Jurnal Ekonomi Islam Kelompok 6 Kelas U (Akuntansi)
Jurnal Ekonomi Islam Kelompok 6 Kelas U (Akuntansi)
Kelas U
Disusun oleh kelompok 6:
Nurul Inayah (21601082187)
Fatima Tuzaroh (21601082190)
Karina Oktavia (21601082192)
Nafa Risky Lestariwati (21601082198)
Aniswatin (21601082201)
Desi Kurniawati
Universitas Pamulang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi
perbankan syariah dalam pengakuan pendapatan atas pembiayaan murabahah.
Manfaat penelitian ini secara teoritis, penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan
yang didapat selama masa perkuliahan sehingga dapat digunakan sebagai tolok
ukur dalam melihat bagaimana penerapan akuntansi perbankan syariah dalam
pengakuan pendapatan atas pembiayaan murabahah pada PT. Bank BTN Syariah
Pusat.
PENDAHULUAN
Bank BTN Syariah adalah Bank yang berdasarkan prinsip syariah atau
bank syariah juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi yaitu menyerap
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhakannya dalam bentuk pembiayaan. Bedanya dengan bank
konvensional, bahwa Bank BTN Syariah melakukan kegiatan usahanya tidak
berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian
keuntungan.
Akuntansi Syariah
Definisi bebas dari akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian
diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi
tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan (Nurhayati & Wasilah, 2010). Definisi bebas dari syariah
adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi akuntansi syariah dapat
diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Secara terperinci dan jelas teori dan peraktek akuntansi islam relative
belum terwujud, menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:145-146) karakteristik
akuntansi islam terdiri dari :
Perbankan Syariah
2. Fungsi Pembiayaan
a. Meningkatkan daya guna uang
b. Meningkatkan daya guna barang
c. Meningkatkan peredaran uang
3. Pengertian Murabahah
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu
yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan) (al-Qaamus al-Muhith
hal. 279). Menurut Widodo (2010:19) Murabahah berasal dari kata “Ribh”
yang berarti keuntungan laba atau tambahan.
Al-Qur’an juga telah menjelaskan akad murabahah dalam Surat Al-
Baqarah Ayat 275 yang berbunyi bahwa Allah SWT menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Hadis Riwayat Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan
shahih menurut Ibnu Hibban juga menyebutkan dalam kegiatan jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka. Sehingga sesungguhnya akad
murabahah sudah mempunyai dasar syariah untuk dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah
untuk membeli barang ke bank tersebut sebesar yang disepakati kedua belah
pihak, misalnya 20% dari pokok pinjaman. Rumus harga jual (cara pertama) :
Harga Jual = Harga Pokok Aktiva Murabahah (Jumlah Pembiayaan) + (mark up laba*n tahun)
2. Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah, bank syariah menerapkan
keuntungan transaksi misalnya 20%. Rumus harga jual (cara kedua) :
Harga Jual = Harga Pokok Aktiva Murabahah (Jumlah Pembiayaan) + (Inflasi*n) tahun + mark up
3. Dalam penentuan harga jual bank, bank dapat menerapkan metode penetapan
harga jual berdasarkan cost plus mark up. Rumus harga jual (cara ketiga) :
Harga Jual = Harga Pokok Aktiva Murabahah (Jumlah Pembiayaan) + Cost Recovery + mark up
4. Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasi bank syariah yang
dibebankan kepada harga pokok aktiva murabahah atau pembiayaan. Rumus
perhitungan cost recovery :
Cost Recovery = (Harga Pokok Aktiva Murabahah atau Pembiayaan) * Estimasi biaya operasi satu tahun
Mark up atau laba ditentukan sekian persen dari harga pokok aktiva
murabahah atau pembiayaan, untuk menghitung margin murabahah maka kita
dapat menghitung dengan rumus :
Margin Murabahah = (Cost Recovery + mark up) / Harga Pokok Aktiva Murabahah (Pembiayaan))
1. Pengertian Pendapatan
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba atau profit dapat
tercapai bila diperoleh pendapatan. Pendapatan yaitu merupakan tukar
(imbalan) nilai barang atau jasa. Menurut PSAK Nomor 23 paragraf 6 bahwa
Pendapatan adalah arus masuk bruto dan manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
Pendapatan merupakan hasil yang diterima dari pengelolaan yang
berasal dari aktivitas atau kegiatan usaha perusahaan, maka pendapatan yang
besar akan menghasilkan profit yang besar pula. Jumlah pendapatan yang
timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh pihak perusahaan dan
pembeli atau pengguna asset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
1. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan. Dalam transaksi ini entitas syariah akan mencatat, sebagai berikut
:
Nama Akun Debit Kredit
Persediaan Murabahah Rp 000
Kas Rp 000
Penyajian Murabahah
1. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah yang dikurangi penyisihan
kerugian piutang.
2. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) piutang murabahah.
3. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagi pengurang (contra account)
utang murabahah.
Pengungkapan Murabahah
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
a. Sumber data
1. Data primer
Menurut Danang Sunyoto (2011:141) data primer yaitu data yang diper
oleh langsung dari sumber atau objek penelitian, meliputi karakteristik
responden terhadap variabel penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur, dengan
mempelajari buku-buku serta majalah dan sumber lain yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Data ini mendukung keakuratan dan
kebenaran data primer (Jogiyanto, 2011:18).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adi Warman A.Karim. ”Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan”, IIIT, Jakarta.
2006.
Ahnad Ifham Solihin. “Buku Pintar Ekonomi Syariah”. Jakarta : Gramedia. 2010.
Kwang En, Tan dan Dorothy, Jane. "Peranan Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan Untuk Meminimalisasi Piutang Tak Tertagih (Studi Kasus Pada
Perusahaan Sepatu ”X”)" , Jurnal Ilmiah Akuntansi No. 5, Universitas Kristen
Maranatha, Bandung. 2011.
Muhammad syafii Antonio, ”Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik,” Gema Insani,
Jakarta. 2002.
Muzayyidatul Habibah
Alfu Nikmah
Email : wilcit4@yahoo.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
BMT ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada ekonomi yang salam yaitu keselamatan
(berintikan keadilan), kedamaian dan kesejahteraan (Aziz, 2004: 1). Produk
penghimpunan dan penyaluran dana secara teknis-finansial yang dapat
dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah termasuk BMT sangat beragam.
Pada kegiatan penghimpunan dana yaitu melalui wadi’ah dan mudharabah.
Sedangkan kegiatan pembiayaan yaitu berdasarkan jual beli (al-bai’) seperti
murabahah, prinsip sewa atau multijasa (ijarah), prinsip kemitraan (partnership)
berdasarkan prinsip penyertaan (musyarakah), prinsip bagi hasil (mudharabah),
dan prinsip non-profit (al-Qordhul Hasan). (Muhammad, 2004: 5-17).
KAJIAN LITERATUR
Akuntansi Syariah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang
dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dengan pihak
pembeli barang (Muhammad, 2010: 137). Definisi serupa diberikan oleh Sayid
Sabiq bahwa murabahah adalah menjual barang dengan harga pembelian
ditambah dengan keuntungan yang diketahui (Sabiq, 2009: 190).
Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah adalah sebagai berikut:
1) Pihak yang berakad :
a. Cakap hukum
b. Sukarela, tidak dalam keadaan dipaksa (dibawah tekanan)
2) Objek yang diperjualbelikan :
a. Tidak termasuk yang diharamkan
b. Bermanfaat
c. Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan
d. Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad
e. Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima
pembeli.
3) Akad :
a. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad
b. Antara ijab qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun
harga yang disepakati
c. Tidak mengandung klausul yang besifat menggantungkan keabsahan
transaksi pada hal atau kejadian yang akan dating
d. Tidak membatasi waktu, misal : saya jual ini kepada anda untuk jangka
waktu 12 bulan setelah itu jadi milik saya kembali.
Akuntansi Murabahah
PSAK 102 (IAI, 2008: 102.2) merupakan standar yang mengatur tentang
pembiayaan murabahah yang meliputi:
1. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima;
2. Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
3. Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh penjual.
2. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian
piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) piutang murabahah. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai
pengurang (contra account) hutang murabahah. (IAI, 2008: 102.2)
3. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada (1) Harga perolehan aset murabahah;
(2) Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai
kewajiban atau bukan; (3) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101.
(IAI, 2008: 102.2)
Transaksi murabahah dengan prinsip jual beli menunjukkan posisi
lembaga keuangan syariah sebagai penjual. Lembaga keuangan syariah yang
ingin menerapkan PSAK 102 menunjukkan posisinya sebagai penjual,
memiliki resiko kepemilikan persediaan yang signifikan yaitu (Rifqi, 2008:
78);
a. Risiko perubahan harga persediaan
b. Keuangan dan kerusakan persediaan
c. Biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan
d. Resiko pembatalan pesanan pembelian secara sepihak.
Pada PSAK 102 revisi 2008 tidak dilakukan pengaturan tentang cadangan
penurunan nilai. Penerapan awal sebagaimana dimuat pada PSAK 102 (2013)
ditentukan penurunan nilai berdasarkan kondisi yang ada pada saat itu. Selisih
yang terjadi diakui di saldo laba awal. Sementara jika penentuan penurunan nilai
tersebut tidak dilakukan pada awal penerapan PSAK 55, 50 dan 60, maka
dilakukan pemisahan penurunan nilai yang berasal dari periode berjalan yang
diakui di laba rugi dan periode sebelumnya yang diakui di saldo laba.
PEMBAHASAN
Penyajian
Pengungkapan
Hasil Kajian
Laporan keuangan komersial Semua BMT sudah menyusun Seharusnya pihak BMT
(Neraca, laporan neraca, laba rugi, menyusun laporan
Laba/rugi, Aliran kas, Perubahan perubahan modal, namun ada keuangan komersial
modal). yang belum menyusun secara lengkap.
laporan arus kas sehingga
apabila ingin mengetahuinya
perlu melihat dari buku besar
kas secara langsung.
Laporan keuangan syariah (Dana Semua BMT belum Seharusnya pihak BMT
zakat, Dana kebajikan, Catatatan menyusun laporan keuangan lebih terbuka terkait
atas laporan keuangan). syariah untuk dipublikasikan, dengan laporan keuangan
namun laporan tersebut hanya aktivitas syariah.
untuk kepentingan internal.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam. Jakarta:
Pustaka Quantum.
Karim. 2010. Islamic Banking Fiqh and Financial Analysis. 3𝑟𝑑 3𝑟𝑑 edition.
Jakarta: Rajawali Pers.
Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Pricing di Bank Syariah.
Yogyakarta: UII Press.
Rifqi Muhammad. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press.