Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR CURIS DEXTRA

Disusun Oleh :

Nama : Nur amalina

NIM : 72020040078

Prodi : Profesi Ners

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020 / 2010
A. PENGERTIAN

Fraktur atau patah tulang adalah kondisi dimana kontinuitas jaringan


tulang atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang
disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis (Smeltzer & Bare, 2013).
Fraktur curis dextra adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang
bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah
pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, dan dapat
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (Smeltzer & Bare, 2013).
Ankle Fraktur adalah terjadi saat terdapat satu atau lebih tulang yang
patah pada persendian pergelangan kaki (Smeltzer & Bare, 2013).

B. ETIOLOGI
Menurut Helmi (2012) hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
adalah :
1. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat
yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
2. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
3. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

C. TANDA DAN GEJALA/MANIFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala terjadinya fraktur menurut Black dan Hawks (2014)
antara lain:
a. Deformitas Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan
deformitas pada lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan
pemendekan tungkai, deformitas rotasional, atau angulasi.
Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas
yang nyata.
b. Pembengkakan Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari
akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke
jaringan sekitar.
c. Memar Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
d. Spasme otot Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
mengiringi fraktur, intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda
pada masing-masing klien. Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat
jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen
fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
f. Ketegangan Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera
yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang
disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi pengungkit lengan pada
tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi Manifestasi ini terjadi karena gerakan
dari bagian tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan
saraf perifer atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat
mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi pada
daerah distal dari fraktur
j. Syok Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar
atau tersembunyi dapat menyebabkan syok.
D. PATHOFISIOLOGI
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
mungkin hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti
tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkepingkeping. Saat terjadi
fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat
mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot
yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser
tulang besar, seperti femur. Walaupun 10 bagian proksimal dari tulang patah
tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena faktor
penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat
bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa
segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah. Selain itu,
periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang yang
patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi cedera
jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera
pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi
diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang
disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang
hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi,
eksudasi plasma dan leukosit. Respon patofisiologis juga merupakan tahap
penyembuhan tulang.
E. PATHWAY

Cidera

Kecelakaan, Trauma, Terjatuh, Osteoporosis

Fraktur

Merusak Jaringan Lunak

Fraktur Terbuka Fraktur Tertutup

Nyeri
Post Operasi Adanya Luka

Gangguan Rasa Nyaman Gangguan Resiko Perdarahan


Aktivitas

Hambatan
Terapi Terapi Resiko
ResikoInfeksi
Infeksi
Mobilitas
Farmakologi Nonfarmakologi Fisik
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut (NIC NOC, 2015) :
a. X-ray, menentukan lokasi/luasnya fraktur.
b. Scan tulang, memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
d. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada pendarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap
peradangan. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, tranfusi atau cidera hati.
e. Kretinin trauma otot meningkatkan kreatinin untuk klirens ginjal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Muttaqin (2013) konsep dasar penatalaksanaan fraktur yaitu:
a. Fraktur terbuka. Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi
kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam
waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap
dilakukan: Pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau debridement,
hecting situasi dan pemberian antibiotik.
b. Seluruh fraktur. Rekognisi (Pengenalan). Riwayat kejadian harus jelas
untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
i. Reduksi (Reposisi) terbuka dengan fiksasi interna (Open Reduction
and Internal Fixation/ORIF). Merupakan upaya untuk memanipulasi
fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimum.
Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis.
ii. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna (Open Reduction and
Enternal Fixation/ORIF), digunakan untuk mengobati patah tulang
terbuka yang melibatkan kerusakan jaringan lunak. Ekstremitas
dipertahankan sementara dengan gips, bidai atau alat lain. Alat
imobilisasi ini akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas
untuk penyembuhan tulang. Alat ini akan memberikan dukungan
yang stabil bagi fraktur comminuted (hancur dan remuk) sementara
jaringan lunak yang hancur dapat ditangani dengan aktif (Smeltzer &
Bare, 2013).
iii. Retensi (Immobilisasi). Upaya yang dilakukan untuk menahan
fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi, atau di
pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips,
atau fiksatoreksternal. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi
internal yang berperan sebagia bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.
iv. Graf tulang, yaitu penggantian jaringan tulang untuk menstabilkan
sendi, mengisi defek atau perangsangan dalam proses penyembuhan.
Tipe graf yang digunakan tergantung pada lokasi yang terkena,
kondisi tulang, dan jumlah tulang yang hilang akibat cidera. Graft
tulang dapat berasal dari tulang pasien sendiri (autograft) atau tulang
dari tissue bank (allograft) (Smeltzer & Bare, 2013)
v. Rehabilitasi adalah upaya menghindari atropi dan kontraktur dengan
fisioterapi. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai
kebutuhan. Status neurovaskuler (missal: Pengkajian peredaran
darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah orthopedi
diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan
berbagai pendekatan (misalnya: menyakinkan, perubahan posisi,
stageri peredaan nyeri, termasuk analgetik). Latihan isometric dan
setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup
sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan
harga diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan
sesuai batasan terapeutik

