Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini
berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit
degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut
biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat
diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan


keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil
yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan
dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi
terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini
sebagai berikut.
1. Apakah anatomi fisiologi pada system integument ?
2. Apakah pengertian luka ?
3. Bagaimanakah pengkajian luka ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini.
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi pada system integument.
2. Untuk mengetahui pengertian luka.
3. Untuk mengetahui pengkajian tentang luka.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI FISIOLOGI PADA SISTEM INTEGUMENT


a. Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada
di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila
terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

1. Epidermis

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis
sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia
dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

1) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses


melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.
3) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
4) Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan
ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari
lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut: gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin.

3
4

2. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis
menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat,
kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening,
dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi
jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel jaringan
rambut & pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam
epidermis.

Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan
stratum reticular.

1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
2) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin,
retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta
fibroblas).

3. Subkutan atau Hipodermis

Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga
sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap
trauma. Tempat penumpukan energi.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan
atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh
dan sebagai cadangan makanan.

Fungsi kulit:

1. Proteksi (melindungi)

2. Absorbsi (menyerap)
5

3. Regulasi (Pengatur Panas)

4. Ekskresi (Pengeluaran)

5. Persepsi / Reseptor (Peraba)

6. Pembentukan Pigmen

7. Keratinisasi

2. Anatomi dan Fisiologi Rambut

Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terutama. Rambut muncul dari
epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di bawah
dermis. Struktur mirip rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada tumbuhan.
Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan, telapak kaki dan bagian dorsal dari
falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.

Pertumbuhan rambut dimulai pada bulan ke 3 masa janin. Mula-mula epidermis mengalami
invasike dermis. Pertumbuhan rambut pertama kali terjadi pada daerah : alis, dagu, bibir
atas selanjutnya diikuti bagian lain yang akan di tutup kulit tipis. Invasi epidermis ini akan
menjadi folikel rambut yang nantinya akan tumbuh menjadi rambut. Pada bulan ke-5
sampai ke-6 janin mempunyai rambut yang sangat halus yang disebut Lanugo. Sebelum lahir
Lanugo rontok, kecuali pada daerah :alis, kelopak mata dan kulitkepala. Beberapa bulan
setelah lahir, rambut-rambut ini rontok, diganti yang lebih kasar yang disebut vellus. Pada
masa puber : tumbuh rambut di sekitar saxila dan pubes. Pada pria juga tumbuh kumis,
jenggot, dan lain-lain. Rambut kasar terdapat pada : kepala, alis dan tumbuh pada masa
puber, disebut sebagai “Terminal Hairs”.

Struktur Rambut :

Rambut merupakan tambahan pada kulit kepala yang memberikan kehangatan,


perlindungan dan keindahan. Rambut juga terdapat diseluruh tubuh, kecuali telapak tangan,
telapak kaki dan bibir. Semua jenis rambut tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam
lapisan dermis dari kulit. Oleh karena itu kulit kepala atau kulit bagian badan lainnya
memiliki rambut.

Susunan rambut :

1. Akar Rambut (Hair Folicle)

2. Lapisan Batang Rambut

3. Batang Rambut

4. Klasifikasi Rambut
6

Fase Pertumbuhan Rambut :

a. Fase pertumbuhan (Anagen)

Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel lebih tua ke atas.
Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal
mengalami fase pertumbuhan pada satu saat.

b. Fase Peralihan (Katagen)

Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah
akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan
sehingga terbentuk gada (club) berlangsung 2-3 minggu.

c. Fase Istirahat (Telogen)

Berlangsung kurang lebih 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 – 100 lembar rambut
rontok dalam tiap harinya. Faktor pendukung terjadinya kerontokan rambut jika terjadi
trauma, stress dan sebagainya.

3. Anatomi dan Fisiologi Kuku

Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat
mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran.
Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain
terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.

Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai darah kuat
sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan
bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit. Pertumbuhan kuku jari
tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 – 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan
kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh.

Bagian kuku terdiri dari:

1. Matriks kuku merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.

2. Dinding kuku (nail wall) merupakan lipatanlipatan kulit yang menutupi bagian
pinggir dan atas.

3. Dasar kuku (nail bed) merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.

4. Alur kuku (nail grove) merupakan celah antar dinding dan dasar kuku.

5. Akar kuku (nail root) merupakan bagi proksimal kuku.


7

6. Lempeng kuku (nail plate) merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dinding kuku.

7. Lunula merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.

8. Eponikium (kutikula) merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit arinya


menutupi bagian permukaan lempeng kuku.

9. Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ar dibawah kuku yang bebas (free
edge) menebal.

2.2 PENGERTIAN LUKA


A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997).
Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek yang akan muncul yaitu,
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.
B. Jenis-Jenis Luka
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik
8

aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% - 17%. d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka


a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati.

