2 61
*T. Susmiarsih
Abstrak
* Bagian Anatomi Fakultas Mitokondria merupakan organel sel yang berperan penting terhadap fungsi neuronal. Organel
Kedokteran Universitas sel ini berfungsi menghasilkan energi dalam bentuk ATP, menciptakan homeostatis dan
2+
YARSI sinyal Ca , yang sangat diperlukan dalam proses transmisi sinapsis, plastisitas dan
ketahanan sel. Dinamika fungsi mitokondria tersebut, sangat tergantung pada keseimbangan
Correspondence proses fusi dan fisi yang melibatkan faktor-faktor lingkungan dan pengontrolan genetik dari
T. Susmiarsih, Ssi.,
gen inti dan mitokondria. Dasar molekular yang melandasi penurunan dinamika mitokondria
M.Biomed.
Bagian Anatomi Fakultas masih sedikit dimengerti, namun hasil studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengindikasikan
Kedokteran Universitas bahwa disregulasi mitokondria memainkan peranan penting dalam patogenesis beberapa
YARSI, penyakit neurodegenerasi seperti penyakit Alzeimer, huntington dan Parkinson. Hasil studi
Jln Letjen Suprapto tersebut didasari bahwa pada sel yang sehat, keseimbangan dinamika proses fusi dan fisi
Cempaka Putih Jakarta sangat diperlukan pada fungsi normal mitokondria dan seluler. Artikel ini akan membahas
10510. dinamika mitokondria pada beberapa penyakit neurodegenerasi. Diharapkan pengetahuan
Telp. 021-4244574 dasar ini dapat menjadi suatu paradigma dalam intervensi terapeutik penyakit
neurodegenerasi.
dan membran dalam, selain itu memiliki dua Membran dalam memiliki struktur melekuk,
kompartemen yaitu matriks mitokondria (yang melipat ke bagian matriks mitokondria, yang dikenal
diselimuti langsung oleh membran dalam) dan ruang sebagai krista. Struktur melekuk ini sangat
antar membran (Gambar 1). Membran luar membantu dalam meningkatkan luas permukaan
mengandung sejumlah protein transpor (yang membran dalam sehingga meningkatkan
disebut porin) dan enzim-enzim yang terlibat dalam kemampuannya menghasilkan ATP. Struktur yang
biosintesis lipid dan metabolisme mitokondria. Porin melekuk ini juga membantu mempercepat komponen
ini membentuk saluran berukuran relatif besar pada matriks mencapai membran dalam. Membran dalam
lapisan bilayer membran luar yang memungkinkan dan matriks mitokondria terkait erat dengan aktivitas
lolosnya ion atau molekul kecil berukuran 5 kDa atau utama mitokondria yaitu terlibat dalam pembentukan
kurang. Ion atau molekul tersebut bebas memasuki energi, oksidasi asam lemak dan siklus Krebs.
ruang antar membran namun sebagian besar tidak Matriks mitokondria mengandung protein (sekitar
dapat melewati membran dalam yang bersifat 67% dari seluruh protein mitokondria), enzim, DNA
impermeabel (Lodish et al., 2000; Artika, 2003). mitokondria dan ribosom (Lodish et al., 2000; Artika,
2003).
Membran dalam
Membran luar
krista
matriks
A B
Gambar 1. Diagram struktur tiga dimensi (A) dan struktur elektron (B) mitokondra. Mitokondria diselaputi oleh
dua membran yaitu membran luar dan membran dalam. Membran dalam membentuk struktur yang
melipat ke dalam disebut kriata. Mitokondria memiliki dua kompartemen yaitu matriks dan ruang antar
membran. Membran luar dapat dilalui ion atau molekul kecil, sedangkan membran dalam bersifat
impermeabel. Pada membran dalam terdapat kompleks protein rantai respirasi, ATP sintase dan
transporter membran. Ruang matriks mengandung enzim, ribosom, DNA mitokondria (Lodish et al.,
2000).
Mitokondria berperan sebagai mesin transpor elektron. Elektron dari kompleks I dan II (berasal dari
elektron (ETC, electron transport chain) yang reaksi oksidasi NADH oleh kompleks I dan oksidasi
diorganisir oleh membran bagian dalam mitokondria. suksinat oleh kompleks II) ditransfer ke ubikuinon
Rantai transpor elektron melibatkan perpindahan (koenzim Q, CoQ), kemudian ditransfer lagi ke
elektron dari senyawa NADH (nicotinamide adenine kompleks III tereduksi. Elektron dari kompleks III
dinucleotide tereduksi oleh hidrogen) dan suksinat, ditransfer ke sitokrom c (Cyt C), kemudian sitokrom c
keduanya merupakan substrat yang akan ini dioksidasi kompleks IV. Elektron yang dihasilkan
melepaskan elektronnya untuk reaksi transduksi kompleks IV digunakan untuk mengubah O2 menjadi
energi ke molekul oksigen sebagai aseptor elektron H2O. Transfer elektron antara kompleks I,III dan IV
dan membentuk H2O. disertai transpor proton dari matriks ke ruang antar
Rantai transpor elektron terdiri atas lima membran dengan menggunakan energi bebas yang
kompleks enzim rantai respirasi yang bertanggung dilepaskan oleh masing-masing kompleks.
jawab dalam memproduksi ATP yaitu: kompleks I Pemindahan proton ini mengakibatkan akumulasi
(NADH ubikuinon oksidoreduktase), kompleks II proton pada ruang antar membran sehingga
(suksinat ubikuinon oksidoreduktase), kompleks III menimbulkan suatu gradien potensial proton.
(ubikuinon ferositokrom c oksidoreduktase), Keadaan ini dimanfaatkan oleh kompleks V untuk
kompleks IV (ferositokrom c oksidase) dan kompleks mensintesis ATP dari ADP dan Pi dengan
V (ATP sintase) (Gambar 2). Secara bersama-sama menggunakan energi yang dilepaskan saat proton
kelima kompleks tersebut membentuk rantai transpor berpindah dari ruang antar membran ke matriks
Tinjauan Pustaka Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2009 Vol.1, No.2 63
(Cooper, 1997; Lehtonen, 2002; Beal, 2003; Kidd, protein dan DNA (Beal, 2003). Pada neuron,
-
2005). Selain melewati komplek enzim respirasi, terbentuknya superoksida O2 dan H2O2 dapat
transpor proton juga dapat melewati uncoupling mempengaruhi neuroplastisitas sinapsis dalam
protein (UCP) yang berada pada membran dalam fungsi neuron (Kishida dan Klann, 2007).
mitokondria. Fungsi UCP mitokondria ini mengurangi Terbentuknya radikal ROS (Reactive Oxygen
potensial membran, berakibat berkurangnya Species) ini berimplikasi terhadap patogenesis
-
pembentukan O2 dan ATP (Mattson et al., 2008). penyakit neurodegeneratif (Rego dan Oliveira,2003).
Radikal bebas superoksida O2- yang dihasilkan Kemampuan mitokondria dalam menggerakkan
oleh komplek I dan III selama respirasi dapat diubah ion Ca2+ dari sitoplasma dan mengakumulasikannya
menjadi peroxida hidrogen (H2O2) oleh kofaktor dan kedalam matriks tergantung dari fungsi transpoter
enzim manganese superoxida dismutase (MnSOD) dan saluran yang dibentuk mitokondria. Membran
2+
(Gambar 3). Kofaktor yang bertanggung jawab luar mitokondria relatif permeabel terhadap Ca
2+
terhadap modulasi energi dan radikal bebas adalah dan membran dalam mengatur transportasi Ca
2+
CoQ (komplek I) dan Cyt C (komplek III). H2O2 melalui uniporter (yang bertugas mentransfer Ca
+
mempunyai kemampuan difus keluar kompartemen dari sitoplasma masuk ke matrik) dan antiporter Na /
+ 2+ 2+
mitokondria masuk ke sitoplasma sel akibat interaksi dan H / Ca (yang menggerakkan Ca keluar
membran mitokondria dengan protein mitokondria). Peningkatan gradien konsentrasi Ca2+,
+ + 2+
sitoplasmik,kemudian H2O2 dengan bantuan H dan Na mempengaruhi fluktuasi ion Ca
glutathione peroksidase dan katalase diubah melintasi membran dalam. Interaksi antara
2+
menjadi air. H2O2 dapat berinteraksi dengan ion Fe mitokondria dan endoplasmic reticulum (ER)
2+ 2+
atau Cu menghasilkan radikal hidroksil (OH) yang mempercepat pelepasan Ca dari ER dengan
sangat reaktif. Radikal ini dapat menginduksi melalui aktivasi reseptor inositol triphosphate (IP3)
peroksidasi membran lipida dan dapat mengoksidasi dan ryanodine (Mattson et al., 2008).
Gambar 2. Fosforilasi oksidatif pada membran dalam mitokondria. Perpindahan elektron dari senyawa NADH
(komplek I) dan suksinat (komplek II) ke CoQ, kemudian ditransfer lagi ke kompleks III dan
tereduksi. Elektron dari kompleks III ditransfer ke sitokrom c dan dibawa ke komplek IV untuk
mengubah O2 menjadi H2O. Transfer elektron disertai transpor proton dari matrik ke ruang
membran dalam mitokondria (inner membrane space, IMS). Transpor proton menyebabkan
gradien potensial yang menimbulkan energi, yang dipakai kompleks V (CV) untuk membentuk ATP
(Cooper, 1997)
64 Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2009 Vol.1, No.1 Tinjauan Pustaka
Gambar 3. Protein-protein yang terlibat pada bioenergetika mitokondria, metabolisme radikal bebas dan
2+
pengaturan Ca . Ada lima protein yang terlibat pada bioenergetika mitokondria (komplek I, II, III,
IV dan V). MnSOD, adalah protein yang terlibat dalam metabolisme radikal bebas. Uniporter,
2+
antiporter, VDAC-PTP merupakan protein mitokondria yang terlibat dalam pengaturan ion Ca
(Mattson et al., 2008).
A B
Gambar 4. Peran mitokondria pada perkembangan dan plastisitas sinapsis. A. Peran mitokondria pada
axogenesis. Pemberian etidium bromida pada neuron Mito- menyebabkan rusaknya mtDNA (Mito-)
yang berdampak disfungsi mitokondria. Neuron kontrol mempunyai akson dan dendrit lebih
panjang dibanding neuron Mito- dengan proses axogenesis yang pendek. B. Keterlibatan
2+
mitokondria pada plastisitas sinapsis. Aktivasi input 1 akibat masuknya Ca ke dalam dendrit
menginduksi mitokondria ke basal spina. Pada sinap yang tidak teraktivasi (input 2) mitokondria
tidak direkrut ke basal spina. Pergerakan mitokondria pada sinap aktif berkonstribusi terhadap
2+
plastisitas dengan cara meningkatkan persediaan ATP dan menjaga homeostatis ion Ca
(Mattson et al., 2008).
Berman et al., (2008) mengatakan bahwa sinyal sitoplasma juga melibatkan protein transmembran
neuron sangat tergantung pada pergerakan dinamis voltage-dependent anion channel – permeability
2+ + + 2+
dari ion Ca , H dan Na yang melintasi protein transtition pores (VDAC-PTP). Homeostatis ion Ca
membran dalam mitokondria melalui saluran KATP dan suplai ATP dari mitokondria sangat diperlukan
+
(K -ATP sensitive potassium channels), uniporter untuk neuroplastisitas (Gambar 4).
2+
dan antiporter. Pelepasan Ca ke dalam/luar
Tinjauan Pustaka Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2009 Vol.1, No.1 65
Disfungsi Mitokondria Pada Beberapa Penyakit Orr et al., 2008). Disfungsi mitokondria yang telah
Neurodegeneratif diidentifikasi pada otak penderita Huntington antara
lain : struktur mitokondria yang abnormal di kortek
Disfungsi mitokondria memegang peran penting dan gangguan komplek II dan III di ganglia (Gardian
terhadap patogenesis penyakit degeneratif. Dasar dan Vecsei, 2004).
molekular yang melandasi penurunan fungsi Pendekatan secara biologi molekular yang pernah
mitokondria sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan pada mencit mutan huntingtin dengan
dimengerti, tetapi percobaan eksperimental yang mengembangkan small interfering RNAs (siRNA)
pernah dilakukan menunjukan dinamika fungsi yang secara selektif menekan ekspresi gen (DiFiglia
mitokondria memerlukan koordinasi dan komunikasi et al., 2007).
antara mitokondria dan genom inti (Lu, 2009).
Penyakit yang dihubungkan dengan disfungsi c. Penyakit Parkinson
mitokondria dapat digolongkan menjadi 2 kategori Dinamika mitokondria pada patogenesis
yaitu: (1) penyakit mitokondria klasik, disebabkan penyakit Parkinson dikaitkan dengan beberapa
mutasi mtDNA atau gen inti, yang langsung kondisi antara lain : (1) penurunan aktivitas komplek
berpengaruh terhadap ekspresi gen mitokondria dan I hampir 30-40%, yang berdampak pada defisitnya
fungsi OXPHOS; (2) penyakit disfungsi mitokondria ATP, (2) peningkatan kerusakan mtDNA oleh
yang disebabkan mutasi gen inti yang terutama oksidatif akibat mutasi PINK1, Parkin/PARK1 dan
mengganggu fungsi non respirasi (Lu, 2009). Mutasi DJ-1, protein tersebut berperan melindungi
yang terjadi pada gen inti yang bertanggung jawab mitokondria dari kerusakan oksidatif, (3) mutasi
terhadap dinamika fungsi, fusi dan fisi mitokondria LRRK2 yang peranannya dalam patogenesis belum
berperan dalam patogenesis beberapa penyakit jelas diketahui, namun diduga terkait dengan
neurodegenerasi. degenerasi neuron dopaminergik (Li dan Beal,
2005).
a. Penyakit Alzheimer Penurunan aktivitas komplek protein I
Patogenesis degenerasi neuron pada penyakit disebabkan oleh kegagalan pembentukan sub unit
Alzheimer disebabkan gangguan metabolisme protein (Mattson et al., 2008). Penurunan aktivitas
energi, gangguan homeostatis Ca2+, stress oksidatif komplek I dapat menurunkan kapasitas respirasi
dan akumulasi amyloid β peptida (Aβ) (Mattson et mitokondria dan kemampuan antioksidan (Palacino
al. 2008). et al., 2004). Penurunan aktivitas komplek I
Dari beberapa studi mengindikasikan bahwa disebabkan oleh akumulasi oksidatif dan toksin.
pada penderita Alzheimer, ditemukan adanya Studi epidemiolgi membuktikan toksin rotenone dan
gangguan pada ke 5 komplek protein pada beberapa 1-metil-4-phenil-1,2,3,6-tetrahidropiridin (MPTP)
zona otak. Gangguan berupa penurunan aktivitas menghambat aktivitas komplek I dan menyebabkan
komplek protein IV adalah yang paling sering degenerasi neuron dopaminergik (Mattson et al.,
dilaporkan pada daerah frontal, perifer, parietal dan 2008).
kortek osipital. Penurunan aktivitas enzim komplek I Mutasi α synuclein (gen PARK1) dan defisitnya
dan III terjadi pada daerah temporal dan komplek V Parkin menyebabkan disfungsi, kerusakan mtDNA
terbukti aktivitasnya menurun di hipocampus (Kim et dan degenerasi neuron (Martin, 2006 dan Stichel et
al., 2000). al. 2007). Fungsi DJ-1 dalam menurunkan stress
Amyloid β peptida (Aβ) dapat mempromosikan oksdatif dengan cara penghambatan aktivitas
tejadinya disfungsi mitokondria neuron pada peroksidase (Andres-Mateos et al,. 2007).
penderita Alzheimer dengan cara meningkatkan PINK1, merupakan suatu serin/threonin kinase
produksi ROS (O2-), menurunkan produksi ATP, yang mengatur biogenesis mitokondria. Ekspresi
meningkatkan pengambilan Ca2+ mitokondria yang berlebih dari PINK1 meningkatkan proses fisi
(Hashimoto et al., 2003). Akumulasi Aβ dapat mitokondria dan deplesi ekspresi PINK1
mengganggu fungsi membran mitokondria karena meningkatkan fusi (Yang et al., 2008). PINK1
Aβ dapat berintraksi dengan komponen lipida dan melindungi mitokondria dari stress oksidatif melalui
protein membran, interaksi ini secara langsun fosforilasi protein TRAP1 (Pridgeon et al,. 2007).
mengganggu transpor elektron (Manczak et al.,
2006; Mattson et al., 2008). Simpulan
Disregulasi dan mutasi DNA mitokondria
b. Penyakit Huntington memainkan peranan penting dalam patogenesis
Patogenesis penyakit Huntington disebabkan beberapa penyakit neurodegenerasi hal ini
adanya pengulangan gugus poli glutamat protein dikarenakan kemampuan dinamis mitokondria dalam
huntingtin akibat mutasi berupa repeat sikuen CAG mereduksi stress oksidatif, metabolisme energi dan
2+
pada gen Huntingtin (Mattson et al., 2008). Mutasi homeostatis ion Ca sangat erat kaitannya dengan
gen ini berdampak menurunnya level ATP, viabilitas dan proteksi neuron terhadap penyakit
perubahan sensitivitas Ca2+, penurunan potensial neurodegeneratif Alzheimer, huntington dan
membran dan aktivitas PTP serta pelepasan Parkinson.
sitokrom C (Choo et al., 2004; Milanovic et al., 2006;
Tinjauan Pustaka Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2009 Vol.1, No.1 67