Anda di halaman 1dari 2

Juvenil hormone (JH)

Hormon ini dijumpai hampir pada semua artropoda dan krustase.

peranan JH pada proses-proses fisiologi serangga antara lain peranan JH dalam mengontrol proses
perkembangan dan pertumbuhan serangga dan peranan JH pada polyphenism dan polymorphism
serangga. Beberapa peranan JH antara lain berperan dalam mengontrol pemasakan ovari, pembentukan
tanduk pada kumbang dan berperan dalam penentuan kasta pada serangga-serangga sosial seperti lebah
madu dan rayap.
JH juga penting untuk proses produksi telur pada serangga betina. Sebagian besar spesies
serangga mengandung hanya JH III (Gambar 1). Sampai saat ini JH 0, JH I dan JH II telah diidentifikasi hanya
pada ordo Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat).
JH di dalam Ae. aegypti jumlahnya sedikit pada saat eclosion, dan meningkat pada hari pertama
setelah imago muncul. Jumlah JH yang naik pada saat awal sangat penting untuk menyempurnakan organ
reproduksi serangga betina. Kecapatan biosintesis JH oleh corpora allata secara in vitro mencerminkan
tingkat JH dalam nyamuk, biosintesis JH sangat rendah pada serangga betina baru yang muncul dan
meningkat drastis selama 24 jam setelah eclosion (Li et al., 2003).

JUVENILE HORMON MENGINDUKSI POLYPHENISM DAN POLYMORPHISM

Contoh-contoh penting fase polymorphism antara lain polymorphism pada belalang,


polymorphism kasta pada serangga sosial, polymorphisme seasonal pada kupu-kupu dan polymorphism
sayap pada berbagai jenis serangga.

JH MENGONTROL PEMBAGIAN KASTA PADA SERANGGA SOSIAL

Studi tentang peranan JH dalam mengontrol pembagian kasta pada serangga-serangga sosial
seperti pada lebah madu, semut dan rayap telah banyak dilakukan. Robinson dan Vargo (1997),
telah melakukan studi tentang peranan JH dalam menentukan pembagian kasta pada lebah madu
Apis mellifera

JH mempengaruhi pembagian (divisi) pekerjaan pada koloni lebah madu Apis mellifera. JH
mempengaruhi kecapatan perkembangan, sebagai contoh umur lebah akan merubah pekerja dalam
sarang untuk mencari makanan nektar dan pollen di luar sarang. Sirkulasi JH meningkat setelah
berkembang menjadi dewasa.

JH juga mempengaruhi penentuan kasta pada semut dan rayap. Pada semut Pheidole bicarinata,
JH pada instar terakhir menyebabkan larva terus berkembang daripada melakukan pupa. Larva menjadi
lebih besar kemudian menjadi prajurit, perilaku dan morfologi dikhususkan untuk pertahanan, sedangkan
larva yang tidak mengalami peningkatan JH menjadi minor pekerja, dikhususkan untuk perawatan brood
(Wheeler dan Nijhout, 1984 dalam Elekonich dan Robinson, 2000). Pada rayap Zootermopsis angusticollis,
JH mempengaruhi perbedaan antara pekerja dengan ratu. Tingkat JH yang tinggi selama periode kritis
akan mempengaruhi perkembangan pekerja dibanding ratu (Luscher, 1974 dalam Elekonich dan
Robinson, 2000).
JUVENILE HORMON BERPERAN DALAM PERKEMBANGAN TANDUK PADA
KUMBANG

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa JH berperan penting dalam pengaturan pengekspresian
tanduk pada kumbang Onthophagus jantan. Menurut Elmen dan Nijhout (1994) penggunaan JH
sintetik seperti methoprene dapat digunakan untuk mengetahui pengeekspresian tanduk pada
kumbang jantan. Emlen dan Nijhout (1999) melaporkan bahwa aplikasi methoprene pada larva
kumbang jantan Onthophagus taurus instar IV berpengaruh nyata terhadap morfologi tanduk.
Aplikasi methoprene pada kumbang jantan yang berukuran kecil (mempunyai ciri tidak punya
tanduk) akan berubah dari tidak punya tanduk berkembang menjadi bertanduk. Aplikasi
methoprene pada kumbang jantan yang besar (mempunyai ciri dengan tanduk) tidak akan
mengubah perkembangan kumbang menjadi tanpa tanduk. Aplikasi methoprene pada kumbang
betina akan menginduksi pembentukan tanduk.

Anda mungkin juga menyukai