C. Fase Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti
yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
9

a. Fase Inflamatori Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua
proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka,
retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan
matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Fase inflamatori juga
memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-
benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa
bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.
b. Fase Proliferatif Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21
setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi
luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga
kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan
nampak dibawah garis irisan luka.
c. Fase Maturasi Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya ,
menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan
elastisitas dan meninggalkan garis putih.

D. Faktor yang Mempengaruhi Luka


1. Usia Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral
seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status
10

nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan
resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose
tidak adekuat.
3. Infeksi Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi
penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang
memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka
lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama
untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan
vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan
luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
7. Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu
adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
11

9. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

2.3 PENGKAJIAN LUKA


A. PENGKAJIAN LUKA

1. Pemeriksaan Kulit Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan Kulit dpt dilakukan
melalui metode inspeksi & palpasi.

a. Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti : Adanya perdarahan, Proses
inflamasi (kemerahan & pembengkakan), Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaks
inflamasi pada saat pembekuan berkurang), Adanya parut atau bekas luka (scar) akibat
fibroblas dlm jaringan granulasi mengeluarkan kolagen yang membentuknya serta
berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi terbentuknya keloid.

b. Melihat adanya benda asing atau bahan2 pengontaminasi pada luka mis : tanah, pecahan
kaca atau benda asing lain

c. Melihat ukuran, kedalaman & lokasi luka

d. Adanya dariainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap. & nyeri pada daerah luka

B. DIAGNOSSA KEPERAWATAN

1. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah luka

2. Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan

3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan : Insisi bedah, Cedera akibat zat
kimia
12

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan :

1. Meningkatkan hemostasis luka

2. Mencegah infeksi

3. Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut

4. Meningkatkan penyembuhan luka

5. Mempertahankan integritas kulit

6. Mendengankan kembali fungsi normal

7. Memperoleh rasa nyaman (mengurangi nyeri)

Rencana tindakan :

1. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga atau mempertahankan agar


luka tetap dalam keadaan bersih

2. Mengurangi nyeri & memperceoat proses penyembuhan luka dengan cara


melakukan perawatan luka secara aseptic.

D. EVALUASI

1. Evaluasi terhadap masalah luka secara umum dpt dinilai dari sempurnanya prose
penyembuhan luka, tidak ditemukan adanya tanda radang, tidak ada perdarahan, luka dlm
keadaan bersih & tidak ada keloid/skiatrik

2. Mengevaluasi penyembuhan luka secara terus menerus yang dilakukan selama mengganti
balutan, saat terapi diberikan & saat klien berusaha melakukan sendiri perawatan lukanya.

3. Mengevaluasi setiap intervensi yang dilakukan untuk mempercepat penyembuhan luka &
membandingkan kondisi luka dengan data pengkajian.

4. Mencari tahu kebutuhan klien & keluarga tentang peralatan bantuan tambahan.
13

Contoh rencana asuhan keperawatan untuk kerusakan integritas kulit

Dx. Kep : Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka yang terkontaminasi

 Tujuan : integritas kulit pada area luka operasi meningkatkan pada 20 April
 Hasil yang diharapkan : luka bersih dan utuh tanpa inflamasi, dariainase at maserase
pada 18 April , tepi luka saling berdekatan.
 Intervensi : jaga agar agar luka tetap bersih dan kering, ganti balutan sesuai program
termasuk debridement dan pemberian obat – obatan,. Intruksikan klien atau orang
yang penting bagi kilen untuk mengkaji dan merawat luka. Minta klien
mendemostrasikannya kembali.
 Rasional : penyembuhan luka bergantung pada keadaan yang bersih dan lembab
untuk proses epitelisasi dan deposisijar. Granulasi (Atwater, 1989; Cooper, 1992).
Pengkajian luka dan kulit di sekitarnya secara teratur dan akurat merupakan hal
yang penting dalam rencana asuhan keperawatan untuk menejemen luka. (Cooper,
1992).

Contoh evaluasi untuk intervensi kerasukan integritas kulit


 Tujuan : integritas kulit pada area luka operasi semakin baik.
 Tindakan evaluasi : inspeksi permukaan kulit didekat luka dan disekitar
tempat dariainase. Observasi kondisi luka dan karakter dariainase.
 Hasil yang diharapkan : luka bersih dan utuh tanpa inflamasi, dariainase
atau meserasi. Tepi luka saling mendekat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang
rusak atau hilang.

3.2 Saran
Agar pembaca dapat memperbaiki serta memperhatikan pembuatan makalah
selanjutnya, khususnya tentang penyembuhan perawatan luka.

14
DAFTAR RUJUKAN

http://blog.umy.ac.id/topik/file/2011/12/merawat-luka.pdf

http:jurnal.inpad.ac.id/farmaka/article/download/13366/pdf

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/1678/1583

15

Anda mungkin juga menyukai