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (POLA FUNSI KESEHATAN)
Menurut Virginia Henderson
a. Pola Pernafasan
Sebelum sakit : mengkaji pasien sesak nafas atau tidak ada gangguan
Selama sakit : mengkaji pasien sesak nafas atautidak ada gangguan
dengan menggunakan alat bantu atau tidak dantidak ada sputum atau
tidak warna sputum
b. Kebutuhan Nutrisi
Sebelum sakit : kaji pola makan, frekuensi, jenis nafsu makan dan mual
muntah kaji pola asupan cairan pola minum ,frekuensi, jenis
Selama sakit : kaji pola makan, frekuensi, jenis nafsu makan dan mual
muntah menurun pola makan, dietnya kaji pola asupan cairan pola minum
,frekuensi, jenis
c. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : kaji BAB (frekuensi/berapa kali BAB) dan BAK
Selama sakit : kaji BAB (frekuensi,/ berapa kali BAB sehari dan BAK
(frekuensi/berapa kali sehari)
d. Kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit kaji lama pasien tidur, nyenyak atau tidak
Selama sakit kaji lama pasien tidur, nyenyak atau tidak terbangun jika ada
sesak nafas atau tidak
e. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit kaji riwayat nyeri/merasa aman
Selama sakit kaji riwayat nyeri dengan PQRST , keluar keringat, wajah
menahan nyeri atau tidak
f. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit kaji riwayat penampilan pasien selalu rapi atau tidak
Selama sakit kaji riwayat penampilan pasien rapi atau tidak
g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi
Sebelum sakit kaji riwayat penyembuhan luka , nyeri dada, volume nadi
dan taki kardi
Selama sakit kaji riwayat penyembuhan luka , nyeri dada, volume nadi
,taki kardi dan terlihat pucat
h. Kebutuhan personal hygiene
Sebelum sakit kaji penyelesaian masalahnya dan penampilan yang rapi
atau tidak
Selama sakit kaji penyelesaian masalahnya dan penampilan yang rapi atau
tidak
i. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum sakit kaji riwayat pergerakan ekstermitas atas dan ekstermitas
bawah
Selama sakit kaji riwayat pergerakan ekstermitas atas dan ekstermitas
bawah
j. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain
Sebelum sakit kaji riwayat berkomunikasi dengan keluarga ataupun orang
lain berhubungan baik ataupun jauh dari lingkungan
Selama sakit kaji riwayat berkomunikasi dengan keluarga ataupun orang
lain berhubungan baik ataupun jauh dari lingkungan
k. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit kaji riwayat spiritual pasien misal ibadah atau yang lainnya
Selama sakit kaji riwayat spiritual pasien misal ibadah atau yang lainnya
l. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit kaji riwayat pekerjaan pasien
Selama sakit kaji riwayat pekerjaan apakah masih bekerja ketika sakit
atau tidak
m. Kebutuhan bermain dan berekreasi
Sebelum sakit kaji riwayat pasien mengenai rekreasi dengan keluarga
ataupun lingkungan sekitar
Selama sakit kaji riwayat pasien mengenai rekreasi dengan keluarga
ataupun lingkungan sekitar selama pasien sakit seperti sekarang
n. Kebutuhan belajar
Selama sakit kaji riwayat belajar pasien
Selama sakit kaji riwayat belajar pasien

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri Akut berdasarkan Agen Cidera Fisik
(Domain 12 Kenyamanan Kelas 1 Kenyamanan Fisik Kode 00132 Hal
445)
2) Hambatan Mobilitas Fisik berdasarkan Nyeri
(Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 2 Aktivitas/Olahraga Kode 00085
Hal 217)
3) Resiko Infeksi berdasarkan Prosedur Invasif
(Domain 11 Keamanan/Perlindungan Kelas 1 Infeksi Kode 00004 Hal
382)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Hari/TG DX Tujuan dan Kriteria Intervensi
o L Jam KEP Hasil
1. 1 Setelah diberikan O : Monitor kepuasan
asuhan keperawatan pasien terhadap
diharapkan nyeri akut manajemen nyeri dalam
berkurang dengan interval yang spesifik
kriteria hasil: N : Lakukan pengkajian
1. Mengenali kapan nyeri komprehensif yang
nyeri terjadi meliputi lokasi,
2. Menggambarkan karakteristik, onset/
factor penyebab durasi, frekuensi,
3. Menggunakan kualitas, intensitas atau
tindakan beratnya nyeri dan faktor
pengurangan nyeri pencetus
tanpa analgesik E : Ajarkan penggunaan
(Domain 1605, Hal teknik nonfarmakologi
247) (seperti Teknik relaksasi)
C : Informasikan
mengenai pemberian
analgetik
(Domain 1400. Hal 198)

2. 2 Setelah diberikan O : Monitor penggunaan


asuhan keperawatan kruk pasien atau alat
diharapkan hambatan bantu berjalan lainnya
mobilitas fisik N : Bantu pasien untuk
berkurang dengan menggunakan alas kaki
kriteria hasil: yang memfasilitasi
1. Berjalan dengan pasien untuk berjalan dan
langkah yang mencegah cedera
efektif E : Instruksikan pasien/
2. Berjalan dengan caregiver mengenai
pelan pemindahan dan teknik
3. Berjalan ambulasi yang aman
mengelilingi kamar C : Konsultasikan pada
(Domain 0200. Hal ahli terapi fisik mengenai
75) rencana ambulasi
(Domain 0221. Hal 438)

3. 3 Setelah diberikan O : Monitor adanya tanda


asuhan keperawatan dan gejala infeksi
diharapkan risiko sistemik dan lokal
infeksi tidak ada N : Periksa kulit dan
dengan kriteria hasil: selaput lendir untuk
1. Mengidentifikasi adanya kemerahan,
faktor risiko kehangatan ekstrim, atau
infeksi drainase
2. Mengenali faktor E : Ajarkan pasien dan
risiko individu keluarga mengenai tanda
terkait infeksi dan gejala infeksi dan
3. Mengetahui kapan harus
konsekuensi terkait melaporkannya kepada
infeksi pemberi layanan
kesehatan
(Domain 1924. Hal C : Lapor dugaan infeksi
267) pada personil pengendali
infeksi

(Domain 6550. Hal 398)


4. PENGGUNAAN REFERENSI
Smeltzer, s.c & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
Black, J, M. & Hawks, J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diterapkan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gnagguan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • LK Fraktur
    LK Fraktur
    Dokumen13 halaman
    LK Fraktur
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • LK Fraktur
    LK Fraktur
    Dokumen18 halaman
    LK Fraktur
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • (Correct Answer) : A. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
    (Correct Answer) : A. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
    Dokumen45 halaman
    (Correct Answer) : A. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Revisi CKD
    Revisi CKD
    Dokumen5 halaman
    Revisi CKD
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Gerontik - Bedah Soal
    Gerontik - Bedah Soal
    Dokumen3 halaman
    Gerontik - Bedah Soal
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Hasil To Keperawatan - Mahakarya
    Hasil To Keperawatan - Mahakarya
    Dokumen168 halaman
    Hasil To Keperawatan - Mahakarya
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Post Partum Spontan
    Post Partum Spontan
    Dokumen13 halaman
    Post Partum Spontan
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • LP Isos 1
    LP Isos 1
    Dokumen24 halaman
    LP Isos 1
    Yusi Lindya
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen29 halaman
    Chapter II
    Retnosari
    Belum ada peringkat
  • LK CKD New
    LK CKD New
    Dokumen14 halaman
    LK CKD New
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Dokumen31 halaman
    LP Anemia
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Bedah Soal Anak
    Bedah Soal Anak
    Dokumen36 halaman
    Bedah Soal Anak
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • LP CKD
    LP CKD
    Dokumen13 halaman
    LP CKD
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • LP Waham
    LP Waham
    Dokumen16 halaman
    LP Waham
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen13 halaman
    LP Fraktur
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Academia
    Academia
    Dokumen12 halaman
    Academia
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Pathway CKD
    Pathway CKD
    Dokumen1 halaman
    Pathway CKD
    Endah Kusuma Wardani
    Belum ada peringkat
  • LP Abses Mandibula
    LP Abses Mandibula
    Dokumen6 halaman
    LP Abses Mandibula
    Nanang Ilham Setyaji
    100% (4)
  • Pengkajian Lansia
    Pengkajian Lansia
    Dokumen11 halaman
    Pengkajian Lansia
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Tools RJP
    Tools RJP
    Dokumen1 halaman
    Tools RJP
    Aji Pangestu
    Belum ada peringkat
  • Hirarki
    Hirarki
    Dokumen21 halaman
    Hirarki
    anon_749298530
    100% (1)
  • Post Converent DINA
    Post Converent DINA
    Dokumen1 halaman
    Post Converent DINA
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Tools Trauma Servikal
    Tools Trauma Servikal
    Dokumen2 halaman
    Tools Trauma Servikal
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Pathway CKD
    Pathway CKD
    Dokumen1 halaman
    Pathway CKD
    Endah Kusuma Wardani
    Belum ada peringkat
  • Skenario Ronde Keperawatan
    Skenario Ronde Keperawatan
    Dokumen4 halaman
    Skenario Ronde Keperawatan
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Tool SPMSQ
    Tool SPMSQ
    Dokumen2 halaman
    Tool SPMSQ
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Tools Mmse
    Tools Mmse
    Dokumen2 halaman
    Tools Mmse
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Tool Bartel Indeks
    Tool Bartel Indeks
    Dokumen2 halaman
    Tool Bartel Indeks
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Academia
    Academia
    Dokumen12 halaman
    Academia
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat
  • Idk 1
    Idk 1
    Dokumen252 halaman
    Idk 1
    Viola Lastania
    Belum ada peringkat