SUPERVISI
PROGRAM IMUNISASI
DI INDONESIA
SUBDIT IMUNISASI
DITJEN PP & PL
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
TAHUN 2006
1
I. Pendahuluan
Program imunisasi dimulai secara nasional sejak tahun 1977 dan secara bertahap berhasil
menurunkan angka kesakitan serta kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Namun cakupan untuk semua antigen belum mengalami peningkatan
yang signifikan dan merata di setiap desa.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan supervisi checklist merupakan salah satu alat
pantau yang digunakan dalam upaya meningkatkan dan memantapkan manajemen
program imunisasi di tingkat operasional bahkan dapat dipakai secara nasional. PWS
mulai dilaksanakan tahun 1987 dan secara nyata sangat berguna untuk memantau
kecenderungan dari pencapaian cakupan program dalam periode tertentu dan dapat
dengan segera melakukan koreksi serta tindak lanjut.
Kegiatan PWS dan supervisi checklist menjadi efektif jika dilakukan bersama dengan
lintas program dan lintas sektor terkait. Namun sayangnya kegiatan PWS pada tahun-
tahun terakhir kurang mendapat perhatian sehingga penurunan cakupan program tidak
diketahui secara dini dan tidak dapat dilakukan koreksi secara cepat dan tepat. Adanya
perubahan system pemerintahan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran kewenangan
dari pusat ke daerah, turut berdampak pada pelaksanaan program termasuk pelaksanaan
supervisi.
Program imunisasi merupakan program yang sangat efektif dan efisien dan terbukti
dengan keberhasilannya mengeradikasi penyakit cacar di dunia. Agar target komitmen
nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi dan reduksi terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dapat dicapai, kegiatan imunisasi perlu terus
ditingkatkan dan dipertahankan baik kuantitas maupun kualitas.
Sehubungan dengan hal di atas perlu dilakukan revitalisasi kegiatan supervisi yang
mencakup antara lain penyesuaian pedoman supervisi, peningkatan kualitas supervisor
dan mekanisme pelaksanaannya serta melembagakan sistim supervisi ini di setiap
jenjang.
Pada tahun 2004 mulai diperkenalkan tentang DQS (Data Quality Self-assessment) di
Indonesia. DQS merupakan salah satu persyaratan negara-negara penerima dana GAVI
untuk meningkatkan kualitas datanya. Pada tahap awal diselenggarakan pelatihan
pendahuluan DQS di Manado, yang melibatkan pengelola program imunisasi dari tingkat
pusat, propinsi (seluruh propinsi di Sulawesi, Jabar dan Jateng) serta beberapa pengelola
imunisasi dari tingkat kabupaten di Sulawesi.
2
Pada tahun 2005 dilanjutkan dengan pelatihan DQS di empat regional Indonesia di
Bandung, Semarang, Serang dan Denpasar. Dengan melibatkan pengelola program
imunisasi dari seluruh propinsi di Indonesia yang belum mengikuti pelatihan DQS
pendahuluan, serta beberapa kabupaten/kota dari propinsi yang menjadi penyelenggara.
Pada tahun 2006 diharapkan semua propinsi di Indonesia sudah melakukan pelatihan
DQS ke kabupaten/kota. Untuk selanjutnya pelaksanaan DQS menjadi kegiatan rutin di
tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang dilakukan setiap tahun.
DQS merupakan alat bantu yang mudah dilaksanakan dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Dan dirancang untuk pengelola Imunisasi pada tingkat nasional, propinsi,
atau kabupaten/kota untuk mengevaluasi aspek-aspek yang berbeda dari sistim
pemantauan program imunisasi di propinsi, kabupaten/kota dan tingkat puskesmas, dalam
rangka untuk menentukan keakuratan laporan imunisasi, dan kualitas dari sistim
pemantauan imunisasi. Sehingga, DQS kemudian dikembangkan untuk diintegrasikan
pelaksanaanya dengan pelaksanaan supervisi agar keakuratan laporan imunisasi, dan
kualitas dari sistim pemantauan imunisasi tetap terjaga. Maka didalam checklist
supervisi juga dimasukkan komponen untuk pemantauan keakuratan data cakupan
imunisasi.
Supervisi merupakan kesempatan yang sangat baik untuk melaksanakan “on the job
training” terhadap petugas di lapangan. Diharapkan dengan supervisi ini, dari waktu ke
waktu, petugas akan menjadi lebih terampil baik segi teknis maupun manajerial.
