Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Disusun Oleh :

Aronita

Joha

Rina Afriani

Subhan

Sultan

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamedika Jakarta


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Maternitas 1 ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya makalah keperawatan medical bedah
1 ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Ns. Hanik, Skep, MM. yang telah
membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini.
Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan
untuk menyempurnakan makalah ini. Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di
manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Jakarta, 15 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui jalan lahir
dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan
dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan
pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua system.

Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature


anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba
tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan yang
paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system
organ tapi yang terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan
hepar.Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL).

II. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif terhadap bayi baru lahir

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan bayi baru lahir,
Maka mahasiswa/i diharapkan mampu :

1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Neonatus


2. Untuk mengetahui tentang Pengumpulan Data
3. Untuk mengetahui tentang Pengkajian fisik bayi baru lahir
4. Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan umum
5. Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan Fisik Pada Neonatus
6. Untuk mengetahui tentang Rencana Asuhan Bayi 2 – 6 Hari
7. Untuk mengetahui tentang Penanganan
BAB I
KONSEP BAYI BARU LAHIR

1. Definisi
Neonatus (bayi baru lahir) normal adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu
lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.Bayi lahir melalui jalan lahir dengan
presentasi kepala ssecara spontan tanpa gangguan,menangis kuat,nafas secara spontan dan
teratur, berat badan antara 2500-4000gram dan panjangnya 14-20 inci (35.6-50.8 sentimeter,
walaupun bayi baru lahir pramasa adalah lebih kecil). Kepala bayi baru lahir itu amat besar di
banding bagian-bagian badan yang lain, Sedangkan tengkorak manusia dewasa adalah kurang
lebih 1/8 dari panjang badan. Ketika dilahirkan, tengkorak bayi baru lahir masih belum
sempurna menjadi tulang. Setengah bayi baru lahir mempunyai bulu halus yang dinamakan
lanugo, khususnya di belakang, bahu, dan dahi bayi pramasa. Lanugo hilang dengan
sendirinya dalam masa beberapa minggu.
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama
jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha napas
pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Jadi asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri
hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30 menit
setelah kelahiran
b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai
sekitar akhir minggu kedua dari kehidiupan pascamatur

2. Adaptasi Fisiologi
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan
hidupnya secara mandiri dengan cara :
a. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri.
b. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup.
c. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :

Perubahan sistem pernapasan / respirasi


Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem
kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas


Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
 Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah
dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan
janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.
 Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam
paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Agar alveolus
dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran
darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan
adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi
yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan
dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan
napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-
paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-
paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang
terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-
paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah


 Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu
sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir
ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
 Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan
relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini
dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup. Vena
umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi
jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang
bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat
terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi
yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika
seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan
(perawat dan bidan) berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah
akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen
terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia,
pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam
jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam
pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam
pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat
bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin
merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh
dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh”
pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan
dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting
contohnya memberi ASI on demand.

Sistem kekebalan tubuh/ imun


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh
yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
 perlindungan oleh kulit membran mukosa
 fungsi saringan saluran napas
 pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
 perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum
matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal
kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem
kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan
reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan
deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal antara lain:
a. Lingkungan pranatal, dimana pada waktu dilingkungan pranatal tidak di rawat oleh
ibunya sehingga dilingkungan pascanatal meempengaruhi perkembangannya.
b. Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi penyesuaian
pascanatal.
c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan, ada dua pengalaman yang
berpengaruh besar pada penyesuaian pascanatal,yaitu seberapa jauh ibu terpengaruh
oleh obat-obatan dan mudah sullitnya bayi bernapas.
d. Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkan sebelum waktunya di sebut
premature, sedangkan yang terlambat disebut postmatur. Abortus : bayi lahir dengan
berat badan kurang dari 500 g, dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka
harapan hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%
e. Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua memperlakukan bayinya itu
akan mendorong penyesuaian yang baik.
f. Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan tubuh, kedua
rangsangan yang diberikan.dan ketiga kepercayaan orang tua.
4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut
jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive seperti menghisap dan mencari
putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi
akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi
mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun
bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
o Pemeriksaan tanda – tanda vital
 Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun
demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan
sirkulasi pernapasan yang belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam
kondisi hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat
celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
 Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur
karena adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba.
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
 Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga
dipengaruhi oleh aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-
tiba.

o Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40 minggu.
Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim
(uterus)
o Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam pertama
kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang
berada di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung
sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan
zat sisa dari jaringan tubuh.
o Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan
dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi
otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama
berkisar 80 kali permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
o Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi lembut
dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi
ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk
mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum
berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak
terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
o Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda,
pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna
kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat
halus dan tipis, lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap
terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih
kemerahan ketika bayi menangis.
o Berat badan bayi
Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah
lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir adalah:
 Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang dari 4000gr
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
 Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram

 APGAR
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk
memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta
pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah
dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas
pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong
persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot,
gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan
denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia.
Prosedur penilaian APGAR :
 Pastikan pencahayaan baik
 Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
 Jumlahkan hasilnya
 Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
 Ulangi pada menit kelima
 Ulangi pada menit kesepuluh
 Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian :
 Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
 Nilai tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan
tindakan resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi
 Behavioral State
o Quite sleep state
o Active sleep state
o Drowsy state
o Quiet Alert state
o Active alert state
o Crying state

 Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang
kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal
kembali setelah beberapa hari sehingga ubun –ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran
dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya
trisomi 21.
Pemeriksaan adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum,
sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan
adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
 Telinga
Pemeriksaan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang
rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang
jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah
(low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin).
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
 Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara
kantus mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya
glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna
putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma
seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
 Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.
Bibir dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup. Refleks hisap
bayi harus bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung,
pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika
cuping hidung mengembang menunjukkan adanya rangsangan pernapasan.\

 Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa
adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
 Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara
baik pada laki – laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone
wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
 Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan
adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa
adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut, sehingga menimbulkan
luka dan perdarahan.
 Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat.
Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan terdapat
hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali
atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
 Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma
(kelenjer kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju)
pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris
normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon
ibu disebut juga psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-
laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum.
Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan dorsal.
Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
 Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris.
Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau komplet dapat
menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada.
Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi
femoralis dan pedis normalnya ada.
 Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut
yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
 Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir. Perhatikan adanya
lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
 Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak
berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang
menunjukkan imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan hilang pada tahun
pertama. Tidak adanya refleks – refleks ini menandakan masalah neurologis yang
serius.

b. Tes Darah
o Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
o Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
o Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
o Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2 hari
dan 12mg/dl pada 3-5 hari.

5. Penatalaksanaan Medis

a. Non Farmakologi
Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah
dilahirkan)
Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
Penimbangan BB setiap hari
Jadwal menyusui
Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi
Suction dan oksigen
Vitamin K
Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral atau
neosporin).
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa dipakai
untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah muskulus vastus lateralis.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat tidur
; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata
20 jam.

b. Pernapasan dan Peredaran Darah


Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status kesehatan bayi
dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode APGAR
Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta
wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara
120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas, wajah dan
seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran.
Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik.

c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran suhu tubuh
dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.

d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit
pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan. Kulit biasanya dilapisi
dengan zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut
verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau tidak
sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus
(rektal) dan jenis kelamin.

f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali pusat harus
kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.

g. Refleks
 Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan terjadi
refleks lengan dan tangan terbuka.
 Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan memberi
reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi
reaksi.
 Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau diangkat
akan bergerak seperti berjalan.
 Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi yang
disentuh itu mencari puting susu.
 Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi akan
membuat gerakan menghisap.

h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun harus
waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat badan lahir normal adalah
2500 sampai 4000 gram.

i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam kehijauan
dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.

j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan panjang
badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm,
suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm.
Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.

k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/himen dapat
terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria
; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks
hisap tidak adekuat.
b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan luar
rahim, keterbatasan jumlah lemak.
c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat)
tali pusat masih basah.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL),
keterbatasan masukan cairan.
e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap
tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
o Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
o Intake dan output makanan seimbang.
o Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan:
 Timbang BB setiap hari.
 Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
 Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10 menit.
 Lakukan pemberian makanan tambahan.
 Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian makanan (tersedak,
menolak makanan, produksi mukosa meningkat).

b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan luar
rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria:
o Suhu tubuh normal 36-370 C.
o Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
Rencana tindakan:
 Pertahankan suhu lingkungan.
 Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
 Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air bayi tidak
kedinginan.
 Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor, pucat, kulit dingin).

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) tali
pusat masih basah.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
o Bebas dari tanda-tanda infeksi.
o TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
o Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
 Pertahankan teknik septic dan aseptic.
 Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
 Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
 Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
 Ukur TTV setiap 4 jam.
 Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan
masukan cairan.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
o Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output kurang
dari 1-3ml/kg/jam.
o Membran mukosa normal.
o Ubun-ubun tidak cekung.
o Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
 Pertahankan intake sesuai jadwal
 Berikan minum sesuai jadwal
 Monitor intake dan output
 Berikan infuse sesuai program
 Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
 Monitor temperatur setiap 2 jam

e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.


Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Kriteria hasil:
o Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
o Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rencana tindakan:
 Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan perawatan dan
pengobatan.
 Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
 Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
 Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
 Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
 Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan
tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000
gram.
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang-
kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi tertentu
Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Hapsari. 2009. Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal). Jakarta: EGC
Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwon
Prawirohardjo
Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita. CV. Trans
Info Media. Jakarta Timur.

Anda mungkin juga menyukai