Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANALGETIKA DAN ANTIPIRETIKA

Disusun Oleh
1. Adhelina Ayu Nuraini (P1337420318026)
2. Annisa Supriyatini (P1337420318042)
3. Zahrotun Nisa (P1337420318043)
4. Brilliany Yustisiana R (P1337420318048)
5. Syarima Safitri (P1337420318051)
6. Ade Rokhmatul Wahyu I (P1337420318052)
7. Alva Varah Suhaelifahmi (P1337420318053)
8. Moh. Faiq Kurnia Zuhdi (P1337420318054)
9. Fina Khumaedatun Nikmah (P1337420318055)
1 REGULER A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ANALGETIKA DAN ANTIPIRETIKA” tanpa ada halangan. Makalah disusun agar
mahasiswa mengetahui bagian isi materi tentang emosi manusia.
Terbentuknya makalah adalah berkat dukungan dari semua pihak, yang telah
membantu menyiapkan, memberi masukan, dan menyusun makalah, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada orang tua penulis yang memberi dorongan dan doa,
kepada dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan penulis,
dan teman-teman yang membantu dan memberi dorongan dalam proses penyelesaian
masalah.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah masih terdapat ketidaksempurnaan dan
kekurangan. Untuk itu, tanggapan dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah. Harapan kami, semoga makalah dapat bermanfaat sebagaimana
mestinnya.

Pekalongan , 15 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
3. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Analgesik Dan Antipiretik ............................................................................................ 2
2. Implikasi Keperawatan ................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 7
2. Saran ............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti
obat asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi
dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah
ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah didapatkan
resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika Serikat di
laporkan lebih dari 100.000 kasus per tahun yang menghubungi pusat informasi
keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000 kasus memerlukan
perawatan intensif di rumah sakit.
Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para
pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi obat yang sesuai dengan
dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat Analgesik ini mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik atau
Analgesik ini tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Analgetika, Antipiretika?
2. Apa saja golongan obat dari analgetik, atipiretik?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetik, antipiretik?
4. Bagaimana efek Farmakodinamika dari obat analgetik, dan antipiretik?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Analgetika, Antipiretika.
2. Untuk mengetahui golongan obat dari analgetik, atipiretik.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat analgetik, antipiretik.
4. Untuk mengetahui efek farmakodinamika dari obat analgetik dan obat antipiretik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analgesik Dan Antipiretik


Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa sakit sedangkan antipiretik adalah
obat yang mencegah atau menghilangkan demam. Analgesik dibagi dua macam yaitu
ringan dan kuat. Analgesik lemah memengaruhi produksi substansi penyebab nyeri pada
tempat luka meliputi aspirin dan salisilat, paracetamol, nonsteroidal antiinflamatory
drugs (NSAID), dan opiat lemah (kodein dan dekstropropolsofen).
1. ASPIRIN dan SALISILAT
Aspirin (asam asetilsalisilat) mempunyai sifat analgesik, antipiretik, dan anti
inflamasi. Juga terdapat diflunisal (Doloboid) berupa tablet 250 mg dan 500 mg yang
dipakai untuk nyeri akut muskuloskeletal (tidak boleh dipakai selama kehamilan dan
laktasi).
a. Mekanisme kerja :
Mempengaruhi substansi nyeri yang dilepaskan di tempat cedera atau
luka.Kemudian kerjanya yaitu menurunkan suhu tubuh, terutama akibat efek
sentral, yaitu dengan mempengaruhi hipotalamus yang merupakan “termostat”
tubuh.Aspirin tidak mempengaruhi suhu tubuh normal. Dosis aspirin yang tinggi
mempengaruhi metabolisme prostaglandin, ekskresi asam urat, sedangkan dosis
rendah justru mengurangi ekskresi urat sehingga memicu encok pada individu
tertentu.
b. Reaksi merugikan :
1. Iritasi dan ulkus gastroinetal
2. Retensi natrium
3. Mempengaruhi fungsi reproduksi
4. Perubahan kelengketan trombosit hingga akhirnya kehilangan darah dari
saluran pencernaan
5. Pada bayi dapat terjadi kernikterus, peningkatan produksi bilirubin.
6. Sindrom reye pada anak-anak