Supervisi diharapkan akan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas
lapangan.
Hal tersebut dapat dicapai dengan membina hubungan kerja yang baik, melalui prinsip
“KEMITRAAN dan cara FASILITASI” bukan prinsip atasan bawahan, serta memberikan
penghargaan kepada prestasi kerja mereka.
Dewasa ini telah dikembangkan “suportif supervision” (asistensi teknis) yang pada
dasarnya memakai prinsip-prinsip diatas. Supervisi bukan merupakan penilaian tetapi
merupakan pembinaan/fasilitasi dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah
yang dihadapi program meliputi masalah teknis, manajerial, logistik dan lainnya.
Pedoman Supervisi ini merupakan acuan bagi pelaksanaan supervisi di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota secara berjenjang.
3
III. Tujuan Supervisi
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan cakupan dan kualitas program imunisasi.
2. Tujuan Khusus :
III. Metodologi
1. Persiapan supervisi
4
program tersebut, prioritas dapat ditentukan dari kriteria non program, seperti :
daerah sulit, kesulitan kerjasama lintas sector dan lain-lain.
Kemudian buat rencana supervisi berdasarkan hasil analisa diatas dan tentukan
prioritas sesuai sumber daya yang tersedia (tenaga, dana dan waktu).
Membuat jadwal supervisi (tempat ,waktu ,tujuan serta kegiatan)
Memberitahukan rencana supervisi kepada petugas yang akan disupervisi.
Menyiapkan dana dan sarana yang diperlukan untuk supervisi.
Informasikan secepatnya jika ada perubahan jadwal.
Dalam pelaksanaan supervisi, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dan dibina,
meliputi komponen :
Input :
o Rencana kegiatan
o Pedoman, SOP
o Vaksin dan logistik (alat suntik, safety box, rantai vaksin)
o Dana beserta sumbernya
o Ketenagaan
o Komda KIPI / Satgas KIPI
o Formulir pelaporan, register pencatatan dan komputer
o Sistem informasi manajemen imunisasi (SIMI)
o Sarana komunikasi dan transportasi
o Sasaran imunisasi
Proses :
Perencanaan
Pengelolaan dan pelembagaan PWS
Pemetaan (cakupan, daerah sulit, daerah resiko tinggi, sarana pelayanan,
kasus PD3I)
Manajemen pemeliharaan vaksin dan rantai dingin
Pencatatan dan pelaporan
Upaya pencapaian UCI desa
Pelaksanaan kegiatan imunisasi tambahan
Pelaksanaan safety injection
Pemantauan dan penanggulangan KIPI
Pelatihan
Kemitraan
Supervisi
Sosialisasi dan mobilisasi
Review, evaluasi dan umpan balik
Output
5
Cakupan (kelengkapan dan ketepatan)
Grafik dan analisa PWS (cara pembuatan dan contoh PWS terlampir)
Grafik suhu
Hasil supervisi, pelatihan, kemitraan
Pemetaan UCI, Risti Campak, Erapo, MNTE
Laporan dan analisa KIPI
Laporan logistik dan vaksin
Kejadian kekurangan dan kerusakan vaksin dan logistik.
Vaksin wastage
3. Sasaran supervisi
Pelaksana supervisi adalah petugas pusat, provinsi dan kabupaten yang telah
diberikan pembekalan tentang pedoman supervisi. Pada dasarnya semua orang adalah
pemimpin dan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, bekerja
dengan atau melalui orang lain. Hal ini dapat kita sadari dengan memahami definisi
“Kepemimpinan adalah kemampuan membuat keputusan mengenai apa yang harus
dilakukan dan membuat orang lain mau melakukannya”. Menjadi supervisor yang
andal berarti mencapai keberhasilan melalui orang lain atau melibatkan orang
lain.
6
- Mempunyai informasi terkini
- Memahami peran masing-masing
- Memahami kekuatan/potensi masing- masing
- Menjadi terbuka dan tidak saling iri
Seorang supervisor bila melakukan hal-hal di bawah ini maka akan menjadikan
supervisi tidak efektif :
Supervisi tanpa perencanaan, tidak berorientasi “problem solving”, tetapi
dengan motivasi yang bermacam macam
Supervisi “instant”
Supervisi yang mencari “kesalahan”
Supervisi yang “bossy”
Supervisi yg mempermalukan petugas
Supervisi yg mengambil alih tugas petugas, petugas tak pernah meningkat
ketrampilan dan pengetahuannya.
5. Pelaksanaan Supervisi
7
Menemui Kepala Dinas Kesehatan /Kasubdin yang membawahi program
imunisasi untuk menjelaskan maksud dan tujuan supervisi.
Menggali informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Mengajukan pertanyaan tentang aspek yang akan di supervisi, jangan terjebak
dengan hanya pengisian checklist semata. “checklist” berisikan hal-hal
minimal yang harus dipantau baik dari segi kinerja petugas, aspek biaya dan
sarana serta hasil kegiatan.
Mengumpulkan semua bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi
informasi yang ingin didapatkan dan melakukan observasi pada proses
pelaksanaan kegiatan.
Diskusi tentang informasi yang didapat (masalah dan potensi masalah) untuk
bersama-sama mencari solusi pemecahan dan tindak lanjutnya. Gunakan
format rencana tindak lanjut .
Menyampaikan hasil supervisi (debriefing) kepada pimpinan .
Bersama-sama menentukan agenda supervisi yang akan datang.
Masalah yang belum dapat diselesaikan pada saat itu dibawa ketingkat yang
lebih atas untuk dibicarakan dan ditindak lanjuti.
Melaksanakan “on the job training”, juga kegiatan “pasca training”, supaya
petugas dari waktu ke waktu makin mampu & trampil.
Identifikasi masalah, baik teknis maupun manajerial, diskusikan, bersama
sama petugas, analisa sebab dan cari pemecahan masalahnya, buat RTL untuk
“corrective action”
8
6. Check list Supervisi
Check list supervisi merupakan alat bantu dalam melaksanakan supervisi. Check list
berisikan hal-hal minimal yang harus dipantau baik dari segi kinerja petugas, aspek
biaya dan sarana serta hasil kegiatan. Dengan menggunakan check list petugas akan
lebih terarah dalam melaksanakan supervisi.
V. Hasil Supervisi
Pertanyaan dalam check list yang telah terjawab dan direkapitulasi, merupakan
hasil supervisi, disampaikan kepada Kepala Puskesmas untuk kemudian dibuat
kesimpulan dan dibahas bersama tentang rencana tindak lanjut. Satu set tindasan
check list diserahkan kepada Kelapa Puskesmas.
Hasil supervisi harus dibuat secara tertulis yang berisi semua temuan dan
pemecahan masalah serta rencana tindak lanjut yang diperoleh selama supervisi.
Laporan dibuat untuk atasan langsung dan diumpan-balikkan kepada Provinsi,
Kabupaten dan Puskesmas yang disupervisi.
Tindak lanjut untuk memperbaiki pengelolaan program dapat berupa :
o tindak lanjut langsung yang merupakan saran / tindakan yang dapat
diselesaikan pada saat supervise.
o tindak lanjut tidak langsung untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diatasi pada saat supervisi. Masalah ini harus diagendakan oleh supervisor
untuk diselesaikan pada tingkat diatasnya.
Dari hasil supervisi dapat ditentukan kategori status wilayah administrasi yang
disupervisi, seperti : baik, kurang, cukup dan jelek. Berdasarkan analisa
cakupan dan kecenderungannya. Status baik, bila cakupan telah berada diatas
target dan kecenderungan cakupan naik atau tetap. Status kurang, bila cakupan
telah berada diatas target dan kecenderungan cakupan menurun. Status cukup,
bila cakupan berada dibawah target dan kecenderungan cakupan naik. Dan
status dinyatakan jelek, bila cakupan berada dibawah target dan kecenderungan
cakupan turun atau tetap.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat dibuat strategi rencana tindak lanjut. Dapat
dilihat pada lampiran, tabel Strategi Tindak Lanjut Berdasarkan Kriteria Status
Cakupan.
Hasil supervisi dibahas dalam pertemuan bulanan di Puskesmas,
Kabupaten/Kota atau Propinsi.
Perbaikan hasil supervisi dapat menunjukkan indikasi perbaikan
performance/kinerja petugas atau program.
Hasil supervisi dapat disampaikan dalam rapat koordinasi dengan pemerintah
daerah dan menjadi bahan advokasi.
9
Lampiran
Untuk membuat PWS perlu tersedia data-data cakupan imunisasi dari tiap desa.
Data dikumpulkan / diolah dari buku rekapitulasi Puskesmas (Buku Biru) dan
dikelompokkan ke dalam format pengolahan data PWS tiap desa / kelurahan,
sebagai berikut :
Cakupan DPT 1
Desa Sasaran Januari Februari dst….
Jml % Jml % Kum %
Jumlah
10
TT 1, TT 2, TT3, TT4, TT5
DO DPT 1 – Campak
DPT/HB1, DPT/HB2, DPT/HB3 (untuk propinsi yang sudah melaksanakan)
2. Membuat Grafik
a. Judul Grafik
Topik : % cakupan imunisasi……………..
Waktu : Januari, Febr, Mart, dst, Tahun …………….
Tempat : Puskesmas …………………………..
d. Kolom Vertikal
Target bulanan dan target satu tahun sesuai dengan antigen
c. Baris Horizontal
% kumulatif cakupan tiap desa adalah cakupan Januari s/d bulan pada waktu
PWS dibuat
% bulan ini adalah cakupan waktu dibuat PWS
% bulan lalu adalah cakupan satu bulan lalu
Trend : bila cakupan bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu
Trend : bila cakupan bulan ini lebih rendah dari bulan lalu
Ranking desa : diurut dari desa dengan cakupan yang paling tinggi ke cakupan
yang paling rendah.
11
Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisa PWS harus
diikuti dengan tindak lanjut. Dari grafik PWS perdesa akan terlihat dan dapat
dianalisa cakupan dan kecenderungan dari masing-masing jenis imunisasi.
Dengan menganalisa cakupan dan kecenderungan setiap bulan, maka dapat segera
diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan pada
periode triwulan berikutnya. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi (misalnya
dengan melakukan sweeping) maka beban tersebut akan terus menumpuk dan
mungkin akan sulit dicapai desa tersebut hingga akhir tahun. Sehingga DO (drop-
out) cakupan imunisasi akan menjadi tinggi.
Pada tabel diatas, tampak bahwa bila dilakukan analisa dan evaluasi cakupan
imunisasi tiap bulan yang diikuti dengan tindak lanjut, melakukan sweeping
setiap triwulan. Maka beban target bulanan tidak akan terus bertambah dan target
cakupan tahunan dapat tercapai. Bila tidak dilakukan sweeping maka beban target
bulanan akan terus bertambah dan target cakupan tahunan tidak akan tercapai.
12
Pada pertemuan teknis di kabupaten/kota, PWS dipergunakan untuk
menginformasikan hasil yang telah dicapai oleh Puskesmas, identifikasi masalah,
merencanakan perbaikan dan penyusunan rencana operasional. Pada pertemuan
tersebut Puskesmas yang berhasil dan yang tidak berhasil diminta untuk
mempresentasikan upaya-upaya yang telah dan yang akan dilaksanakan.
Keputusan untuk mengadakan tindak lanjut merupakan hasil utama dari setiap
pertemuan teknis maupun pertemuan lintas sektoral. Tanpa tindak lanjut
pertemuan dan analisa PWS tidak ada gunanya bagi peningkatan kualitas maupun
kuantitas program imunisasi. Tindak lanjut dapat dalam bentuk :
13
Lampiran
1. DPT 1
2. POLIO 4
4. Campak
14
4. Berapa kali dibahas dalam tahun ini (lihat
notulen rapat) ?
(A) (B)
Desa DPT1 Campak DPT1 Campak DPT 1 Campak
(A : B ) (A : B )
x 100% x 100%
Catatan : Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%. Temukan penyebabnya.
15
dua jenis vaksin yang dipilih secara acak
dengan menggunakan tabel berikut :
Jumlah vaksin (vial)
Vaksin
Di lemari es Tercatat di buku stok vaksin
D C
P A
B D
T T M
C P
T - P
G T
H A
B K
16
ketentuan (seharusnya : vaksin DPT, TT,
DPT-HB dan HB jauh dari tempat membuat
es (evaporator); vaksin BCG, Campak, Polio
dekat dengan evaporator) ?
E. LOGISTIK
F. PELAYANAN IMUNISASI
2. Apakah jadual
kunjungan Posyandu ditepati ? (lihat hasil
cakupan salah satu posyandu pada bulan ini)
3. Apabila cakupan
tidak mencapai target bulanan,
17
apakah dilakukan sweeping (minimal 3
bulan sekali) ?(lihat catatan hasil sweeping)
H. KEMITRAAN
18
bandingkan dengan cakupan HB < 7 hari.
hasilnya :………
I. KESIMPULAN
19
Catatan supervisor :
Mengetahui
………….tgl………….
Kepala Puskesmas……… Pelaksana Supervisi
FORMULIR B : SUPERVISI DAN TINDAK LANJUT
MENGATASI MASALAH PROGRAM IMUNISASI
DI KABUPATEN/KOTA
A. PENGOLAHAN DATA
Adakah grafik/mapping di Kab/Kota
Ya
Tidak
1. Risti TN
2. Risti Campak
3. Cakupan DPT 1
4. Cakupan POLIO 4
6. Cakupan Campak
20
2. Apakah analisis cakupan dikaitkan dengan
penyakit PD3I di daerah tersebut? (lihat
dokumen)
21
2. Apakah dilakukan pemantauan TT WUS 5
dosis? Bila Ya, catat hasilnya :
Desa dengan cakupan TT WUS 5 dosis >80
% ……… % Desa. Desa dengan cakupan
TT WUS 5 dosis < 80 % ……… % Desa.
(A) (B)
Puskesmas DPT1 Campak DPT1 Campak DPT 1 Campak
(A : B ) (A : B )
x 100% x 100%
22
Catatan : Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%. Temukan penyebabnya.
23
5. Apakah pemakaian semua vaksin yang di
bawah ini sudah efisien ? Catat indeks
pemakaiannya (IP) :
D C
P A
B D
T T M
C P
T - P
G T
H A
B K
G. KEMITRAAN.
24
1. Apakah Pejabat Dinkes Kabupaten/Kota
menyampaikan analisis masalah dan rencana
program kepada minimal 3 dari mitra di
bawah ini :
a. Program terkait (KIA, Promkes)
b. Instansi terkait (Dikbud, Depag)
c. PKK
d. Tokoh masyarakat
e. LSM
H.KESIMPULAN
25
LANGSUNG TIDAK
LANGSUNG
Catatan supervisor :
Mengetahui
………….tgl………….
Kepala ……… Pelaksana Supervisi
26
FORMULIR-C : SUPERVISI DAN TINDAK LANJUT
MENGATASI MASALAH PROGRAM IMUNISASI
DI PROVINSI
1.Demografi:
Jumlah Penduduk :
Jumlah Balita :
Jumlah Bayi :
Jumlah WUS :
Jumlah Anak SD Kelas I :
2. Geografi
Jumlah Kab/kota :
Jumlah Puskesmas sulit :
3.Fasilitas Kesehatan
Jumlah Puskesmas :
Jumlah Pustu :
Jumlah Posyandu :
Jumlah Rumah Sakit :
4. Sarana Penunjang Ada Tidak
Buku Pedoman/SOP :
o Kepmenkes Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi
o Kepmenkes KIPI
o Pedoman Supervisi
27
o ……………………
2. Cakupan POLIO 4
28
3. Cakupan Hepatitis B 1 < 7 hr
9. Cakupan BCG
29
rekapitulasi supervise check list terakhir
dengan hasil rekapitulasi check list
sebelumnya)
(A) (B)
Kab/Kota DPT1 Campak DPT1 Campak DPT 1 Campak
(A : B ) (A : B )
x 100% x 100%
Catatan : Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%. Temukan penyebabnya.
30
3. Apakah jumlah vaksin dalam lemari es
sama dengan yang tercatat pada buku stok
vaksin? Untuk menentukan Ya/Tidak, cek
dua jenis vaksin yang dipilih secara acak
dengan menggunakan tabel berikut :
Jumlah vaksin (vial)
Vaksin
Di lemari es Tercatat di buku stok vaksin
31
6. Apakah tidak ada
vaksin DPT, DT, TT, HB yang beku ?
H.KEMITRAAN
32
2. Apakah dalam pelaksanaan program
mendapat dukungan dari minimal 3 mitra di
bawah ini :
a. Program terkait ( KIA, Promkes)
b. Instansi terkait.
c. PKK
d. Tokoh masyarakat
e. LSM.
I. KESIMPULAN
33
Catatan supervisor :
Mengetahui ………….tgl
…………………………
Kepala ……..……… Pelaksana Supervisi,
Catatan:
* Bagi Provinsi yang belum menggunakan DPT/ HB kombinasi, maka data yang
dilihat adalah Cakupan DPT.
** Difinisi Operational Risti TN & Campak agar dimerge dengan DO Surveilans
Risti TN & Campak
34
REKAPITULASI HASIL SUPERVISI DENGAN CHECK-LIST
35
NAMA
PUSKESMAS
TANGGAL
KUNJUNGAN
DPT 1
POLIO 4
Campak
kah ada tindak lanjut dari hasil pembahasan (bandingkan hasil bulan lalu dengan bulan berikutnya atau hasil sweeping)?
ulan terakhir menyampaikan rangkum ananalisis PWS, dan bersama lurah/camat membahas tindak lanjutnya dalam rapat koordinasi kelurahan/kecamatan?
Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin?
Apakah suhu lemari es dicatat 2 X sehari pada kartu suhu setiap hari?
Apakah temperatur di lemari es memenuhi syarat penyimpanan vaksin (2 s/d 80C) pada saat kunjungan?
Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, DPT-HB dan HB yang beku?
h dijumpai vaksin sisa yang terbuka (pelayanan dari komponen statis) di dalam lemari es melebihi waktu yang ditentukan?
Apakah di lemari es tidak ada vaksin yang disusun/disimpan tidak sesuai ketentuan?
36
TOTAL
%
Kolom 1 s/d 40 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak
37
NAMA PUSKESMAS
TANGGAL
KUNJUNGAN
23
Apakah tersedia ADS dan safety box dalam jumlah cukup?
24
Apakah untuk pelayanan imunisasi, vaksin dibawa dan disimpan dengan menggunakan cool pack (kantong air)?
25
Apakah setelah menyuntik tidak dilakukan penutupan kembali jarum suntik (recaping)
26
Apakah alat suntik bekas pakai dimasukkan langsung ke dalam safety box?
27
Apakah ada penanganan limbah alat suntik yang aman?
28
Apakah ada jadwal pelayanan imunisasi di posyandu?
29
Apakah jadual kunjungan Posyandu ditepati?
30
Apabila cakupan tidak mencapai target bulanan, apakah dilakukan sweeping?
31
Apakah ada pemetaan daerah sulit?
32
Apakah ada strategi untuk memberikan pelayanan imunisasi di daerah sulit?
33
Apakah dilakukan pemantauan UCI Desa?
34
Apakah dilakukan pemantauan TT-WUS 5 dosis?
35
Apakah ada data desa risiko/ bukan risiko TN ?
36
Apakah setiap kasus KIPI dilaporkan, dalam satu tahun terakhir, termasuk bila tidak ada laporan (zero report)?
38
Apakah pada setiap persalinan oleh nakes diberikan imunisasi HB1< 7 hari?
39
ABSOLUT
PERSEN
38
TOTAL
%
Kolom 1 s/d 40 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak
39
REKAPITULASI HASIL SUPERVISI DENGAN CHECK-LIST
C. PEMANTAUAN
D. PENGOLAHAN DATA B. ANALISIS DAN TINDAK LANJUT
PROGRAM IMUNISASI
40
NAMA KABUPATEN
TANGGAL
KUNJUNGAN
Risti TN
Risti Campak
Cakupan DPT 1
Cakupan POLIO 4
Cakupan Campak
Apakah kabupaten membuat analisis cakupan imunisasi dan daerah resiko tinggi?
Apakah hasil analisis (mapping/grafik) dibahas dalam pertemuan bulanan di Dinkes Kabupaten/Kota ?
Apakah analisis rekapitulasi hasil Checklist Supervisi dibahas dalam pertemuan bulanan di Dinkes Kabupaten/Kota ?
h dari hasil analisis (mapping/grafik) dibuat rencana tindak lanjut, dan diumpan-balikkan ke Puskesmas setiap triwulan?
i analisis rekapitulasi hasil Cheklist Supervisi dibuat rencana tindak lanjut, dan diumpan-balikkan ke Puskesmas setiap triwulan?
mpaikan hasil analisis (mapping/grafik) dan membahas rencana tindak lanjut pada rapat koordinasi Pemda Kab/Kota minimal sekali dalam 3 bulan terakhir?
Apakah ada perbaikan hasil rekapitulasi supervise check list terakhir dibandingkan dengan hasil rekapitulasi check list sebelumnya ?
TOTAL
%
Kolom 1 s/d 37 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak
F. TINDAK
LANJUT DARI
D. PENCATATAN Jumlah
E. COLD CHAIN DAN LOGISTIK PEMANTAUAN G. KEMITRAAN
DAN PELAPORAN “Ya”
PROGRAM
IMUNISASI
42
NAMA
KABUPATEN
TANGGAL
KUNJUNGAN
21
Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi di kabupaten/kota akurat?
22
Apakah Puskesmas melaporkan laporan bulanan cakupan imunisasi tepat pada waktunya?
23
Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat pada buku stok vaksin?
24
Apakah penyimpanan vaksin memenuhi persyaratan?
25
Apakah dalam pengeluaran vaksin berdasarkan kriteria “VVM”
26
Apakah suhu dicatat setiap hari?
27
Apakah tidak pernah terjadi kekurangan vaksin dalam 3 bulan terakhir?
28
Apakah pemakaian semua vaksin yang di bawah ini sudah efisien?
29
30 Apakah tidak ada vaksin DPT, DT, TT, HB yang beku?
Apakah dilakukan sweeping imunisasi TT WUS di wilayah Puskesmas yang mempunyai risti TN?
34
Apakah dilakukan Back-log fighting atau crash program di daerah risti campak dalam tiga tahun terakhir?
35
Apakah Pejabat Dinkes Kabupaten/Kota menyampaikan analisis masalah dan rencana program kepada
36
minimal 3 mitra?
ABSOLUT
PERSEN
43
TOTAL
%
Kolom 1 s/d 37 diisi dengan: Y untuk Ya dan T untuk Tidak
44
3. Tindak lanjut berdasarkan kriteria status cakupan
45
upaya khusus
Menganti
petugas (alih
tugas daerah
binaan)
Strategi Mempert Memantapkan Membicarakan Penggerak
Dukungan ahankan kerjasama lansung dgn an masyarakat
Lintas koordinasi lintas lintas sektoral kades/camat oleh :
Sektoral sektoral dlm baik secara a. PKK
Dipakai pengerakan formal / b. Pamong desa
sebagai contoh masyarakat informal c. Kader
rapat koordinasi Membicarakan Pengerakan d. Tokoh
bulanan lintas dengan masyarakat masyarakat
sektoral Kades/Camat melalui : Pendataan
kecamatan ybs a. PKK sasaran melalui
Pengerakan b. Pamong desa kelompok dasa
masyarakat c. Kader wisma yg teratur
melalui : d. Tokoh & terus menerus
a. PKK masyarakat serta dukungan
b. Pamong desa Pendataan politis dari camt
c. Kader sasaran oleh
d. Tokoh Kader Dasa
masyarakat wisma
Pendataan
sasaran oleh
kader Dasa
wisma
Strategi - Supervisi dgn - Meningkatkan - Meningkatkan - Meningkatkan
Dinkes ceklist supervisi dgn supervisi dgn supervisi dgn
Kab/kota - Alih teknologi ceklist ceklist ceklist
pada waktu - Memberikan - Melaksanakan - Melaksanakan
pembinaan dukungan alih pemantauan pemantauan
untuk jawaban teknologi kecenderungan kecenderungan
“tidak” - Memberikan cakupan setiap cakupan setiap
- Memberi dukungan bulan bulan
dukungan sarana sarana / alat- - Memberikan - Mengusahakan
/ alat-2lat bahan alat / bahan alih teknologi dukungan politis
sesuai dgn sesuai dgn - Mengusahakan (kunjungan, SE
kebutuhan kebutuhan dukungan dari Bupati)
puskesmas puskesmas politis - Memberikan
- Adanya - Membantu & (kunjungan, SE dukungan
penghargaan menganalisa dari Bupati) sarana / alat-alat /
pada momentum kecenderungan - Memberikan bahan2 sesuai
tertentu cakupan setiap dukungan dgn kebutuhan
bulan sarana / alat- Puskesmas
alat / bahan2 - Memberikan
sesuai dgn dukungan untuk
kebutuhan meningkatkan
Puskesmas kemampuan
- Memberikan tenaga pelaksana
46
dukungan - Memberikan
untuk dukungan untuk
meningkatkan memantapkan
kemampuan kerjasama lintas
tenaga program & lintas
pelaksana sektoral
- Memberikan
dukungan
untuk
memantapkan
kerjasama
lintas program
& lintas
sektoral
47