Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PANCASILA DARI MASA KERAJAAN, MASA ORDE LAMA,

MASA ORDE BARU DAN ERA REFORMASI

DISUSUN OLEH :
Kelompok TI

NAMA : FADHILAH
ERWIN
MUHAMMAD YUSUF
RANDANI
ARFANDA PATIRAI P
MISBAHUDDIN
DOSEN : Dra. RATNAWATI, M.Si
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

STMIK AKBA Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer


Jl. Perintis kemerdekaan Km 09 no. 75 Makassar Telp:0411-588371 fax:0411-588371 www.akba.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Pancasila
dari Masa Kerajaan, Masa Orde Lama, Masa Orde Lama dan Era Reformasi” dengan baik.
Makalah ini kami susun guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu
makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun wacana yang dapat memberi tahu tentang
sejarah pancasila dari masa ke masa.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya penyusun tetap berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan
membawa kita mengenal arti pancasila bagi kita sebagai bangsa indonesia. Dan kami berharap
bahwa makalah yang kami bawakan ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Makassar,14 April 2017

Penyusun
Kelompok TI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali dari jati diri
dan nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dalam masa-masa
ini Pancasila menjadi pandangan hidup dan membangun hidup, bahkan juga kemudian
menjiwai semangat perjuangan bangsa Indonesia pada waktu melawan penjajah. Bangsa
Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara artinya ber-Pancasila di dalam beradat-
kebudayaan, di dalam beragama, dan di dalam bernegara dalam arti formal ini ialah di
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan berbagai kajian ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara sila
tersebut sebagai sebuah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan antar sila
tersebut saling menjiwai satu dengan yang lain. Perjalanan hidup suatu bangsa sangat
tergantung pada efektifitas penyelenggaraan suatu negara. Pancasila sebagai dasar negara
dalam mengatur penyelenggaraan negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan-keamanan. Berdasar pada latar belakang
historis yang sulit dibantah , bahwa 1 Juni 1945 yang disebut sebagai lahirnya pancasila,
Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara
ataupun menulis tentang pancasila, baik dalam sebagai pandangan hidup, atau apalagi
sebagai dasar negara. Sejarah lahirnya pancasila pada tanggal 1 agustus 1945 tidak dapat
dibantah, dimana Ir. Soekarno yang diakui sebagai tokoh nasional yang menggali
pancasila. Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif
telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan
Negara.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang hendak di uraikan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah pancasila dalam masa kerajaan dan masa penjajah ?
2. Bagaimana kondisi pancasila sebagai dasar negara pada era orde lama dan era orde
baru?
3. Bagaimana proses peralihan kekuasaan dari orde lama ke orde baru
4. Bagaimana perbedaan kebijakan politik pada masa Orde Lama dan Orde baru ?
5. Keadaan Pancasila dalam masa reformasi dan pancasila dalam masa sekarang?

C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui kondisi pancasila dari masa kerajaan hingga pada era sekarang ini.
2. Mengetahui proses terjadinya pembentukan filsafat pancasila dari masa kerajaan
hingga masa sekarang ini.
3. Mengetahui keadaaan pemerintahan pancasila dari masa kerajaan hingga masa saat
ini.
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Sejarah Pancasila
Sejarahnya pancasila terbentuk melalui suatu proses yang panjang mulai dari zaman kerajaan-
kerajaan hinga datangnya masa penjajahan pada bangsa Indonesia. Pancasila yang disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan dasar filsafat negara Republik Indonesia,
menurut M.Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan kerajaan-kerajaan yang ada, seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai
datangnya bangsa-bangsa lain ke Indonesia untuk menjajah dan menguasai beratus-ratus tahun
lamanya.

Kerajaan Kutai memberikan andil terhadap nilai-nilai Pancasila seperti nilai-nilai sosial
politik dalam bentuk kerajaan dan nilai Ketuhanan dalam bentuk kenduri, sedekah pada
brahmana. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan laut,
juga mengembangkan bidang pendidikan terbukti Sriwijaya memiliki semacam universitas
agama Budha yang sangat terkenal di Asia. Masa kejayaan kerajaan Majapahit pada waktu
rajanya Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu
dan Budha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku
Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu
Tantular mengarang buku Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan nasional
“Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda namun satu jua. Pada tahun 1331
Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya. Dengan berjalannya waktu, Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI
dengan masuk dan berkembangnya agama Islam. Setelah itu mulai berdatangan bangsa Eropa
seperti Portugis, Spanyol untuk mencari rempah-rempah. Pada akhir abad XVI Belanda datang
ke Indonesia dengan membawa bendera VOC (Verenigde Oast Indische Compagnie) atau
perkumpulan dagang. Dan kemudian setelah masa kerajaan dan penjajah lahirlah masa orde
lama, masa orde baru dan reformasi, sabab itu pancasila saat ini masih menjadi filsafat Negara
Rebublik Indonesia.

1. Masa Kerajaan dan Masa Penjajahan

a. Zaman Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Bangsa Sailendra
dikenal sebagai Kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Sistem
perdagangan telah diatur dengan baik, supaya rakyat mengalami kemudahan dalam
pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang bertugas mengurus pajak, harta benda
kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan dan patung-patung
suci sehingga kerajaan dapat menjalakan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan.
Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan
Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
Pada hakekatnya nilai-niai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai
Pancasila, yaitu sebagai berikut:
 Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup
berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan
pembinaan dan pengembangan agama Buddha.
 Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India menunjukan telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
 Nilai sila ketiga, sebagai Negara Maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan
konsep Negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
 Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas
meliputi Siam dan Semenanjung Melayu
 Nilai sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

b. Zaman Kerajaan Majapahit


Sebelum Kerajaan Majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa
Timur secara silih berganti yaitu, Kerajaan Kalingga(abad ke-VII), Sanjaya(abad keVIII),
sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur dan Candi
Prambanan.
Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit ini adalah Agama Hindu dan
Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai dikenal beberapa
istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan Majapahit, yaitu sebagai berikut:
 Nilai sila pertama, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam bukuNegarakertagama karangan Empu
Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka
persatuan nasional yang berbunyi”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrua” yang artinya, walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua dan tidak ada
agama yang memiliki tujuan berbeda.
 Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan Kerajaan
Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga menjalin persahabatan
dengan Negara-negara tetangga.
 Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam Sumpah
Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-
menteri pada tahun 1331.
 Nilai sila keempat, terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit
yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut Prasasti Kerajaan
Brambang(1329), dalam tata Pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam
penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yng berarti
memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan
masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam
memutuskan masalah bersama.
 Nilai sila kelima, terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang
ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

c. Zaman Penjajahan
Sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha untuk memperkuat kekuasaanya d Indonesia.
Hal tersebut menjadikan munculnya pahlawan kedaerahan seperti pahlawan Imam Bonjol
dari Maluku, Pangeran Diponegoro dan masih banyak lainnya.Setelah kerajaan Majapahit
runtuh maka berkembanglah agama islam yang secara bersamaan berkembang juga kerajaan
islam seperti kerajaan Demak.Bangsa asing (orang portugis) mulai masuk ke Indonesia
dengan cara berdagang. Hal tersebut membuat banyaknya persaingan. Utuk menghindarkan
persaingan diantara mereka sendiri, kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan
dagang yang bernama V.O.C, yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.
Dalam peraktek V.O.C banyak paksaan sehingga rakyat mulai melakukan perlawanan.
Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan
perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak
berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan
Agung yang kedua itu.

d. Zaman Kebangkitan Nasional


Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa
yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri. Diantaranya adalah
Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908. kemudian
Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927
yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono serta tokoh lainnya. Pada
tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai penggerak kebangkitan nasional
yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.

e. Zaman Penjajahan Jepang


Pada tanggal 29 april 1945 merupakan ulang tahun kaisar jepang yang secara bersamaan
pada tahun tersebut juga merupakan tahun kedatangan Jepang ke Indonesia. Pada saat itu
jepang memberikan janji kepada bangsa Indonesia akan memberikan kemerdekaan, hal
tersebut dikarenakan Jepang terdesak oleh tentara sekutu. Jepang menyarankan bangsa
Indonesia untuk membentuk suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia atau disingkat dengan BPUPKI. Pada hari itu juga
diumumkan bahwa Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat sebagai Ketua (Kaicoo) yang
kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI adalah membahas tentang dasar
negara.
2. Pancasila Masa Orde Lama
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik
dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa
orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde
lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu:

a. Periode 1945-1950.
Konstitusi yang digunakan adalah pancasila dan UUD 1995 yang presidensil, namun
dalam praktek kenegaraan sistem presidensil tak dapat diwujudkan. Setelah penjajah dapat
diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. upaya–upaya untuk menggati pancasila
sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI mulai memberontak di madium
tahun 1948 dan oleh DI/TII yang yang akan mendirikan negara dasar islam.

b. Periode 1950-1959
Penerapan pancasila selama priode ini adalah pancasila diarahkan sebagai ideology
liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan. walaupun dasar negara tetap
pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwa musyawarah mufakat, melaikan
suara terbanyak (voting). dalam bidang politik, demokrasi berjalan dengan baik dengan
terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.

c. Priode 1956-1965
Dikenal sebagai priode demokrasi terpimpin. demokrasi bukan berada pada kekuasaan
rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi berada pada kekuasaan
pribadi presiden soekarno. terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
pancasila dalam konstitusi. akibanya soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi persiden
seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan nasionalis, agama, dan komunis,
yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. terbukti adanya kemerosotan moral di berbagai
masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nila-nilai pancasila, dan berusaha untuk
menggatikan pancasila dengan ideologi yang lain. dalam mengimplentasikan pancasila,
bungkarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradikma yanga disebut USDK.
untuk memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh
UUD 45, sosialisme ala indonesia, demokrasi terpinpin, ekonomi terpinpin, dan
kepribadian nasional. hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang
memprihatinkan.
Di setiap masa, pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan
Pancasila itu sendiri. Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno,
Pancasila mengalami ideologisasi. Pada masa ini pancasila berusaha untuk dibangun,
dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada
masa itu menyampaikan ideologi Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos, yang
belum jelas bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan.
Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi
bangsa Indonesia.

Soekarno di dalam menjalankan Pancasila tidak berjalan dengan mudah. Banyak


tantangan yang dihadapi, yaitu muncul dari kelompok nasionalis-religius yang belum
menerima Pancasila. Mereka masih menginginkan sila pertama dari Pancasila adalah
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Dan yang paling besar menolak Pancasila adalah Kahar Muzakar, yang selanjutnya
memberntuk DI/TII sebagai perlawanan terhadap pemerintah dan untuk menjadikan
negara Indonesia sebagai negara Islam.

Selain itu, kelompok nasionalis-komunis, PKI, yang menginginkan negara Indonesia


menjadi negara komunis. PKI menganggap tuhan tidak ada. Sedangkan negara Indonesia
mengakui keberagaman agama yang ada di Indoensia. Ini berarti negara Indonesia percaya
adanya tuhan. Tetapi di dalam perkembangannya, Presiden Soekarno lebih cenderung ke
komunis dan tidak lagi bersifat nasionalis. Ini menjadi salah satu bukti penyelewengan
Soekarno terhadap Pancasila. Penyelewengan yang lain adalah Soekarno menerapkan
Demokrasi terpimpin, yaitu kekuasaan pemerintahan ada di tangan Soekarno. Padahal
demokrasi yang benar adalah demokrasi yang dipegang dan dikendalikan oleh rakyat
bukan oleh penguasa. Dan juga Soekarno mengeluarkan pernyataan bahwa presiden
menjabat seumur hidup. Ini berarti negara Indonesia akan mengalami keotoriterian
seorang penguasa.

3. Pancasila Masa Orde Baru


Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini
terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

Kabinet yang pertama kali terbentuk pada tanggal 6 september 1950 adalah kabinet
Natsir. Sebagai formatur ditunjuk Mohammad Natsir sebagai ketua Masyumi yang
menjadi partai politik terbesar saat itu. Program kerja Kabinet Natsir pada masa
pemerintahannya secara garis besar sebagai berikut:
 Menyelenggarakan pemilu untuk konstituante dalam waktu singkat.
 Memajukan perekonomian, keeshatan dan kecerdasan rakyat.
 Menyempurnakan organisasi pemerintahan dan militer.
 Memperjuangkan soal Irian Barat tahun 1950.
Pada masa orde baru, yaitu kepemimpinan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan
sebagai indoktrinasi. Pancasila dijadikan oleh Soeharto sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi
Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah, melalui
pembekalan atau seminar. Kedua, asas tunggal, yaitu Soeharto membolehkan rakyat
untuk membentuk organisasi tetapi harus berasaskan Pancasila yang merupakan
Pancasila versi Soeharto. Ketiga, stabilisasi yaitu Soeharto melarang adanya kritikan
yang dapat menjatuhkan pemerintah. Jadi Soeharto beranggapan bahwa kritik terhadap
pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam negara. Dalam menstabilkannya,
Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga tidak ada yang berani untuk mengkritik
pemerintah. Maka muncul penentang-penentang terhadap Pancasila, yaitu mereka lebih
ke gerakan bawah tanah. Dan penentangnya hampir sama dengan penentang di masa orde
lama. Salah satunya kelompok komunis.

Soeharto dalam menjalankan Pancasila melakukan beberapa penyelewengan, yaitu


Soeharto menerapkan demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat di tangan
pemerintah. Selain itu, Soeharto memegang kendali terhadap lembaga legislatif, eksekutif
dan yudikatif sehingga peraturan yang dibuat harus sesuai dengan persetujuan Soeharto.
Dan juga Soeharto melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dapat
membahayakan kekuasaan Soeharto. Maka Soeharo membentuk Departemen penerangan
atau lembaga sensor secara besar-besaran agar setiap berita yang dimuat di media tidak
menjatuhkan pemerintah. Penyelewengan yang lain adalah Soeharto melanggengkan
korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga pada masa ini banyak pejabat negara yang
melakukan korupsi dan juga pada masa ini negara Indoensia mengalami krisis.

Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila
P-4 (pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila) atau ekaprsetia pacakarsa.
Situasi internasional kala itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan
keamanan dalam negeri kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada
pilihan yang sulit, memberikan sandang dan pangan kepada rakyat atau mengedepankan
kepentingan strategi dan politik di arena internasional seperti yang dilakukan oleh
Soekarno. Seperti juga Orde Baru yang muncul dari koreksi terhadap Orde Lama, kini
Orde Reformasi, jika boleh dikatakan demikian, merupakan orde yang juga berupaya
mengoreksi penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Baru. Hak-hak rakyat mulai
dikembangkan dalam tataran elit maupun dalam tataran rakyat bawah. Rakyat bebas
untuk berserikat dan berkumpul dengan mendirikan partai politik, LSM, dan lain-lain.
Penegakan hukum sudah mulai lebih baik daripada masa Orba. Namun, sangat
disayangkan para elit politik yang mengendalikan pemerintahan dan kebijakan kurang
konsisten dalam penegakan hukum. Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan
berbicara, bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi
lain justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar umat
beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas
meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan
yang berpotensi tindakan kekerasan.

a. Latar belakang lahirnya orde baru


 terjadinya pristiwa geakan 30 september 1965
 keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwagerakan 30
september 1965 di tambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah
berlangsung lama.
 keadaan prekonomian semakin memburuk dimana inflasimencapai 600%
sedangkanupayapemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan BBM
menyebabkan tumbulnya keresahanmasyarakat.
 reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan
besar-besaran yang di lakukan oleh PKI.

b. Kegagalan (Penyimpangan) Sistem Pemerintahan Orde Baru Semaraknya korupsi,


kolusi, nepotisme.
 Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat.
 Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan
pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
 Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun
pertamanya
 Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi
si kaya dan si miskin)
 Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat
Tionghoa)
 Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
 Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang
dibredel
 Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
"Penembakan Misterius"
 Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden
selanjutnya)
 Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak
Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang
efektif negara pasti hancur.

4. Pancasila Pada Era Reformasi


Secara harfiah reformasi memiliki arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata
ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format
atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena
itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut:
 Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-
penyimpangan.
 Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu.
 Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka
structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
 Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih
baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
kehidupan keagamaan.

Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki aspek
pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi rakyat.
Dalam mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata kembali
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Mengetahui peran
Pancasila sebagai paradigma reformasi dalam bidang hukum, politik, dan ekonomi
Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum. Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat
runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu subsistem yang mengalami kerusakan parah
adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun penegaknya dirasakan semakin
menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Kerusakan atas
subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya, politik,
ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi,
menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan
legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena
rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang
otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini,
Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar
dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu
mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal
yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih
rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-
pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan
relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara. Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut “terdeskreditkan” sebagai
bagian dari pengalaman masa lalu yang buruk. Sebagai suatu konsepsi politik Pancasila
pernah dipakai sebagai legitimasi ideologis dalam membenarkan negara Orde Baru
dengan segala sepak terjangnya. Sungguh suatu ironi sampai muncul kesan di masa lalu
bahwa mengkritik pemerintahan Orde Baru dianggap “anti Pancasila“.

Jadi sulit untuk dielakkan jika sekarang ini muncul pendeskreditan atas Pancasila.
Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk berbicara
Pancasila dan merasa tidak perlu untuk membicarakannya. Bahkan bisa jadi orang yang
berbicara Pancasila dianggap ingin kembali ke masa lalu. Anak muda menampakkan
kealpaan bahkan phobia-nya apabila berhubungan dengan Pancasila. Salah satunya
ditunjukkan dari pernyataan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M
Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta,
Senin, 3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan menjadi penerus kepemimpinan
bangsa ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survey yang
dilakukan oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80 persen.

