Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE (KANKER PAYUDARA)

I. PENGERTIAN
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel
kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase
bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang
belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit
dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017).
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana
awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak
terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis
definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif)
dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui
biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu
faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu (American
Cancer Soxiety, 2015).

II. ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah
satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara
sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah
hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk
industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

III. KLASIFIKASI
Klasifikasi Stadium

Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM


American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae
yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in
situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara
tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang
pada dimensi terbesar
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau
kurang pada dimensi
terbesar

T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm


tetapi tidak lebih dari 0.5
cm pada dimensi terbesar

T1b Tumor lebih dari 0.5 cm


tetapi tidak lebih dari 1 cm
pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm
tetapi tidak lebih dari 2 cm
pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm
tetapi tidak lebih dari 5 cm
padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari
5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun
dengan ekstensi langsung
ke dinding dada / kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada,


tidak termasuk otot
pectoralis
T4b Edema (termasuk peau
d’orange) atau ulserasi
kulit payudara atau satellite
skin nodules pada payudara
yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Gambar 1.5 Stadium tumor Ca mammae
(Sumber : American Cancer Soxiety, 2015)

2. Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan jika terdapat metastasi KGB aksila secara klinis atau
metastasis pada KGB supraklivkula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB kasila atau mamaria interna.

3. Metastasis Jauh (M)


a. Mx Metastasis jauh
tak dapat dinilai
b. M0 Tak ada
metastasis jauh
c. M1 Terdapat
Metastasis jauh
Pengelompokan Stadium
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1- M0
N2
Stadium IIIB T4 N1- M0
N2
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N

a. Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran
payudara serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari
area tersebut
b. Stadium 1
Stadium 1 A

Gambar 1.7 Stadium 1 A


(Sumber : Soleha, 2017)
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum
ditemukannya pada pembuluh getah bening.
Stadium 1B

Gambar 1.8 Stadium 1B


(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker payudara stadium 1B berarti bahwa sel kanker payudara dalam
bentuk yang kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat
payudara. Tidak ada tumor dalam payudara, atau umor memiliki
ukuran lebih kecil dari 2cm.
c.. Stadium 2
Stadium 2A

Gambar 1.9 Stadium 2A


(Sumber : Soleha, 2017)
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada
getah bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum
terjadi penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak
ada tanda tumor pada bagian payudara
Stadium 2 B

Gambar 2 Stadium 2B
(Sumber : Soleha, 2017)
1. Kanker berukuran 2-5 cm
2. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara
3. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran

d. Stadium 3
Stadium 3A

Gambar 2.1 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel
kanker pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak
Atau

Gambar 2.2 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara
berada di kelenjar getah bening.
Atau

Gambar 2.3 Stadium 3A


(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah
bening di ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3B

Gambar 2.3 Stadium 3B


(Sumber : Soleha, 2017)
Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai
adanya luka yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa
sudah mengenai getah bening di ketiak dan lengan atas
Stadium 3C

Gambar 2.4 Stadium 3C


(Sumber : Soleha, 2017)
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik
pembuluh getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah
tersebar sel-sel kanker, tepatnya dibawah tulang selangka.
e. Stadium 4

Gambar 2.5 Stadium 4


(Sumber : Soleha, 2017)
Tidak diketahui telah berapa ukuran pasti sel kanker pada fase ini.
Karena sel kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk
diketahui. Sel kanker yang menyebar telah mulai menyebar ke
berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang rusuk.

IV. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara


lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan
mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan
epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Karsinoma
mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem
duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-
kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)

Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat


maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe
aksilaris dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi
timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak
optimal (Mansjoer, 2000).
Faktor predisposisi dan resiko tinggi
Hiperplasia pada sel mamae

Mendesak Mendesak sel Mendesak


Mensuplai jaringan sekitar syaraf pembuluh
nutrisi ke per
darah
jaringan ca Menekan jaringan Interupsi sel syaraf
pada mamae
Hipermetabolis
nyeri Aliran darah
ke jaringan Peningkatan terhambat
konsistensi mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain
Mamae hipoksia
membengkak Ukuran mamae
abnormal
BB turun
Kecemasan Bakteri
Massa tumor
Mamae patogen
Nutrisi kurang mendesak ke
dari kebutuhan jaringan luar asimetrik
tubuh Resiko
Perfusi jaringan Gangguan infeksi
Infiltrasi terganggu body image
pleura
parietal
ulkus

Ekspansi paru
Gangguan
menurun
integritas jaringan

Gangguan
pola nafas
V. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


(Sumber : Jitendra, 2017)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–
25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil
contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari
massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel
yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang
sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel. Sebelum
dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan
pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba
maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan. Apabila
benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan
panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG.
Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal,
maka dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB
seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih
memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri.
Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi bisa
menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis
Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya
superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh
unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c.. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e.. Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f. . Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g. Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB
adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun
insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien
dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari
metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress
pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari
metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel payudara
sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan sel.
Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi
tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga
dapat terjadi negatif palsu
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk
mengambil jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan
metode insisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin
dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan
jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan
normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini
hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan
kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini
memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal,
membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi,
menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa
perdarahan dan infeksi,
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat
palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor
solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program
skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan
sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2012), FNAB yang
dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki sensitivitas
tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini mempergunakan
linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis,
scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke
kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid pada potongan
kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik
adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti FAM adalah 75–85%.
Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan diagnostik USG hanya 62–
78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan
keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena
biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan
tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara
yang padat atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien
dengan resiko tinggi untuk menderita Ca Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat
tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya.
IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara.
Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu
menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma
payudara adalah :Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan
reseptor progesterone (PR), HER2, Ki-67.
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini
meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence)
dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat
digunakan dalam kombinasi dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti
fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang
memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah
satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat
kemoterapi yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae
stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada
Ca mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya penyakit
atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan
untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga.
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan
sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast
conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal
atau regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah
beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh
payudara termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi
kelenjar getah bening aksilaris level I sampai II secara en bloc.
Indikasi: Ca mammae stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan
pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara,


kompleks puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta
kelenjar getah bening aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis
tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama kali dikenal
oleh Halsted untuk Ca mammae, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal. Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang
mampu ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi
payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah onkologi.
Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus
abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis
seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander
sebelumnya. (Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta
kompleks puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening
aksila.
Indikasi:
a. Tumor phyllodes besar
b. Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan
paliatif menghilangkan tumor.
c. Penyakit Paget tanpa massa tumor
d. DCIS

e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan
payudara, dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola,
dengan atau tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila
indikasi:
a. Mastektomi profilaktik
b. Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving
Surgery), dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS
adalah pembedahan atas tumor payudara dengan mempertahankan
bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi dengan
rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1
dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara
onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca
mammae stadium awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan
DFS dan OS yang sama antara BCT dan mastektomi. Namun pada
follow up 20 tahun rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi
dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca
mammae usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan
pembedahan yang aman pada pasien Ca mammae stadium awal
dengan syarat tertentu. Tambahan radioterapi pada BCS dikatakan
memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
a. Ca mammae stadium I dan II.
b. Ca mammae stadium III dengan respon parsial
setelah terapi neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama
multisentris yang lebih dari 1 kwadran dari
payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan
radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara
yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang
mendalam (Kemenkes, 2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua
ovarium dengan/ tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan
secara terbuka ataupun per- laparaskopi.Tindakan ini boleh
dilakukan olehspesialis bedah umum atau Spesiali Konsultan
Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ
kandungan.
Indikasi :
a. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan
mempunyai timyang berpengalaman.( Spesialis bedah
konsultan onkologi).
b. Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan
reseptor hormonal positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif
dapat dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus
mendapatkan ethical clearance dari lembaga yang berwenang.
(Kemenkes, 2017)

h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca
mammae. Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara
para ahli, namun dikatakan metastasektomi mempunyai angka
harapan hidup yang lebih panjang bila memenuhi indikasi dan
syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan pada Ca mammae dengan
metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral.Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang
masih kontroversi.
Indikasi:
a. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
b. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap
organ sekitar
Syarat:
a. Keadaan umum cukup baik (status performa baik =
skorWHO >3)
b. Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
c. Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa
gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang
masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan imunohistokimia
memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi
yang telah menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat
diganti injeksi cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ),
Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500
mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)

b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam
menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan
validasi pemeriksaan tersebut dengan baik. Terapi hormonal
diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV. Pada kasus
kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak
lebih baik dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya
didahulukan dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi
pada pasien yang sudah menopause dan Her2-.Lama pemberian
ajuvan hormonal selama 5-10 tahun. (Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe
A/B. Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan
pemeriksaan IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2
adalah herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus yang stadium
dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3
minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum
direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana Ca mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca
mammae dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada
semua kasus Ca mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini
disebabkan radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan
mengurangi angka kematian karena Ca mammae dan memiliki
kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae stadium dini
yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70
tahun dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1).
Reseptor estrogen +Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal
(Kemenkes, 2017)
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. PENGKAJIAN

I. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis
kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae
dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan,
status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko untuk terkena Ca
Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik : Ca Mamae
2. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin
lama makin mengeras
b. Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
c. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami
sakit bagian dada sehingga mendapatkan terapi penyinaran
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
c. Imunisasi
Imunisasi lengkap
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
e. Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya
keluarga yang mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca
mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae
atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa
dan tidak perlu untuk dibawa ke dokter
2. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena
klien susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Adanya penurunan berat badan
3. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
4. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya
rasa nyeri pada payudara
5. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada
payudara yang ia rasakan
6. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi
pada kognitif, sensorik maupun motoric
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau
kehilangan bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya
diri, malu dan kehilangan haknya sebagai wanita
8. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan
biasanya kurang puas
9. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain.
Gangguan peran pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya
seperti biasa
10. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada
keputusasaan
11. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam
melaksanakan ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan
aktivitas

IV. Pemeriksaan Fisik


Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
1. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi
yang tidak adekuat
3. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
4. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah
bermetastase ke paru
5. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak
pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
6. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
7. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
8. Mamae
a. Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak
9. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada pembesaran
b. Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus
c. Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
d. Auskultasi
Tympani
10. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
11. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
12. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis

V. Pemeriksaan penunjang

a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)


Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna
untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat
dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil
komplemen dari
e. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara,
dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena
proses penyakit
C. Intervensi

DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA HASIL
(NIC)
(NOC)

Nyeri akut Setelah 1605 Kontrol nyeri 1400 Manajemen


berhubungan dilakukan Setelah dilakukan Nyeri
dengan adanya tindakan tindakan keperawatan 1. Lakukan
infiltrasi tumor selama lebih selama lebih dari 1 jam pengkajian nyeri
dari 1 jam, klien dapat mengatasi komprehensif yang
nyeri pasien nyerinya ditandai meliputi lokasi,
bisa dengan : karakteristik,
berkurang 1. Dapat mengenali onset/durasi,
kapan nyeri terjadi frekuensi, kualitas,
2. Klien dapat intensitas atau
menggunakan beratnya nyeri dan
tindakan faktor pencetus
pengurangan nyeri 2. Berikan informasi
tanpa analgesic mengenai nyeri
3. Klien melaporkan 3. Ajarkan prinsip-
perubahan terhadap prinsip manajemen
gejala nyeri pada nyeri
professional 4. Kurangi atau
kesehatan eliminasi faktor-
4. Klien mengenali apa faktor yang dapat
yang terkait dengan mencetuskan nyeri
gejala nyeri dan meningkatkan
5. Klien melaporkan nyeri
nyeri yang terkontrol 5. Gali bersama
pasien faktor-faktor
yang dapat
menurunkan dan
memperberat nyeri
6. Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasi
kan tindakan
penurun nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan
Cemas Setelah Kriteria hasil : 4020 Pengurangan
berhubungan dilakukan Kecemasan
1. Klien mampu
dengan krisis intervensi 1. Gunakan
mengidentifikasi
situasi ditandai keperawatan pendekatan yang
dan
dengan selama 1x45 menenangkan dan
mengungkapkan
peningkatan menit meyakinkan
gejala cemas.
ketegangan, diharapkan 2. Jelaskan semua
2. Mengidentifikasi,
gemetar dan gelisah cemas prosedur termasuk
mengungkapkan,
berkurang. sensasi yang dirasakan
dan menunjukkan
yang mungkin akan
teknik mengontrol
dialami
cemas.
3. Berikan informasi
3. Vital sign dalam
factual terkait
batas normal.
diagnosis, perawatan
4. Postur tubuh,
dan prognosi
ekspresi wajah,
4. Berada disisi klien
bahasa tubuh dan
untuk meningkatkan
tingkat aktivitas
rasa aman dan
menunjukkan
mengurangi ketakutan
berkurangnya
5. Dengarkan klien
kecemasan 6. Kontrol stimulus
untuk kebutuhan klien
yang tepat

Ketidakseimbangan Setelah 1004 Status nutrisi 1100 Manajemen


nutrisi kurang dari dilakukan Setelah dilakukan nutrisi
kebutuhan tubuh tindakan tindakan keperawatan 1. Tentukan status
berhubungan keperawatan 31-45 menit status gizi pasien dan
dengan selama 31- nutrisi klien normal kemampuannya
ketidakmampuan 45 menit, ditandai dengan : memenuhi
mengabsorbsi maka klien 1. Tidak ada masalah kebutuhan gizi
nutrient ke jaringan memiliki pada asupan gizi, 2. Tentukan jumlah
berat badan makanan dan cairan kalori dan jenis
yang ideal 2. Tidak adanya nutrisi yang
sesuai tinggi kekurangan energy dibutuhkan untuk
badan 3. Normalnya rasio antara memenuhi
berat badan dan tinggi persyaratan gizi
badan 3. Monitor kalori dan
4. 1014 Nafsu makan asupan makanan
Setelah dilakukan 4. Monitor
tindakan keperawatan kecenderungan
31-45 menit nafsu terjadinya
makan klien meningkat penurunan dan
ditandai dengan : kenaikan berat
1. Adanya keinginan badan
untuk makan 1240 Peningkatan
2. Meningkatnya intake berat badan
makanan, nutrisi dan
1. Monitor mual
cairan
muntah
3. Tidak terganggunya
2. Dukung
rangsangan untuk
peningkatan asupan
makan
kalori
1015 Fungsi 3. Instruksikan cara
gastrointestinal meningkatkan
Setelah dilakukan asupan kalori
tindakan keperawatan 4. Kenali apakah
31-45 menit fungsi penurunan berat
gastrointestinal kembali badan yang dialami
normal ditandai dengan pasien merupakan
: tanda penyakit
1. Tidak terganggunya terminal
nafsu makan 5. Instruksikan pasien
2. Tidak adanya nyeri dan keluarga
abdomen mengenai target
3. Tidak adanya refluks yang realistis
lambung dan terkait penyakit dan
peningkatan peningkatan berat
peristaltic badannnya
4. Klien tidak
mengalami mual
muntah
5. Tidak adanya
penurunan berat
badan
Gangguan citra Setelah 1200 Citra Tubuh 5220. Peningkatan
tubuh berhubungan dilakukan 1. Gambaran internal Citra Tubuh
perubahan pada intervensi diri 1. Gunakan bimbingan
bentuk tubuh keperawatan 2. Kepuasaan dengan antisipatif menyiapkan
karena proses selama 1x45 penampilan tubuh pasien terkait dengan
penyakit menit 3. Kepuasaan dengan perubahan-perubahan
diharapkan fungsi tubuh citra tubuh
gangguan 4. Penyesuaian terhadap 2. Bantu pasien untuk
citra tubuh perubahan tampilan mendiskusikan
dapat fisik perubahan-perubahan
berkurang. 5. Penyesuaian terhadap disebabkan adanya
perubahan fungsi tubuh penyakit atau
pembedahan
3. Monitor frekuensi
dari pernyataan
mengkritisi diri
4. Bantu pasien
mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
meningkatkan
penampilan
5. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan dukungan
emosi klien
7. Anjurkan keluarga
klien untuk selalu
mendampingi klien

D. Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi Tanda
tangan
1 Nyeri berhubungan S : Pasien mengatakan nyerinya DEAR
dengan adanya sudah berkurang
penekanan massa tumor O : Nyeri hilang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2 Cemas berhubungan S : Pasien mengatakan sudah DEAR
dengan krisis situasi tidak cemas
ditandai dengan O : Pasien nampak tenang
peningkatan ketegangan, A : Masalah teratasi
gemetar dan gelisah P : Lanjutkan Intervensi

3. Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan nafsu DEAR


nutrisi kurang dari makannya sudah bertambah
kebutuhan tubuh O : Berat badan pasien naik
berhubungan dengan A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

4 Gangguan citra tubuh S : Pasien mengatakan sudah DEAR


berhubungan dengan mulai menerima dengan
mastektomi keadaannya dan sudah mulai
percaya diri
O : Pasien nampak berinteraksi
aktif dengan lingkungannya
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013.


Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby,
Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5.
Indonesia: CV Mocomedia.
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Komplikasi Pengobatan Kanker Payudara.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-payudara/komplikasi-
pengobatan-kanker-payudara/. [diakses tanggal 4 September 2019].
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016.
Diambil dari https://www.cancer.org/content/dam/cancer-
org/research/cancer-facts-and-statistics/breast-cancer-facts-and-
figures/breast-cancer-facts-and-figures-2015-2016.pdf [diakses pada 8
januari 2018].
Bioherbaka. (2016). Tinjauan Medis: Cara Mengencangkan Payudara.
http://bioherbaka.com/tinjauan-medis-cara-mengencangkan-
payudara.html. [diakses tanggal 4 September 2019].
Buku saku dokter. 2017.Ca mammae atau Ca mammae. Diambil dari
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/ [Diakses
pada 4 September 2019].
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M.
Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition.
Singapore: Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari.,
Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC).
Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai