Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen utama agama islam
adalah akidah, syari’ah, dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada
penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabatnya
mengenai arti islam, iman, dan ihsan yangditanyakan Jibril kepada Beliau.
Setiap manusia yang lahir di dunia ini, pasti membawa naluri yang dapat
menentukantujuan yang dikehendakinya. Segala sesuatu itu dinilai baik atau
buruknya, terpuji atautercela, semata-mata kar ena syara’ (al-Qur’an dan
Sunnah) hati nurani atau fitrah, dalam bahasa al-Qur’an memang dapat menjadi
ukuran baik dan buruk karena manusia di ciptakanoleh Allah Swt memiliki fitrah
bertauhid, mengakui keesaannya (QS. Ar-Rum: 30-30). Hatinurani manusia
selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran
Allah Swt. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan
baikkarena pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan,
pakaian,dan pergaulan. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal fi
kiran sudah di kotorioleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji. Namun bukan
hanya perilaku yang harusdiperbaiki, asupan dalam tubuhpun harus dijaga agar
tetap halal. Karena itulah diperlukanadanya suatu jaminan dan kepastian akan
kehalalan produk pangan yang dikonsumsi umat Islam.
Segala perbuatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari konsep
akhlak. Dengandemikian, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup akhlak sangat
luas. Kata akhlak memilikikemiripan makna dengan etika, moral, sehingga makna
akhlak sering disamakan denganetika, dan moral.Ruang lingkup akhlak dalam
pandangan syariat Islam sangat luas. Akhlak tidak hanyamembahas masalah
etika pergaulan dan sopan santun saja, tetapi meliputi pola pikir,
selera, pandangan, sikap, perilaku, kecenderungan, dan keinginan yang
ada pada seseorang.Dalam Islam, akhlak mempunyai ruang lingkup yang lebih
luas. Selain terkait denganmuamalah, akhlak dalam Islam juga meliputi masalah
ibadah, sosial, hukum, dan lain-lain.Salah satu contohnya, yaitu akhlak terhadap

1
Allah swt. Misalnya, adanya kewajibanmenjalankan rukun Islam dan rukun iman.
Ketika sudah melaksanakan syahadat, shalat, dan puasa, berarti kita dikatakan
berakhlak terhadap Allah swt.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk mengetahui cakupan mengenai
akhlak terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW, tentang bagaimana cara yang
baik dan tepat untuk berahklak kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW karena
beliau adalah suri tauladan dari semua umat muslim.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Secara etimologis atau dalam bahasa arab akhlak adalah bentuk jamak
dari khuluq ‫ خلق‬yaitu perilaku. Jadi akhlak adalah perilaku manusia secara
umum. Dengan ini akhlak atau perilaku itu bisa baik ataupun buruk. Kita bisa
menyebut akhlak hasanah = akhlak yang baik. Kita juga sering menyebutnya
dengan akhlak karimah (akhlak yang mulia) kita mengatakan akhlaq sayyi’ah
sama dengan akhlaq yang buruk atau perilaku yang buruk.
Islam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia. Tanpa
perilaku yang baik manusia akan sangat berpotensi membuat kerusakan.
Perlunya membina akhlak adalah sebagai salah satu misi Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
dalam haditsnya:
‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan–
keutamaan akhlak.’1
Akhlak Nabi adalah al-Qur’an itu sendiri, sebagaimana yang diriwayatkan
‘Aisyah R.A ketika ditanya tentang akhlak Nabi ‫ ﷺ‬beliau menjawab: ‘Akhlak Nabi
adalah al-Qur’an’. Ibnu katsir mengatakan: ‘Artinya Nabi adalah pengaplikasian
al-Qur’an baik menjalan perintahnya ataupun meninggalkan larangannya,
sebagai sifat dan budi pekertinya. Istiqamah pada al-Qur’an dalam menjalankan
perintah dan meninggalkan larangannya. Mempunyai akhlak yang dipuji oleh al-
Qur’an dan menjauhi dari segala yang Al-Qur’an cela.
Secara istilah (terminologi), menurut Imam Al-Gazali, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Kita akan
membahas Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah ‫ﷺ‬.
B. Akhlak Terhadap Allah
Ahlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai

3
khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu beakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan
manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari
tulang punggung dan tulang rusuk.
Sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat At-Thariq ayat 5-
7,sebagai berikut :
Artinya :5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang
dada. (QS. At-Tariq:5-7)
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca
indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati, di samping
anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam
surat, an-Nahl: 78.
Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S An-Nahl : 78).
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan
lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah:12-13.
Artinya :"Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-
kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari
sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur., "Dan Dia
menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir. (Q.S Al-
Jatsiyah :12-13).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat al-Israa':70.
Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam,
Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S Al-Israa : 70).

4
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral
dan Akhlak" bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
a. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
b. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c. Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e. Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f. Senantiasa mengingat Allah SWT.
g. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
h. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah
SWT, manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata
dengan penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang
dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama
melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah
menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan penuh
keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an yang harus
dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam.

C. Akhlak Terhadap Rasulullaah ‫ﷺ‬


Di samping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus
berakhlak kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak
berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus
berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt
membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik
kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk
lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya. Di sini akan dijelaskan akhlak kepada Rasul, di antaranya yaitu :
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul ‫ ﷺ‬merupakan salah satu bagian dari rukun iman.
Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa
ridha dalam keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan
sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan

5
amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah
memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu
yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi ‫ﷺ‬:
‘Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.’ (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi,
Nasa’I dan Ibnu Majah).
2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada
Allah disebutkan dalam firman Allah :
Artinya :
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS At-Taubah : 24).
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi
lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak
mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:
‘Maka demi Zat yang jiwaku di tanagn-Nya, tidaklah beriman seseorang dari
kaian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya.’ (HR.
Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
3. Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak
bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian
penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang
yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini
terdapat dalam firman Allah yang artinya:
Artinya :
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi,

6
orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisaa:69).
Di samping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul ‫ﷺ‬, Allah
Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan
ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman dalam
al-Qur’an
Artinya:
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Imran : 31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus memang
untuk ditaati, Allah Swt berfirman :
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan
seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nisaa : 64)
4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a,
istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah
memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman
Allah.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab : 56)
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu akan membawa
keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul ‫ﷺ‬:
‘Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya
itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.’ (HR. Ahmad)
‘Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan
banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh
Rasul sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau

7
bersabda: Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari
kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku.’ (HR. Tirmidzi)
5. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak mewariskan harta yang banyak, tapi
yang beliau wariskan adalah al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin
yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada al-Qur’an
dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
‘Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat
selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku.’ (HR. Hakim)
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang
amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.
6. Menghormati Pewaris Rasul
Berakhlak baik kepada Rasul ‫ ﷺ‬juga berarti harus menghormati para
pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada
nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang
dimilikinya.
Artinya :
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-
binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS
Faathir:28)
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:
‘Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi
tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya
mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya berarti telah mengambil bagian yang besar.’ (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi)
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga
memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi
dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap
ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan

8
pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada
kewajiban kita untuk menghormatinya.
7. Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam.
Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah
wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian,
menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak
menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah ‫ﷺ‬.
Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul ‫ﷺ‬:
‘Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang
Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan
sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.’ (HR.
Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah budi perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang
berakhlak mulia akan selalu manis dilihat orang-orang di sekitar. Rasulullah
adalah Uswatun Hasanah bagi kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat
anugerah yang begitu besar. Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-Rasul
yang diutus Allah pun selain Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak yang
begitu mulia pula. Akhlak terhadap Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat
penting bagi kehidupan kita, karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita
juga harus memperlakukan beliau dengan begitu sempurna juga, dilihat dari
cerita pada zaman sahabat-sahabat beliau yang begitu mengagungkan beliau
dan begitu hormatnya.
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho
dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu
yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw; Aku ridho kepada allah
sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.
Beriman kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para
Rasul itu sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui
kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya.

B. Saran
Setelah membaca makalah diatas maka kita sudah sepantasnya untuk
menjalankan semua cara-cara berakhlk kepada ALLAH SWT dan Rasulnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.


Yogyakarta:Belukar.

Ilyas, Yunahar, Prof. Dr. M.A. 2008. Kuliah Akidah, Kuliah Akhla.
Yogyakarta:Belukar.

Kahar, Masyhur. 1985. Membina Moral Dan Akhlak. Jakarta:Kalam Mulia.

Mth, Asmuni. 1999. Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:Kalam Mulia.

11

Anda mungkin juga menyukai