5
c. Kegunaan
Mengatasi nyeri, efek antipiretiknya untuk menurunkan suhu tubuh yang naik, efek
anti inflamasiny unruk menangani arthritis reumatoid. Aspirin dalam dosis kecil
(100mg/hr) menghambat penggumpalan trombosit.
2. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesik pilihan jika aspirin dikontraindikasikan.
Namun, agens tersebut tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin. Nama
lainnya asetaaminofen.
a. Reaksi merugikan
Hati-hati terhadap pemilik gangguan fungsi ginjal dan hati.
b. Overdosis
Mengakibatkan kerusakan hati ireversibel.
3. Nsaid
Asam mefenamat (ponstan, mefic, stanza) dipakai untuk mengobati penyakit
muskuloskeletal, juga untuk sakit gigi, dismenore, dan nyeri menstruasi, karena
memiliki efek inhibisi kuat terhadap pelepasan prostaglandin.Asam fluefenamat
(arlef)serupa dengan asm mefenamat dan kegunaannya sama.
a. Reaksi merugikan
1. mengantuk
2. pusing
3. sakit kepala
4. mual
5. ruam
6. ulkus gastrointensial
7. diare hebat
8. pendarahan gastrointensial
9. hematemesis
b. Interaksi obat
Efek obat antikoagulan oral mungkin meningkat oleh obat-obat ini.
4. Opiat Lemah (Narkotik)
Kodein fosfat, dihidrokodein, dan dekstropropoksifen. Semua opiat memiliki efek
analgesik,antitusif, dan menyebabkan konstipasi, dan semuanya menimbulkan efek
ketergantungan.

6
a. Kodein fosfat
Aktif secara oral, kira-kira dua pertiga keefektifannya jika ia disuntik.Kodein
fosfat 30 mg ekuivalen dengan aspirin 600 mg.efektif untuk nyeri viseral. Untuk
nyeri somatik biasanya dikombinasikan dengan aspirin atau parasetamol yang
bekerja sinergistik.
1) Reaksi merugikan
 Mual
 Anooreksia
 Bingung
 Berkeringat
 Konstipasi
b. Dihidrokodein tartrat
Bersifat analgesik dan antitusif, dapat menimbulkan ketergantungan seperti
morfin pada orang tertentu. Dosis analgesik 30-60 mg. Contoh : Tablet Codox,
sebagai analgesik ; lozenges tuscodin sebagai anastetik lokal,sebagai analgesik,
dan antitusif
1.) Reaksi merugikan
Seperti opiat lain.
5. Analgesik Kuat (Narkotik)
Adalah agen penting dalam penatalaksanaan nyeri pasca bedah dan dapat
diberikan secaca kontinu melalui suntikan dengan interval teratur. Pengobatan nyeri
viseral dengan analgesik narkotik sangat efektif terutama pada nyeri yang terus-
menerus.
Keburukannya adalah depresi pernapasan, konstipasim toleransi, dan ketergantungan
jika sering digunakan. Pada orang tertentu dapat menimbulkan ketergantungan jika
dipakai berari-hari baik psikis dan fisik.Alkaloid yang berasal dari opium adalah
orfin, koderin,papaverin, dan noskapin.
a. Morfin
Adalah derivat paling poten dari opium. Bekerja pada sistem saraf pusat sebagai
depresan, menimbulkan efek kantuk, depresi pernafasan, dan depresi reflek batuk,
dan sebagai stimulan SSP, berakibat muntah,miosis,konvulsi. Agen tersebut
merangsang otot polos dan juga menyebabkan konstipasi.

7
Kegunaan :
 Premedikasi bedah
 Mengatasi nyeri pasca bedah
 Nyeri penyakit terminal seperti kangker dan infark mikrokard
Hal-hal Penting yang perlu diperhatikan saat pemberian dosis
 Peningkatan dosis tidak terbatas
 Dosis harus diberikan secara teratur ( sekurangnya setiap 4 jam)
 Obati konstipasi dan mual sesegera mungkin
 Adiksi bukan masalah pada kasus demikian
 Sedasi umumnya bukan masalah setelah beberapa hari terapi
 Jika terapi oral tidak cocok , suntikan SC cukup mudah dilakukan di rumah.
Reaksi merugikan :
 Depresi pernapasan
 Mual muntah
 Konstipasi
 Hipotensi dan bradikardi
 Overdosis yang berakibat depresi pernapasan
b. Petidin
Petidin memiliki sifat mirip morfin, tetapi kurang berakibat pada konstipasi dan
retensi urin dan tidak memiliki sifat menekan batuk seperti morfin.Kerjanya hanya
2-3 jam sehingga tida cocok untuk nyeri menahun. Kegunaan utamanya sebagai
pramedikasi dan mengatasi nyeri pasca bedah, khususnya bedah abdomen, karena
kurang menyebabkan retensi urine dan konstipasi dibanding morfin. Karena tidak
mengurangi kekuatan konstraksi uterus, petidin banyak dipakai sebagai analgesik
obstetrik.
Reaksi merugikan :
 Mulut kering
 Pandangan mengabur
 Mual muntal
 Overdosis yang berakibat depresi pernapasan
c. Metadon
Metadon adalah senyawa mirip morfin dengan sifat mirip morfin termasuk
berpotensi adiksi. Namun, agen tersebut lebih aktif jika diberikan peroral daripada

