Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan glikolisis sel darah merah

Glukosa adalah produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada
organisme hidup dan penggunaannya dikendalikan oleh insulin (Dorland, 2011). Karbohidrat
yang berada dalam makanan berupa polimer heksana yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa.
Dalam keadaan normal glukosa di fosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat. Enzim yang
mengkatalisis adalah heksokinase, kadarnya meningkat oleh insulin dan menurun pada
keadaan kelaparan dan diabetes. Sedangkan glukosa dapat disimpan di hati atau otot sebagai
glikogen, Glikogen bekerja saat aktivas otot dan glukosa darah terisi sesuai kebutuhan.
Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa serta jalur utama untuk metabolisme
fruktosa, galaktosa dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan glikolisis
untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen merupakan hal penting karena memungkinkan otot
rangka bekerja keras saat pasokan oksigen terbatas, serta memungkinkan jaringan bertahan
hidup ketika mengalami anoksia. Jadi glikolisis adalah reaksi pelepasan energi yang
memecah satu molekul glukosa (terdiri dari 6 atom karbon ) atau monosakarida yang lain
menjadi dua molekul asam piruvat ( terdiri dari 3 atom karbon), 2 NADH (nicotinamide
Adenin Dinucleotide H), dan 2 ATP (Murray, 2014).
Sel darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan bakar. Ini kerana sel darah
merah tidak memiliki mitokondria, tempat berlangsungnya sebagian besar reaksi oksidasi
bahan seperti asam lemak dan bahan bakar lain. Sel darah merah memperoleh energi melalui
proses glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat. Piruvat akan dibebaskan ke
dalam darah secara langsung atau diubah menjadi laktat kemudian dilepaskan. Sel darah
merah tidak dapat bertahan hidup tanpa glukosa. Tanpa sel darah merah, sebagian besar
jaringan tubuh akan menderita kekurangan energi karena jaringan memerlukan oksigen agar
dapat sempurna mengubah bahan bakar menjadi CO2 dan H2O (Aswani V., 2010).
Pada kontrol positif ditambahkan Flour sebagai inhibitor. Fluor merupakan mikromineral
atau elemen sisa yang dibutuhkan tubuh manusia terutama terdapat dan dibutuhkan oleh
tulang dan gigi. Mineral fluor juga mempunyai kemampuan menghambat proses metabolisme
terutama glikolisis bakteri. Larutan fluorida ini berfungsi sebagai antiglikolitik yang dapat
mencegah metabolisme gula dengan cara menghambat kerja enzim phosphoenol pyruvate dan
urease sehingga dapat mempertahankan stabilitas kadar glukosa dalam sampel
(Nugraha,2015) sehingga jumlah glukosa yang diubah menjadi laktat lebih sedikit dan kadar
glukosa serum tinggi.
Sebelum diukur kadar glukosa darah, sampel dibebaskan dari protein dengan metode Folin-
Wu. Pada proses pembuatan filtrat bebas protein ditambahkan aquadest yang berfungsi untuk
mengencerkan agar darah tidak menggumpal. Kemudian ditambahkan Na tungstat bertujuan
mengendapkan protein yang terlarut dalam air, dan H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi pengendapan protein oleh Na tungstat. Kemudian disaring filtrat yang
dihasilkan berwarna bening. Lalu filtrat folin wu ditambahkan dengan tembaga alkalis ion
kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O
(kuprooksida). kemudian dipanaskan dalam 100 C selama 8 menit yang bertujuan untuk
menambah laju reaksi Cu2O, kemudian didinginkan selama 3 menit dimaksudkan untuk
menghentikan laju reaksi dari Cu2O itu sendiri. Selanjutnya ditambahkan perekasi asam
fosfomolibdat kuprooksida melarut kembali dan warna larutan menjadi biru yang dapat
dibaca pada spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Lalu encerkan sampai 12,5
ml dengan aquadest, disini fungsi penambahan aquadest adalah mengencerkan agar bisa
dibaca pada serapan spektofotometer uv vis 420 nm.

Hasil yang diperoleh dari pengukuran absorban kadar glukosa dalam plasma yaitu
menunjukkan hasil tertinggi pada penambahan fluorida dengan kadar glukosa darah 122,6
mg/dL, hal ini disebabkan karena metabolisme glukosa dihambat kerjanya oleh mineral fluor.
Lalu hasil paling rendah adalah kontrol (-) dengan kadar glukosa darah 104,9 mg/dL.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.28 (Alih Bahasa :
AlbertusAgung Mahode). Jakarta : EGC

Murray, RK. 2014. Biokimia Harper. Edisi 29. Jakarta: EGC

Aswani V., 2010. How Well Do You Understand Blood Glucose Levels?. Diakses dari
http://www.medscape.com/viewarticle/438144

Nugraha, Gilang (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta: CV


Trans Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai