Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

1. Anatomi dan Fisiologi Alveoli


Setiap alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh
dinding yang tipis, yang memisahkan satu alveolus dengan yang lainnya dan
dari kapiler didekatnya Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar.
Alveoli Terdiri atas 3 tipe, yaitu :
a. Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveoli
b. Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara
metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
c. Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
Dinding ini terdiri atas satu lapis epitel sekuamosa. Diantara sel epitel
terdapat sel-sel khusus yang menyekresi surfaktan dapat mengurangi resistensi
dan tegangan permukaan terhadap pengembangan pada waktu inspirasi dan
mencegah kolaps pada alveolus waktu ekspirasi.
Fungsi alveoli, yaitu :
a. Merupakan unit fungsional paru-paru
b. Tempat pertukaran gas
c. Paru-paru terdiri dari 300 juta alveoli dan 250 juta kapiler

2. Definisi
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam
paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan
Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita”, disebutkan
bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4).
Bronchopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Bennete, 2013).
Bronchopneomonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak. Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Bradley, et al, 2011).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitrnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2001).

3. Etiologi
Penyebab pneumonia bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
infeksi dengan sumber utama: bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan senyawa
kimia maupun partikel.
a. Pneumonia oleh Bakteri
Heiskansen et.al (1997) menjelaskan bahwa “S. pneumoniae adalah
jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak di semua umur
berdasarkan komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. pneumoniae dan
Chlamydia pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia pada anak di
atas umur 5 tahun.” Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua,
atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pneumonia yang dipicu
bakteri bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi sampai usia lanjut. Pada
pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit
gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golongan
yang paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan
terinnfeksi penyakit ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa S.pneumoniae diidentifikasikan
sebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43
pasien (79%). S.pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering
ditemukan pada pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara
usia dan kemungkinan jenis darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986).
b. Pneumonia oleh Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian atas
(terutama pada anak). Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak
berat dan dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influensa, gangguan ini masuk ke dalam tingkatan
berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru
akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi
cairan.
c. Pneumonia oleh Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri walaupun memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas.
Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak
pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan pada
orang yang tidak menjalani pengobatan.
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila
dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu,
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini
sering disebut Atypical Pneumonia ‘pneumonia yang tidak
tipikal’.Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II.
d. Pneumonia jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh
masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis
Carinii Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah salah
satu contoh dari pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal
serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP dapat diobati pada
banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan
kemudian. Rickettsia (golongan antara virus dan bakteri yang menyebabkan
demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis) juga
mengganggu fungsi paru.

4. Pathofisiologi dan WOC


Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif
yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas
bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada
keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella,
campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi
akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi dan terdiri dari
a. Susunan anatomis rongga hidung
b. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬
ret fiat yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
d. Refleks batuk
e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
g. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬
noglobulin A (IgA)
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang
atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang
mem¬pengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun,
misal¬nya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, faktor
iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.
5. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia antara lain:
a. Pneumonia Lobaris
Penyakit pneumonia dimana seluruh lobus ( biasanya 1 lobus ) terkena
infeksi scara difusi. Penyebabnya adalah streptococcus pneumonia. Lesinya
yaitu bakteri yang dihasilkannya menyebar merata ke seluruh lobus.
b. Bronchopneumonia
Pada Bronchopneumonia terdapat kelompok-kelompok infeksi pada
seluruh jaringan pulmo dengan “multiple focl infection” yang terdistibusi
berdasarkan tempat dimana gerombolan bakteri dan debrisnya tersangkut di
bronchus. Penyebab utamanya adalah obstruksi bronchus oleh mukus dan
aspirasi isi lambung lalu bakteri terperangkap disana kemudian
memperbanyak diri dan terjadi infeksi pada pulmo. Bronchopneumonia
terbagi menjadi 2 subtipe, yakni:
1) Pneumonia Aspirasi
Mekanisme infeksi terjadi saat partikel-partikel udara membawa
bakteri masuk ke paru-paru. Banyak terjadi pada pasien-pasien post
operasi dan pasien-pasien dengan kondisi yang lemah.
2) Pneumonia Intertitialis
Reaksi inflamasi melibatkan dinding alveoli dengan eksudat yang
relatif sedikit dan sel-sel lekosit poli-morfo-nuklear dalam jumlah yang
relatif sedikit. Pneumonia intertitialis biasanya ada kaitannya dengan
infeksi saluran pernapasan atas. Penyebabnya adalah virus ( influenza A
dan B, respiratory syncytial virus, dan rhino virus ) dan mycoplasma
pneumonia.

6. Manifestasi Klinis
Menurut Wahab (2000: 884, dalam skripsi Annisa Rizkianti) menyebutkan
gambaran klinis pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran cuping
hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing). Rizkianti menambahkan
bahwa penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan ciri-ciri
adanya demam, batuk disertai nafas cepat (takipnea) atau nafas cepat.
Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status
imunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi gejala
umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal.
Manifestasi klinis dari bronkopneumonia adalah antara lain:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8°C sampai 41,1°C, delirium
e. Diaforesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Cyanosis
1) Area sirkumoral
2) Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

7. Penatalaksanaan
a. Indikasi MRS :
1) Ada kesukaran nafas, toksis
2) Sianosis
3) Umur kurang 6 bulan
4) Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema
5) Diduga infeksi oleh Stafilokokus
6) Imunokompromais
7) Perawatan di rumah kurang baik
8) Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral
b. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor
dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan
ventilasi mekanik
c. Mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres
d. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan
parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status
hidrasi
e. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui
selang nasogastrik
f. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
g. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi
h. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan
dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila
tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai
anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan
klinis penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab :
1) Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral
2) Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14 hari
Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung
bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid
jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus
segera dimulai saat tanda awal pneumonia didapatkan dengan pilihan
antibiotik : sefalosporin generasi 3.
Dapat dipertimbangkan juga pemberian :
a) Kotrimoksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii
b) Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV
c) Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada
pneumonia karena jamur
d) Imunoglobulin
i. Vaksin
Saat ini ada 2 jenis vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumococcal
conjugate (PCV13) dan vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV). Berikut
tahap pemberian vaksin :
1) Bayi dan Anak di bawah Usia 2 Tahun
a) PCV13 secara rutin diberikan kepada bayi sebagai rangkaian 4 dosis,
satu dosis di setiap usia: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 12 sampai
15 bulan. Anak-anak yang kehilangan tembakan mereka atau memulai
seri nanti masih harus mendapatkan vaksin.
b) Jumlah dosis yang dianjurkan dan interval antara dosis akan
tergantung pada usia anak saat vaksinasi dimulai.
2) Anak-anak usia 2 sampai 5 Tahun
Sehat anak-anak 24 bulan sampai 4 tahun yang tidak divaksinasi atau
belum menyelesaikan seri PCV13 harus mendapatkan 1 dosis. Anak-anak
24 bulan sampai 5 tahun dengan kondisi medis seperti berikut ini harus
mendapatkan 1 atau 2 dosis PCV13 jika mereka belum menyelesaikan
seri 4-dosis. Tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk rincian
penyakit sel sabit, limpa limpa rusak atau tidak,koklea implan, cairan
cerebrospinal (CSF) kebocoran,HIV / AIDS atau penyakit lain yang
mempengaruhi sistem kekebalan (seperti diabetes, kanker, atau penyakit
hati), kronis jantung atau penyakit paru-paru, atau anak-anak yang
memakai obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti
kemoterapi atau steroid.
3) Anak-anak usia 6 sampai 18 Tahun
Dosis tunggal PCV13 dapat diberikan kepada anak-anak 6 sampai 18
tahun dengan kondisi medis tertentu (misalnya, penyakit sel sabit, infeksi
HIV, atau kondisi immunocompromising lainnya, implan koklea, atau
kebocoran cairan serebrospinal), terlepas dari apakah mereka sebelumnya
telah menerima vaksin pneumokokus. Tanyakan pada penyedia layanan
kesehatan untuk rincian. PCV dapat diberikan pada waktu yang sama
dengan vaksin lainnya.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long,
1996 : 435).
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435).
d. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

9. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

10. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan paktor resiko
terhadap kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1) Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT
sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3,dan 4 bulan.
2) Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan asi pada bayi
neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
3) Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan
polusi diluar ruangan.
4) Mengurangi kepadatan hunian rumah.
b. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas
penyakit, menghindari komplikasi dan mengurangi ketidak mampua. Upaya
yang dapat dilakukan antara lain:
1) Pneumonia berat: dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral
dan penambahan oksigen.
2) Pneumonia :diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau
ampisilin.
3) Bukan pneumonia : perawatan di rumah saja, tidak diberikan terapi
antibiotik, bila demam tinggi berikan parasetamol.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah menjaga agar tidak
munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi
pasien, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan
tingkat ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut
seperti perawatan dan pengobatan. Upaya yang dilakukan berupa:
1) Melakukan perawtan yang ekstra pada pasien dirumah, beri antibiotik
selama 5 hari, anjurkan untuk tetap kontrol bila keadaan buruk.
2) Bila pasien bertambah parah, maka segera dibawa ke sarana kesehatan
terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan
kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN
BRONCHOPNEUMONIA

1. Pengkajian
Bronkopneumonia sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bai berusia
kurang dari 2 bulan, tetapi pad usia dewasa juga masih sering mengalami
bronkopneumonia.
a. Keluhan utama : sesak napas
b. Riwayat penyakit
1) Pneumonia virus : ditandai gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk
renitis dan batuk, serta suhu tubuh kurang dari pneumonia bakteri.
2) Pneumonia bakteri : ditandai oleh infeksi saluran pernapasan akut/bawah
dalam beberapa hari hingga seminggu, suhu tubuh meningkat,kesulitan
bernapas.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Sering menderita penyakit pernapasan bagian atas, riwayat penyakit
peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang
disertai wheezing.
d. Pengkajian fisik
1) Inspeksi : perlu diperhatikan adanya takipnea, dyspnea, sianosis
sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
non produktif, serta nyeri dada waktu bernapas, adanya retraksi dada.
2) Palpasi : hati akan membesar, flemitus raba meningkat pada sisi yang
sakit dan mengalami peningkatan denyut nadi.
3) Perkusi : suara redup pada yang sakit.
4) Auskultasi : pada pneumonia akan terdengar stridor suara napas
berjurong, terdengar suara napas tambahan/ronchi, kadang-kadang
terdengar bising gesek pleura.
e. Data fokus
1) Pernapasan
Gejala : takipnea, dyspnea, pernapasan dangkal.
Tanda : bunyi napas ronchi, halus, wajah pucat / sianosis bibir / kulit.
2) Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : penurunan intoleransi aktivitas, letargi.
3) Integritas ego : banyaknya stressor
4) Makanan atau cairan
Gejala : kehilangan napsu makan, mual, muntah.
Tanda : distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering.
5) Nyeri dan kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada, maligna.
Tanda : melindungi area yang sakit.

2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus berlebih d.d sputum dalam
jumlah yang berlebih
b. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d pernapasan cuping hidung
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler d.d
pernapasan cuping hidung
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
d.d kurang minat pada makanan
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d keletihan

3. Intervensi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus berlebih d.d sputum dalam
jumlah yang berlebih
NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 jam bersihan jalan napas
menjadi efektif dengan indikator :
1) Akumulasi sputum dari skala 2 (berat) ke skala 3 (cukup)
2) Suara napas tambahan skala 2 (berat) ke skala 4 (ringan)

NIC :
1) Manajemen Jalan Napas :
a) Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernapas
dalam kepada anak-anak
b) Kelola nebulizer, sebagaimana mestinya
c) Posisikan unuk meringankan sesak napas
2) Monitor Pernapasan
a) Monitor suara napas tambahan seperti ronchi
b) Berikan bantuan terapi napas (nebulizer)
3) Teknik Menenangkan
a) Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
b) Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut
c) Usap dahi pasien
b. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d pernapasan cuping hidung
NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 jam pola napas menjadi
efektif dengan indikator :
1) Frekuensi pernapasan dari skala 3 ke skala 4
2) Pernapasan cuping hidung dari skala 3 (cukp) ke skala 5 (tidak
ada)
NIC :
1) Pemberian obat hidung
a) Ikuti pemberian 5 benar obat
b) Catat riwayat kesehatan dan alergi
c) Bantu pasien ke posisi telentang dengan posisi kepala yang tepat
2) Monitor Tanda-tanda Vital
a) Monitor denyut nadi dan pernapasan sebelum dan sesudah beraktivitas
b) Monitor nada jantung

c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler d.d


pernapasan cuping hidung
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
d.d kurang minat pada makanan
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d keletihan
DAFTAR PUSTAKA

Bulechef, Gloria M., Butcher, Howard K. 2016. Nursing Interventions


Classification (NIC) edisi keenam. Yogyakarta: Mocomedia.
Herdman, T.Heather., Shigemi, Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC.
Kosma, Heiskansen., Tarja., Korppi., Matti., Jokinen., Camilla., et al. 1998.
Etiology of childhood pneumonia: serologic results of a prospective,
population-based study. The Pediatric Infectious Disease Journal Web site:
http://journals.lww.com/pidj/Abstract/1998/11000/Etiology_of_childhood_p
neumonia__serologic_results.4.aspx.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC)
edisi kelima. Yogyakarta: Mocomedia.
Noname. Asuhan Keperawatan pada Bronkopneumonia.
http://stikeskusumahusada.ac.id/images/file/38.pdf.
Pambudi, Riana. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien Bronkopneumonia.
http://repository.ump.ac.id/3978/3/Riana%20Pambudi%20BAB%2011.pdf.
Wall, R. A., P. T. Corrah., D. C. W. Mabey., & B. M. Greenwood. 1986. The
etiology of lobar pneumonia in the Gambia. Pubmed Central Web site:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc/articles/PMC2490896/?page=3.

Anda mungkin juga menyukai