Di sisi lain, rezim reformasi sekarang ini juga menampakkan diri untuk “malu-malu”
terhadap Pancasila. Jika kita simak kebijakan yang dikeluarkan ataupun berbagai
pernyataan dari pejabat negara, mereka tidak pernah lagi mengikutkan kata-kata
Pancasila. Hal ini jauh berbeda dengan masa Orde Baru yang hampir setiap pernyataan
pejabatnya menyertakan kata – kata Pancasila Menarik sekali pertanyaan yang
dikemukakan Peter Lewuk yaitu apakah Rezim Reformasi ini masih memiliki konsistensi
dan komitmen terhadap Pancasila? Dinyatakan bahwa Rezim Reformasi tampaknya ogah
dan alergi bicara tentang Pancasila. Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri
mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila
dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila
sebagai ideologi kekuasaan. untuk melegitimasikan kelanggengan otoritarianisme Orde
Lama dan otoritarianisme Orde Baru Saat ini orang mulai sedikit- demi sedikit
membicarakan kembali Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana publik. Beberapa
istilah baru diperkenalkan untuk melihat kembali Pancasila. Memahami peran Pancasila
di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional,
merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman
yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan,
peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional terakhir ini dihadapkan
pada situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi diragukan,
diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.

Kegagalan (Penyimpangan) pada masa Reformasi, yaitu :

 Belum terlaksananya kebijakan pemerintahan Habibie karena pembuatan perudang-


undangan menunjukkan secara tergesa-gesa, sekalipun perekonomian menunjukkan
perbaikan dibandingkan saat jatuhnya Presiden Soeharto.
 Kasus pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan pada masa
pemerintahan Abdurachman Wahid, menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak
karena tidak dipikirkan penggantinya.
 Ada perseteruan antara DPR dan Presiden Abdurachman Wahid yang berlanjut
dengan Memorandum I dan II berkaitan dengan kasus “Brunei Gate” dan “Bulog
Gate”, kemudian MPR memberhentikan presiden karena dianggap melanggar haluan
negara.
 Baik pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid maupun Megawati, belum
terselesaikan masalah konflik Aceh, Maluku, Papua, Kalimantan Tengah dan
ancaman disintegrasi lainnya.
 Belum maksimalnya penyelesaian masalah pemberantasan KKN, kasus-kasus
pelanggaran HAM, terorisme, reformasi birokrasi, pengangguran, pemulihan
investasi, kredibilitas aparatur negara, utang domestik, kesehatan dan pendidikan
serta kerukunan beragama.
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan :
 Nilai-nilai Pancasila lahir tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan masyarakatnya pada
jaman masa kerajaan dan penjajah.
 bahwa pancasila sebagai dasar falsafah dan pandangan hidup serta sumber dari semua
sumber hukum adalah warisan hukum yang digali dari nilai budaya, adat sertakepribadian
bangsa.
 tidak ada yang salah dalam pancasila hanya saja penjabaran pelaksanaan pada masa
pemerintahan sebelumnya hanya menjadi topeng dan kedok pembenaran kekuasaan saja.
 Pancasila pada masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru
dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus dihadapi yang merupakan masalah
yang sangat berat dan sulit untuk dituntaskan. Apalagi pada masa ini korupsi benar-benar
merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka
malah bangga, dengan ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan
melambaikan tangan serta tersenyum, seperti artis yang baru terkenal.

Saran :

 Seharusnya anak bangsa Indonesia Selalu menanamkan makna yang ada pada Pancasila,
sehingga masa yang akan datang dapat membuat anak bangsa selalu menanamkan pada
diri mereka jiwa patriotlisme bangsa.
 Pancasila harus ditanamkan kepada anak-anak bangsa sehingga mereka tidak melakukan
hal yang dapat membuat makna pancasila melemah dan selalu menanamkan pada jiwa
mereka peran penting norma-norma atau nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila.
Daftar Pustaka :

http://syamsuriadistarone121.blogspot.co.id/

https://aztaryuan.wordpress.com/2014/10/08/pancasila-dalam-konteks-sejarah-bangsa-indonesia/

gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/17759/BAB++V.pdf

Anda mungkin juga menyukai