8
morfin. Kerjanya lam sehingga dosis yang diberikan paling cepat 6 jam sekali. S
sebagai analgesik, akhir-akhir ini agens tersebut banyak dipakai dalam pengobatan
kasus kecanduan heroin dan morfin
Reaksi merugikan
 Muntah mual
 Sedasi
 Ketergantungan tetapi lebih ringan dari morfin

B. Implikasi Keperawatan
1. Pengkajian
Perawatan pasien nyeri lebih dari sekadar memberi analgesik yang diresepkan.
Perlu pendekatan holistik, seperti mencatat jenis dan frekuensi nyeri, penyebab dasar
dan reaksi psikologis pasien terhadap nyeri dan jenis obat untuk mengatasinya.
Pasien mungkin tidak mengutarakan nyeri mereka; perawat hendaknya mengenali
berbagai tanda saat pasien sedang kesakitan, seperti peningkatan kekuatan nadi dan
napas, ekspresi wajah, sikap, gelisah, berkeringat, atau pucat. Pasien, khususnya yang
mengalami penyakit terminal, perlu dibantu mengatasi nyeri dengan analgesik yang
diperlukan, tanpa mempertimbangkan kemungkinan adiksi.
Implikasi keperawatan pada dasarnya sama untuk semua analgesik narkotik.
Mula-mula, profil obat pasien diteliti, apa tidak sedang minum alkohol atau obat-
obatan barbiturat, fenotiazin, atau anti depresan, karena kombinasi tersebut
meningkatkan efek depresi SSP.
2. Intervensi
Pemberian narkotik paling efektif jika diberikan sebelum rasa nyeri mencapai
puncaknya.
3. Evaluasi
Setelah diber, perawat mengkaji keefektifan obat, serta memantau derajat dan
lamanya “bebas sakit”. Pantau tanda reaksi merugikan dan keracunan. Perhatikan
pernapasan; jangan beri narkotik jika frekuensi nafas turun di bawah 10 kali / menit.
Perhatikan distensi abdomen dan kandung kemih serta cegah konstipasi. Perhatikan
adanya tanda ketergantungan dan toleransi, seperti koriza dan gatal hidung umumnya
24-48 jam setelah dosis terakhir. Dudukkan pasien dengan perlahan karena
kemungkinan hipotensi akibat narkotik.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa sakit sedangkan antipiretik adalah
obat yang mencegah atau menghilangkan demam. Analgesik dibagi dua macam yaitu
ringan dan kuat.
Bentuk dari analgesik lemah meliputi aspirin dan salisilat, paracetamol,
nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAID), dan opiat lemah (kodein dan
dekstropropolsofen).
Implikasinya dalam keperawatan, sebagai perawat hendaknya mengenali berbagai
tanda saat pasien sedang kesakitan, seperti peningkatan kekuatan nadi dan napas,
ekspresi wajah, sikap, gelisah, berkeringat, atau pucat. Pasien, khususnya yang
mengalami penyakit terminal, perlu dibantu mengatasi nyeri dengan analgesik yang
diperlukan, tanpa mempertimbangkan kemungkinan adiksi.

B. Saran
Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan obat sesuai dengan yang telah
diresepkan, selain itu perawat juga hendaknya dapat memahai keinginan dari pasien dan
memahami nyeri yang dialami pasien, seperti dengan elihat mimik wajah pasien, sikap
pasien, dll.
Selain itu sebelum dilakukannya pemberian obat sebaiknya cek kembali obat yang
akan diberikan untuk menghindari dari kesalahan pemberian obat.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Tambayong, Jan. 2012. Farmakologi Keperawatan Ed2. Jakarta:EGC


2. Https://desyfarilah09.blogspot.com/2014/06/obat-analgetik-dan-antipiretik.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai