, dalam hal ini juga manusia bisa dan mampu
mepertahankan dengan melakukan keseimbangan di dalam hidupnya, adanya
keseimbangan tersebut juga bisa melakukan penyesuaian diri dari lingkungannya, namun
jika terjadi pada seseorang yang skait, dan orang tersebut gagal dalam melakukan
pertahanan keseimbangan untuk dirinya malah akan sulit melakukan keseimbangan dengan
lingkungan.Sehingga memang harus dilakukan cara agar aspek aspek yang ada di dalam
psikososial ini bisa terjalin dengan baik diantara perawat dan juga pasien. termasuk adanya
peran psikologi dalam keperawatan yang snagat penting,
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien – pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien – pasien yang sedang mengalami
keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang mana pasien sangat
beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang
cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan yang serius pula dari perawat dan
tenaga kesehatan lain yang merawatanya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
kritis ini, perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik
serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

 Barr W.J. & Bush H.A.(1998). Four factors of nurse caring in the ICU.
 Dimensions ofCritical Care Nursing,17(4), 214-223
Cornock M (1998).
 Stress and the intensive care patient: Perceptions of patients and nurses.
nd Nursing, 27,18.Davis-Martin S (1994).
 Perceived needs of families of long-term critical care patients: A briefreport.Heart Lung
, 23, 515Dyson M. (1996).
 Modern critical care unit design: Nursing implications in modern criticalcare unit design.
Nursing Critical Care1,194
 Emanuelsen, K.L. & Rosenlicht, J.McQ. (1986). Handbook of critical care nursing. New
York: A Wiley Medical Publication.
 file:///C:/Users/user.user-PC/Downloads/FILOSOFI%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai