Anda di halaman 1dari 32

[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Rumah Sakit Jiwa


2.1.1. Pengertian dan tujuan Rumah Sakit Jiwa

Definisi rumah sakit jiwa merupakan gedung tempat menyediakan dan


memberikan pelayanan kesehatan khusus merawat orang yang memiliki gangguan
kejiwaan1.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit, rumah sakit jiwa
adalah suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya
kesehatan jiwa yang meliputi upaya yang bersifat Promotif (promosi), Preventif
(pencegahan), Kuratif (penyembuhan), Rehabilitatif (pemulihan).
Rumah sakit jiwa memiliki upaya kesehatan jiwa bertujuan:
 Memberikan pelayanan kesehatan khusus kesehatan jiwa bagi orang dengan
gangguan jiwa.
 Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi orang dengan
gangguan jiwa sebagai bagian dari masyarakat.
 Mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan mengurangi faktor resiko akibat
gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau perorangan.
 Memberikan penyembuhan dan pemulihan terhadap orang dengan gangguan
kejiwaan.
 Memberikan rehabilitasi untuk mempersiapkan dan memberi kemampuan
kepada orang dengan gangguan kejiwaan agar mandiri di masyarakat.
 Memberikan kesempatan kepada orang dengan gangguan jiwa untuk dapat
memperoleh haknya sebagai Warga Negara Indonesia.

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 9


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit Jiwa


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit.
Berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan
prasarana, dan administrasi dan manajemen, Rumah Sakit Jiwa dapat dibagi
menjadi tiga kelas yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Dibawah ini merupakan
penjabaran dari kelas-kelas yang ada pada rumah sakit jiwa :
A. Rumah Sakit Jiwa Kelas A
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Standar –
standar yang terdapat pada rumah sakit jiwa kelas A adalah :
 Pelayanan
Rumah Sakit Jiwa kelas A harus memiliki : Pelayanan kesehatan
tumbuh kembang anak dan remaja, Pelayanan kesehatan jiwa dewasa,
Pelayanan kesehatan jiwa lansia, Pelayanan gangguan mental organik,
Pelayanan psikologi dan psikometri, Pelayanan ketergantungan obat /
NAPZA, Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, Pelayanan konseling dan
psikoterapi, Pelayanan Rehab Mental, Pelayanan Rehab Medik, Pelayanan
Spesialis Saraf, Pelayanan Spesialis Radiologi, Pelayanan Spesialis Anak,
Pelayanan Spesialis Anestesi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Spesialis
Penyakit Dalam, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Kesehatan Umum,
Pelayanan Kesehatan Gigi, Pelayanan Rawat Inap, dan Pelayanan Rawat
Intensif.
 Tenaga Kerja
o Medis : Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Dokter Subspesialis Kedokteran
Jiwa, Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis
Anak, Dokter Spesialis Anestesi, Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Rehab Medis, Dokter Umum, dan
Dokter Gigi.
o Keperawatan : Keperawatan Ruang Rawat Inap, Keperawatan Ruang
Rawat Intensif, Keperawatan Ruang Gawat Darurat (per shift), Keperawatan
Ruang Rawat Jalan.

10 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

o Tenaga Kesehatan Lain : Apoteker, Psikolog Klinis, Pekerja Sosial, SKM,


SMF / SAA, Ahli Madya Gizi / SPAG, Ahli Madya Kesehatan Lingkungan,
Ahli Madya Rekam Medis, Ahli Madya Fisioterapis, Ahli Madya Analis
Kesehatan (AAK), Perawat Anestesi, Ahli Madya Radiografer, Ahli Madya
Elektromedis, Petugas Proteksi Radiasi (PPR).
o Tenaga Penunjang : S2 Perumahsakitan / Manajemen, Sarjana
Ekonomi / Akuntansi, Sarjana Hukum, Sarjana Administrasi, Akademi
Komputer, D3 Umum/SLTA/STM.
 Sarana dan Prasarana
 Bangunan Utama
 Ruang Administrasi adalah ruangan yang dimana pada ruangan ini
dipergunakan untuk mengurus segala urusan administrasi rumah sakit.
 Ruang Rawat Jalan adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat
untuk melakukan kegiatan pelayanan konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan
(klinik). Yang terdiri dari:
- Klinik tumbuh kembang anak dan remaja.
- Klinik jiwa dewasa.
- Klinik psikogeriatri.
- Klinik gangguan mental organik.
- Klinik psikometri.
- Klinik ketergantungan obat / NAPZA.
- Klinik spesialisasi lain.
- Klinik konseling.
 Ruang Rekam medik merupakan suatu unit di rumah sakit yang bertanggung
jawab terhadap pengumpulan, pengelolaan, analisa dan penyajian
data/informasi yang dapat digunakan bagi kepentingan rumah sakit maupun
pemerintah.
 UGD/IGD merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam
penyelenggaran pelayanan medik di fasilitas pelayanan kesehatan karena
merupakan pintu pertama yang dituju oleh pasien dalam kondisi gawat
darurat.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 11


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

 Ruang Rawat Inap merupakan salah satu fungsi yang utama dalam
penyelenggaraan pelayanan medik dirumah sakit. Fungsi bangunan rawat
inap adalah sebagai fasilitas untuk pasien yang memerlukan asuhan dan
pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari
24 jam. Untuk kelas A memiliki kapasitas tempat tidur >100 TT.
 Ruang Rawat Inap Forensik adalah ruangan yang digunakan untuk
pelayanan rawat inap forensik.
 Ruang Tindakan merupakan ruangan yang berfungsi untuk melakukan
tindakan invasive ringan maupun non invasive.
 Ruang Rehabilitasi Medik merupakan bagian dari rumah sakit yang berperan
menyelenggarakan program kesehatan yang mencangkup usaha peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), Pemulihan
(rehabilitatif).
 Ruang Rehabilitasi Mental & Sosial adalah ruangan yang difungsikan sebagai
rehabilitasi atau pemulihan pada mental dan sosial pasien.
 Ruang Rawat Jiwa Intensif merupakan instalasi pelayanan khusus jiwa di
rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan selama 24 jam.
 Ruang Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah ruangan yang melayani kesehatan
jiwa masyarakat.
 Ruang Radiologi adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan
layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa
foto/gambar/imaging yang dapat membantu dokter dalam merawat pasien.
 Ruang Farmasi adalah suatu bagian dari suatu Rumah Sakit di bawah
pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang
memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten
secara professional, tempat, atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung
jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.
 Ruang Laboratorium merupakan tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Pada laboratorium rumah
sakit jiwa terdapat ruangan hematologi, ruang kimia klinik, ruang serologi,
mikrobiologi dan parasitologi.

12 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

 Ruang Komite Medik dan SPI adalah ruangan yang diperuntukkan kepada
Komite Medik dan SPI ( Satuan Pengawas Internal) yang berfungsi untuk
mengawasi semua kegiatan baik yang bersifat medis maupun non medis/
administrasi pada rumah sakit.
 Ruang Penyuluhan PKMRS adalah ruang penyuluhan kesehatan yang
khusus dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk bisa
menagani kesehatanya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang
berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan
pasien dan keluarganya.
 Ruang Pemulasaraan Jenazah Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan
sementara jenazah sebelum diambil oleh keluarganya, memandikan jenazah,
pemulasaraan dan pelayanan forensik.
 Dapur / Gizi Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan
minuman meliputi kegiatan; pengadaan bahan mentah, penyimpanan,
pengolahan, dan penyajian makanan-minuman.
 Bangunan Penunjang
 Ruang Generator Set adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat Genset.
 IPAL merupakan singkatan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah. IPAL
berfungsi sebagai tempat pengolahan air limbah dari rumah sakit seperti air
limbah kamar mandi, air limbah dapur, air limbah laundry, dll.
 Tempat Pembuangan Sampah sementara adalah tempat penampungan
terhadap sampah rumah sakit yang sifatnya hanya sementara nantinya akan
diangkut oleh DKP dan di bawa menuju TPA.
 Gudang Farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan dan
pendistribusian barang berupa obat – obatan, alat kesehatan, dan perbekalan
kesehatan lainnya.
 Gudang Barang adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
alat – alat pada rumah sakit.
 Laundry merupakan fasilitas yang disediakan oleh rumah sakit yang berfungsi
sebagai tempat pencucian linen kotor seperti pakaian pasien, selimut, bed
cover dll.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 13


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

 IPSRS / Bengkel merupakan singkatan dari Instalasi Pemeliharaan Sarana


Rumah Sakit. Fungsi IPSRS adalah pemeliharaan terhadap bangunan rumah
sakit seperti instalasi listrik, telepon, alat elektro medik, mesin atau sarana –
sarana lain yang terdapat pada rumah sakit.
 Ruang Perpustakaan merupakan salah satu contoh jenis perpustakaan khusus,
koleksinya sebagian besar berhubungan dengan kesehatan, kedokteran dan
sejenisnya. Pemakai juga khusus, mulai dari pasien, keluarga yang sedang
menunggu pasien hingga tenaga kesehatan.
 Ruang Diklat adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat pelatihan dan
pendidikan bagi mahasiswa yang akan praktek kerja lapangan.
 Ruang Pertemuan merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat
pertemuan atau kunjungan.
 Tempat ibadah adalah tempat yang dipergunakan untuk
melaksanakan peribadahan atau persembahyangan.
 Peralatan
 Instalasi Gawat Darurat : Diagnostik Set, Alat Fiksasi, Tabung Oxygen,
Minor Surgery Set, Minor Surgery Set, Sterilisator, Vacuum Suction,
Defribrilator, Resusitasi Set, Electrocardiography.
 Instalasi Rawat Jalan : ECG (Electro Cardio Gram), ECT Kit (Electro
Comvulsive Therapy), Perlengkapan diagnostik, Peralatan Fisioterapi, EEG
Brain mapping (Electro Enchephalo Graphy).
 Alat Diagnostik : Psikometri, Psikodiagnostik.
 Elektromedik : EKG, EEG, EEG Brain Mapping.
 Instalasi Rawat Inap : Suction, Sterilizator, Electronic Convulsion Therapy
(ECT).
 Instalasi Radiologi : X-Ray
 Instalasi Laboratorium :
 Peralatan Canggih : Automatic Haematology Analyzer, Automatic
Blood Chemistry Analyzer, ELISA automatic / semiautomatic Analyzer,
Drug Monitor.
 Peralatan Sedang : Binocular Microscope, Sentrifuge, Autoclave.

14 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

 Peralatan Sederhana : Rak dan Tabung LED, Haemotology Cell


Counter, Hb meter + Pipet eritrosit + pipet leukosit + bilik kantong,
Glucose meter.
 Ruang Isolasi Jiwa.
 Instalasi Rahabilitasi Medik : Exercises Treadmill, Static
Bicycle / Ergocycle, Shortwave Diathermy, Infrared, Nebulizer.
 Instalasi Rahabilitasi Medik : Exercises Treadmill, Static
Bicycle / Ergocycle, Shortwave Diathermy, Infrared, Nebulizer.
 Administrasi dan Manajemen
Rumah Sakit Jiwa kelas A harus memiliki: Status Badan Hukum, Struktur
Organisasi, Tatalaksana / Tata Kerja / Uraian Tugas, Peraturan Internal Rumah
Sakit (HBL & MSBL), Komite Medik, Komite Etik & Hukum, Satuan
Pemeriksaan Internal, Surat Izin Praktik Dokter, Perjanjian Kerjasama Rumah
Sakit & Dokter, Akreditasi RS.

B. Rumah Sakit Jiwa Kelas B


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Standar – standar
yang terdapat pada rumah sakit jiwa kelas B adalah :
 Pelayanan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa
Kelas B memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki : pelayanan spesialis anak dan
pelayanan spesialis anestesi.
 Tenaga Kerja
Apabila dibandingkan Rumah Sakit Jiwa A, Rumah Sakit Jiwa Kelas B
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki :
Medis : Dokter Subspesialis Kedokteran Jiwa, Dokter Spesialis Anak,
Dokter Spesialis Anestesi, dan Dokter Spesialis Rehab Medis.
Keperawatan : Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki Tenaga Keperawatan
yang sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
Tenaga Kesehatan Lain : Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki Tenaga
Kesehatan Lain yang sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 15


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

Tenaga Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki Tenaga


Penunjang yang sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
 Sarana dan Prasarana
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa
Kelas B memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki :
Bangunan Utama: Rumah Sakit Jiwa Kelas B tidak memiliki Klinik
Psikometri pada Ruang Rawat Jalan. Pada ruang rawat inap Rumah Sakit
Jiwa Kelas B juga hanya memiliki kapasitas tempat tidur 50-100 TT.
Bangunan Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas B tidak memiliki Ruang
Diklat.
 Peralatan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa
Kelas B tidak memiliki Alat Diagnostik yang terdiri dari Psikometri dan
Psikodiagnostik. Pada Instalasi Rehabilitasi Medik tidak memiliki Exercises
Treadmill selebihnya Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki peralatan yang
sama seperti Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
 Administrasi dan Manajemen
Rumah Sakit Jiwa Kelas B memiliki administrasi dan manajemen yang sama
dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
C. Rumah Sakit Jiwa Kelas C
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Standar – standar
yang terdapat pada rumah sakit jiwa kelas C adalah :
 Pelayanan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa
Kelas C memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki : pelayanan rehab medik,
pelayanan spesialis saraf, pelayanan spesialis radiologi, pelayanan spesialis anak,
pelayanan spesialis anestesi, pelayanan spesialis penyakit dalam, dan pelayanan
kesehatan gigi.
 Tenaga Kerja
Apabila dibandingkan Rumah Sakit Jiwa A, Rumah Sakit Jiwa Kelas C
memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki :

16 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

Medis : Dokter Subspesialis Kedokteran Jiwa, Dokter Spesialis Saraf,


Dokter Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis
Anestesi, Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter Spesialis Rehab Medis, dan Dokter Gigi.
Keperawatan : Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki Tenaga Keperawatan
yang sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
Tenaga Kesehatan Lain : Rumah Sakit Jiwa Kelas C tidak memiliki
SKM.
Tenaga Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki Tenaga
Penunjang yang sama dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.
 Sarana dan Prasarana
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa
Kelas B memiliki kekurangan yaitu tidak memiliki :
Bangunan Utama: Rumah Sakit Jiwa Kelas B tidak memiliki Klinik
Psikogeriatri, Klinik Gangguan Mental Organik, Klinik Psikometri, dan
Klinik Spesialisasi Lain pada Ruang Rawat Jalan. Tidak memiliki Ruang
Rawat Inap Forensik, Ruang Rehabilitasi Medik, Ruang Rehabilitasi
Mental dan Sosial, dan Ruang Radiologi.
Bangunan Penunjang : Rumah Sakit Jiwa Kelas C tidak memiliki Ruang
Diklat.
 Peralatan
Apabila dibandingkan dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A, Rumah Sakit Jiwa
Kelas C tidak memiliki Vacuum Suction, Defribilator, Resusitasi Set, dan
Electrocardiography pada Instalasi Gawat Darurat. Pada Instalasi Rawat Jalan
tidak memiliki ECT Kit dan EEG Brain mapping. Tidak memiliki Alat Diagnostik
yang terdiri dari Psikometri dan Psikodiagnostik. Tidak memiliki EEG dan EEG
Brain mapping pada Elektromedik. Pada Instalasi Laboratorium tidak memiliki
peralatan canggih hanya memiliki peralatan sedang dan sederhana saja. Pada
Instalasi Rehabilitasi Medik tidak memiliki Exercises Treadmill, Static Bicycle /
Ergocycle, dan Shortwave Diatermhy. selebihnya, Rumah Sakit Jiwa Kelas C
memiliki peralatan yang sama seperti Rumah Sakit Jiwa Kelas A.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 17


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

 Administrasi dan Manajemen


Rumah Sakit Jiwa Kelas C memiliki administrasi dan manajemen yang sama
dengan Rumah Sakit Jiwa Kelas A.

2.1.3. Syarat Mendirikan Rumah Sakit Jiwa Berdasarkan Lokasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, Persyaratan lokasi
pembangunan rumah sakit jiwa meliputi :
Tidak berada di lokasi area berbahaya (di tepi lereng, dekat kaki gunung
yang rawan terhadap longsor, dekat anak sungai atau badan air yang dpt
mengikis pondasi, dekat dengan jalur patahan aktif/gempa, rawan tsunami,
rawan banjir, berada dalam zona topan/badai, dan lain-lain).
Harus tersedia infrastruktur aksesibilitas untuk jalur transportasi.
Ketersediaan utilitas publik mencukupi seperti air bersih, jaringan air
kotor, listrik, jalur komunikasi/telepon.
Ketersediaan lahan parkir.
Tidak berada di bawah pengaruh SUTT dan SUTET.

2.1.4. Standarisasi Rumah Sakit Jiwa


Berdasarkan dari Buku Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,
rumah sakit jiwa memiliki standar-standar ruang sebagai berikut :
a) Ruang Perawatan Intensif
1. Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai bersih antara
12m2 - 16m2 per tempat tidur.
2. Ruang perawatan intensif dengan modul kamar individual/ kamar
isolasi luas lantainya 16m2 - 20m2 per kamar.
3. Pos sentral perawat harus terletak dilokasi yang strategis dan dapat
menjangkau seluruh pasien dengan luasan ruang 8 -16m2.
4. Koridor disarankan mempunyai lebar minimal 2,4 m.
5. Pintu masuk ke ruang perawatan intensif, ke daerah rawat pasien dan
pintu-pintu yang dilalui tempat tidur pasien dan alat medik harus
lebarnya minimum 36 inci (1,2m), yang terdiri dari 2 daun pintu

18 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

(dimensi 80cm dan 40cm) untuk memudahkan pergerakan tanpa


hambatan.
6. Temperatur dengan kemampuan rentan variabel dari 200 C sampai
300 C.

Gambar 2.1 Denah R. Perawatan


Intensif Sumber : Buku Pedoman
Teknis Bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit 2013

b) Ruang Instalasi Gawat Darurat


1) Pos sentral perawat harus terletak dilokasi yang strategis dan dapat
menjangkau seluruh pasien dengan luasan ruang 8 -16m2
2) Ruang triase memiliki luasan ruang 18m2
3) Ruang resusitasi memiliki luasan ruang 30m2
4) Ruang periksa memiliki luasan ruang 15m2
5) Ruang tindakan memiliki luasan ruang 24m2
6) Ruang observasi memiliki luasan ruang 30m2
7) Ruang ECT (Electro Compulsive Therapy) memiliki luasan ruang 30m2
terdapat toilet dengan dimensi 3m2
8) Untuk koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan
berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna. Ukuran
koridor yang aksesibilitas brankar pasien minimal 2,4m.
9) Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120cm
atau dapat dilalui brankar brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak
menjadi akses pasien tirah baring memiliki lebar bukaanminimal 90cm.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 19


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

Gambar 2.2 Denah R. Rawat Inap


Sumber : Buku Pedoman Teknis
Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit 2013

c) Ruang Rawat Inap


1. Tipe ruang rawat inap terdiri dari :
a. Ruang rawat inap VIP yang terdiri dari 1 tempat tidur dengan luasan ruang
18m2/tempat tidur.
b. Ruang rawat inap Kelas 1 yang terdiri dari 2 tempat tidur dengan luasan
ruang 12m2/tempat tidur.
c. Ruang rawat inap Kelas 2 yang terdiri dari 4 tempat tidur dengan luasan
ruang 10m2/tempat tidur.
d. Ruang rawat inap Kelas 3 yang terdiri dari 6 tempat tidur dengan luasan
ruang 7,2m2/tempat tidur.

d) Ruang Rehabilitasi
1. Ruang work shop atau ruang rehabilitasi memiliki luasan ruang 20m2.
2. Ruang psikolog memiliki luasan ruang 20m2.
3. Ruang dokter memiliki luasan ruang 20m2.
4. Rusng ganti memiliki luasan ruang 4 - 16m2/ruang ganti (sesuai
kebutuhan).
5. Lebar bukaan pintu minimal 100 cm untuk daun pintu tunggal atau 120
cm’ untuk daun pintu ganda (ukuran lebar daun pintu 80 cm dan 40 cm).

20 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

Gambar 2.3 Denah R. Rehabilitasi


Sumber : Buku Pedoman Teknis
Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit 2013

2.2. Tinjauan Umum Tentang Gangguan Kejiwaan


Menurut Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar Tahun 2011, pengertian Gangguan Kejiwaan yaitu
suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada
fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
2.2.1. Schizofrenia
Para penderita schizofrenia ini ada disintegrasi pribadi dan kepecahan
pribadi. Tingkah laku emosional dan intelektualnya jadi ambigious (majemuk),
serta mengalami gangguan serius, juga mengalami regresi atau dementia total.
Pasien selalu berusaha melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam
dunia fantasinya. Tampaknya dia tidak bisa memahami lingkungannya dan
responnya selalu maniacal atau kegila – gilaan (Kartono, 2012 : 243)
Berdasarkan buku Pengantar Psikologi dalam Keperawatan, Faktor – faktor
penyebab Schizofrenia adalah :
 Faktor biologis, yaitu factor gen yang melibatkan schizofrenia, obat –
obatan, anak keturunan dari ibu schizofrenia, anak kembar yang identik
ataupun fraternal dan abnormalitas cara kerja otak.
 Faktor psikologis, yaitu faktor – faktor yang berhubungan dengan
gangguan pikiran, keyakinan, opini yang salah, ketidakmampuan

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 21


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

membina, mempertahankan hubungan sosial, adanya delusi dan


halusinasi yang abnormal dan gangguan afektif.
 Faktor lingkungan, yaitu pola asuh yang cenderung schizofrenia, adopsi
keluarga schizofrenia dan tuntutan hidup yang tinggi (Pieter, 2010 : 111).
2.2.2. Gangguan Mental Organik
Gangguan mental organik adalah yaitu kegaduhan, kegelisahan, dan
kekacauan dalam fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan/ emosi),
dan psikomotor (perilaku), yang disebabkan oleh efek langsung terhadap susunan
saraf pusat (otak) (Hawari, 2003 : 17)
2.2.3. Gangguan Penggunaan NAPZA
Penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA adalah suatu kondisi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa, yaitu gangguan mental dan
perilaku (mental and behavior disorder) akibat penyalahgunaan NAPZA (Hawari,
2003 : 12).
Penyalahgunaan NAPZA dapat membuat seseorang menjadi
kecanduan, dapat membuat seseorang menjadi berhalusinasi, kerja organ tubuh
seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya, menekan sistem syaraf pusat
dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh.
Perilaku penderita gangguan penggunaan NAPZA : kesulitan dalam
mengendalikan penggunaan alkohol dan psikoaktif, sakau, sering murung,
gugup, insomnia, apabila putus alcohol atau zat psikoaktif pasien sering
berkeringat, mual pada pagi hari dan sering berhalusinasi.
2.2.4. Gangguan Psikotik
Gangguan Psikotik adalah gangguan mental di mana kepribadian
seseorang yang sangat bingung dan seperti orang yang kehilangan kontak dengan
realitas. Ketika hal ini terjadi, seseorang menjadi tidak yakin tentang apa yang
nyata dan apa yang tidak nyata dan biasanya mengalami halusinasi, delusi, ucapan
yang kacau dan inkoherensi.
Perilaku penderita gangguan psikotik adalah sering mendengar suara-suara
aneh, kebingunan, was-was, sering menaruh rasa curiga kepada orang lain,
pembicaraan yanganeh atau kacau, keadaan emosional yang labil dan ekstrim.

22 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

2.2.5. Gangguan Bipolar


Gangguan Bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi
psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat
ekstrim berupa depresi dan mania. Suasana hati penderitanya dapat berganti
secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan
(mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim (id.wikipedia.org : Agustus, 2016).
Perilaku penderita gangguan bipolar adalah bicara cepat, berkurangnya kebutuhan
tidur, perhatian mudah beralih, peningkatan suasana perasaan dan mudah
tersinggung, merasa diri penting secara berlebihan, suasana perasaan menurun
atau sedih dan tiba-tiba perasaan merasa senang.
2.2.6. Gangguan Depresif
Gangguan Depresif adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan
adanya perasaan sedih yang berkepanjangan dan terus – menerus yang dapat
mengganggu kehidupan social dan kondisi fisik yang menurun (Pieter, 2010 :
119).
Adapun faktor – faktor penyebab timbulnya depresi yaitu :
• Stress berat.
• Penyakit fisik kronis.
• Kematian anggota keluarga.
• Kematian orang yang dicintai.
• Perceraian atau kehilangan pekerjaan.
Perilaku penderita gangguan depresif yakni suasana perasaan rendah atau
sedih, gangguan tidur, rasa bersalah atau hilang kepercayaan diri, gangguan
nafsu makan, merasa lebih baik mati, sulit konsentrasi, sering kali disertai juga
dengan gejala ansietas atau kegelisahan, cepat marah dan cepat tersinggung.
2.2.7. Gangguan Neurotik
Gangguan Neurotik adalah gangguan di mana gejalanya membuat distres
yang tidak dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin
akan sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat diterima.
Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa pengobatan.
Perilaku penderita gangguan neurotik adalah penderita menghindar atau
membatasi aktivitas sebab rasa takut yang timbul karena objek/situasi tertentu,

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 23


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

kesulitan untuk bepergian ketempat umum, kadang-kadang disertai gejala fisik


(berdebar, napas pendek, asma).
2.2.8. Retardasi Mental
Keterbelakangan mental (Mental Retardation) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan yang berada di bawah rata – rata yang disertai
dengan dengan kurangnya kemampuan menyesuaikan diri, yang mulai tampak
pada awal kelahiran (Pieter, 2011 : 134).
Perilaku penderita gangguan retardasi mental yaitu;
Pada anak-anak : kelambatan perkembangan (berjalan, berbicara, buang
air kecil dan besar), kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah sesuai dengan
kemampuan anak lain yang sebaya, dan dapat juga disertai problem pada tingkah
laku.
Pada remaja : kesulitan bergaul dengan sebaya, kadang-kadang disertai
perilaku seksual yang tidak sesuai.
Pada dewasa : kesulitan dalam melaksanakan tugas sehari-hari (memasak,
membersihkan rumah), problem yang berkaitan dengan perkembangan
kematangan sosial (menikah, mencari pekerjaan, mengasuh anak).
2.2.9. Gangguan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan
norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi
(Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi,
anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan.
Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting
adanya suatu masalah.
Perilaku penderita gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja yakni;
kecemasan yang mendadak dan berlebihan, tidak dapat ditenangkan atau dihibur,
bereaksi secara dahsyat terhadap peristiwa yang biasa terjadi, menolak
perubahan lingkungan, gejala motorik janggal, cara bicara tidak normal, sulit
kontak mata, dan mutilasi diri.

24 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

2.2.10. Epilepsi
Epilepsi adalah sekelompok gangguan neurologis jangka panjang yang
cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan epileptik ini
episodenya bisa bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan hampir tak
terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama. Dalam epilepsi,
serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang mendasari secara
langsung sementara serangan yang disebabkan oleh penyebab khusus tidak
dianggap mewakili epilepsy.
Prilaku penderita epilepsi adalah kehilangan kesadaran atau perubahan
kesadaran yang berulang kali, disertai kejang umum (mulut berbusa dan
mengompol) atau tanpa kejang sama sekali melainkan seperti orang bengong, bisa
disertai dengan gejaa fisikatau psikis, terjadi perubahan kesadaran disertai dengan
gerakan automatisme seperti keluyuran dan gerakan mengunyah berulang.
2.2.11. Tindakan Bunuh Diri
Secara demografi usaha keinginan bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh
wanita dibandingkan dengan pria. Namun yang sering berhasil melakukan bunuh
diri yaitu pria. Dari sisi tingkat usia, maka yang memiliki resiko tinggi
untukbunuh diri dilakukan oleh anak remaja akhir usia 19 tahun atau lebih dan
kelompok usia 45tahun atau mereka yang berusia di atas 65 tahun (Pieter, 2010 :
119).
Faktor - faktor yang memicu timbulnya bunuh diri yaitu: Riwayat
teraniaya, Disfungsi keluarga, Kesulitan dalam hubungan, Terlibat hukum atau
tindak kriminal, Masalah keuangan yang serius, Trauma kehilangan yang sangat
serius, Isolasi sosial yang ekstrim, Distress spiritual, Merasa tidak ada pada masa
depan, Anggota kelompok pemujaan, Riwayat bunuh diri dari keluarga, Terlebih
dahulu melakukan ancaman bunuh diri.

2.3. Tinjauan Teori Arsitektur


2.3.1. Kebutuhan Manusia
Terdapat dasar - dasar kebutuhan manusia menurut Kury Goldstein yang
kemudian disempurnakan oleh Maslow, Yaitu :
 Kebutuhan fisiologis ; rasa lapar dan dahaga.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 25


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

 Kebutuhan keselamatan : keamanan, kebebasan dari rasa sakit, kegelisahan


dan ancaman.
 Kebersamaan dan kebutuhan akan cinta : cinta, sex, kasih sayang,
persahabatan, indentifikasi.
 Kebutuhan penghargaan: ketenaran gengsi, peneganalan, kesuksesaan
(penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain)
 Kebutuhan aktualisasi diri
 Kebutuhan mengetahui, memahami dan kebutuhan keindahan.
2.3.2. Teori-teori Psikologi
2.3.2.1. Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik adalah teori yang menjelaskan tentang perkembangan
kepribadian. Unsur-unsurnya adalah aspek-aspek internal manusia seperti emosi,
motivasi, dan aspek internal lainnya. Asumsi teori ini adalah adalah kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologi, yang
umumnya terjadi sejak masa bayi. Pada masing-masing tahap, individu
mengalami konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap
berikutnya. Teori ini banyak dipengaruhi oleh Sigmud Freud dan Erick Erikson.
2.3.2.2. Teori Kognitif
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kogntif
merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku
individu. Teori kogntif menekankan pada pikiran-pikiran sadar.
2.3.2.3. Teori Kontekstual
Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang
terbentuk dari transaksi timbale balik antara anak dan konteks perkembangan
system fisik, sosial, kutural, dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. Ada
dua teori kontekstual, yaitu teori etologis dan teori ekologis.
Pendekatan etologi difokuskan pada asal usul evolusi dari tingkah laku dan
menekankan tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan alamiah. Teori etologi
mengenai perkembangan menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode krisis atau
sensitive (Santrok, 1998).

26 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

Berbeda dengan teori etologis, teori ekologis memberikan penekanan pada


system lingkungan. Tokoh utama teori ekologi adalh Urie Brofenbrenner.
Pendekatan ekologi terhadap perkembangan mengajukan bahwa konteks dimana
berlangsung perkembangan individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas
dan karakteristik motivasional, maupun partisipasi aktifnya merupakan unsur-
unsur penting bagi perkembangan (Seifert & Hoffnung, 1994).
2.3.2.4. Teori Behavior dan Belajar Sosial
Teori behavior (teori tingkah laku) mula-mula dikembangkan oleh
J.B.Watson (1878-1958), asumsinya adalah perilaku dapat diamati, dipelajari
melalui pengalaman dan lingkungan. Berikut ada tiga versi tentang pembentukan
perilaku, yaitu Pavlov dengan kondisioning klasik, Skinner dengan kondisoning
operan, dan Bandura dengan teori belajar sosial.
2.3.3. Teritori
Territoriality menurur Porteus (1977) melibatkan kontrol khusus terhadap
ruang oleh individu atau kelompok manusia, yang bersifat intraspesifik,
melibatkan agresi dan memberikan hak-hak kepada individu atau kelompok
tersebut terhadap ruang yang bersangkutan. Dimana territori itu sendiri
merupakan suatu wilayah berupa ruang fisik, ide, maupun objek, sehingga
seseorang memilki kontrol terhadap kegiatan yang terjadi maupun rangsang dari
lingkungan yang hendak masuk kedalamnya.
Setiap individu memiliki territori masing-masing yang dapat dibatasi oleh
pembatas fisik maupun jarak interpersonal. Perilaku seperti pemberian tanda,
okupansi, personalisasi maupun pertahanan bertujuan untuk memperlihatkan
kepada individu lain bahwa ia memiliki kontrol penuh terhadap segala sesuatu
yang terjadi termasuk berbagi rangsang dari lingkungan yang masuk kedalamnya.
Semakin jelas batas-batas territori semakin besar kontrol yang dimiliki individu
maupun kelompok terhadap territorinya dari berbagai rangsang yang masuk dari
lingkungannya.

2.3.4. Teori Persepsi Ruang


Menurut Hall, E (1966), Kemampuan manusia didalam memahami ruang
yang dibuat untuk memenuhi kebutuhannya sangat tergantungdari bagaimana

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 27


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

interaksi antara manusia dengan lingkungan binaan (dibuat untuk memenuhi


kebutuhannya), dan bagaimana pengaruh ruang atau lingkungan binaan tersebut
terhadap sikap dan tingkah laku manusia. Ada faktor yang menyakut pemahaman
tentang ruang (tingkah laku), yaitu faktor psikologi dari pemakai, bagaimana
persepsinya mengenai suatu ruang, bagaimana kebutuhan interaksi sosialnya.
Pengalaman pemahaman ruang dibentuk oleh :
 Vicual Space, terbentuk dari persepsi indera mata.
 Audial Space, terbentuk dari persepsi indera pendengaran.
 Olfactual Space, terbentuk dari persepsi indera penciuman.
 Thermal Space, terbentuk dari persepsi temperatur lingkungan.
 Tectile Space, terbentuk dari persepsi indera peraba.
 Kinesthetic Space, terbentuk dari persepsi batas-batas keleluasaan
bergerak manusia.
Pemahaman ruang dapat terbentuk, pemahaman karakteristik bidang,
Zeizel (1975), mengatakan karakteristik bidang dari seluruh tempat dapat
merubah kemampuan seseorang untuk bersatu atau berpisah, karakteristik bidang
tidak seperti pembatas, tetapi melalui konteks fisik yang diubah, sedangkan faktor
indera seperti, visual, aural, olfactory, tactile dan hubungan persepsi ikut
mengambil peranan, Karakteristik bidang meliputi :
 Bentuk Ruang, adalah ruang , selalu memiliki bentuk dan bentuk
merupakan bagian dari suatu keadaan yang dapat merubah pola interaksi manusia.
Bentuk memberikan pengaruh utama secara visual dan hubugan persepsi, jika
diinginkan bentuk dapat memberikan petunjuk yang menganggap area dalam satu
bangian menjadi bagian lain yang terpisahkan.
 Orientasi Ruang, adalah pengguanaan ruang untuk suatu kegiatan
tertentu sering kali terkait dengan bagaimana ruang ditemukan. Orientasi ruang
dapat memberikan peluang agar ruang tersebut mudah ditemukan , dilihat, diawasi
dan dicapai.
 Ukuran Ruang, adalah hubungan kedekatan sosial antra manusia dapat
terlihat sebagai jarak sosial, jarak tersebut diaransemen oleh ukuran ruang. Ruang
yang memiliki ukuran lebih besar, orang akan lebih mudah melakukan pemisahan

28 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

diri, sedangkan ruang dalam ukuran sempit, orang berada dalam suatu
kebersamaan.
 Pembatas Ruang, adalah semua elemen fisik yang dapat mempersatukan
atau memisahkan manusia kedalam suatu dimensi. Pembatas juga menjelaskan
perbedaan kepemilikan, antara suatu tempat yang diperbolehkan dan temapat yang
dilarang. Maka unsur pembatas ini sangat menentukan dalam pengambilan
keputusan tentang ruang yang digunakan. Elemen fisik yang dimaksud dapat
berupa dinding, pagar, tanaman atau fasilitas umum, tiap elemen mempunyai sifat
yang berbeda, oleh karenanya kegiatan yang terjadi selalu menyesuaikan.
 Komponen Ruang, adalah didalam ruangan terdapat berbagai komponen
yang memiliki kekuatan sebagai magnet, berlangsungnya suatu fungsi kegiatan,
yang lain disebut sebagai kegiatan bawaan sehingga akan meningkatkan frekuensi
dan variasi bentuk kegiatan diruang tersebut.
 Kondisi Ruang, adalah kondisi ruang yang terkait dengan temperatur,
polusi udara dan kebisingan. Pada ruang dengan suhu atau kebisingan yang
berlebihan, manusia cenderung menghindar. Menurut Sarwono, Sarlito Wirawan
(1992) sebaliknya manusia akan memanfaatkan jika kondisi ruang, terasa nyaman
suhu teduh, tidak bising dan tidak polusif.

2.3.5. Personal Space


Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil
penelitian, antara lain :
 Ruang personal adalah batasan-batasan yang tidak jelas antara seseorang
dengan orang lain.
 Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
 Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang
memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
 Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat
berakibat kecemasan, stress, dan bahkan perkelahian.
 Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar
manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain : berhadapan, saling
membelakangi, dan searah.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 29


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi


sosial terdapat 4 zona spasial yang meliputi : jarak intim, jarak personal, jarak
sosial, dan jarak publik. Kajian ini kemudian dikenal dengan istilah Proksemik
(kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam
Altman, 1975).

2.3.6. Pengertian Ruang


Apa yang membedakan arsitektur dengan seni lukis dan seni patung
adalah kualitas spasialnya. Kemudian sejarah arsitektur adalah sejarah manusia
membentuk ruang, dan persoalan ruang selalu menjadi perhatian utama untuk
masa yang akan datang (Pevsner, 1963:1).
Pemahaman tentang makna ruang yang terjadi sebenarnya tidak dapat
membedakan secara “hitam ataupun putih”. Sebab dalam realitanya pada
masyarakat barat maupun timur sendiri di masing-masing kebudayaan juga
memiliki perbedaan wujud dan makna ruang yang dijadikan aktivitasnya.
Dalam pandangan Barat, seperti yang diungkapkan Plato dalam Ven
(1995), yang merupakan nara sumber Barat yang paling berpengaruh, “ yang
benar-benar ada hanyalah yang terlihat dan teraba, karena ruang di dalam suatu
dunia yang terbatas”.
Berbeda dengan pandangan Barat, pandangan Lao Tzu terhadap ruang,
“yang tidak nyata justru menjadi hakekatnya, dan dinyatakan dalam bentuk
materi”. Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai transisi yang
memisahkan arsitektur dengan fundamental, ada tiga tahapan hirarki ruang:
 Ruang adalah hasil serangkaian secara tektonik.
 Ruang yang dilingkupi bentuk.
 Ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam
dan dunia di luar.

30 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

Gambar 2.4 Perbedaan pandangan


Barat dan Timur
Sumber : dveraux.blogspot,Agustus
2016

Dari gambaran diatas, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi ruang berbentuk


sequence dari yang paling nyata sampai yang imajiner, digambarkan layaknya
suatu gradasi. Misalnya ruang pada sequence kategori nyata yaitu ruang yang
memiliki batas yang jelas seperti halnya suatu ruangan pada sebuah box. Namun
ruang pada sequence kategori imajiner yaitu ruang yang batasannya terbentuk
oleh visualisasi seorang terhadap objek yang dirasakan.

Gambar 2.5
Sumber :
dveraux.blogspot,Agustus 2016

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 31


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

2.3.7. Ruang Dalam ( Interior)


Menurut Francis D.K.Ching dalam buku Ilustrasi Desain Interior, desain
interior adalah merencanakan, menata, dan merancang ruangruang interior
dalam bangunan. Desain interior adalah karya arsitek atau disainer yang khusus
menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan, bentuk - bentuknya sejalan
perkembangan ilmu dan teknologi yang dalam proses perancangan selalu
dipengaruhi unsur-unsur geografi setempat dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang
diwujudkan dalam gaya-gaya kontemporer. (J.Pamudji Suptandar, 1999 : 11 ).
Elemen-elemen Desain Interior membentuk sebuah ruang yang dapat
memisahkan ruang dalam dari ruang luar. Elemen-elemen desain interior tersebut
adalah :
 Lantai, adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar
yang rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga aktivitas interior dari furniture
yang ada, lantai harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut
dengan aman, dan permukaannya harus kuat untuk menahan semua beban yang
berada di atas nya baik civita s manusia ataupun beban mati.
 Dinding, adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap
bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai struktur
pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan atap.(Francis
D.K.Ching, 1996;176). Dinding adalah elemen utama yang dengannya kita
membentuk ruang interior. Bersama dengan bidang lantai dan langit-langit yang
pelengkap untuk penutup, dinding mengendalikan ukuran dan bentuk ruang.
Dinding juga dapat dilihat sebagai penghalang yang merupakan batas sirkulasi
kita, memisahkan satu ruang dengan ruang disebelahnya dan menyediakan
privasi visual maupun akustik bagi pemakainya.
 Langit-langit (plafond), adalah elemen yang menjadi naungan dalam
desain interior, dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk
semua yang ada dibawahnya. Meskipun berada diluar batas jangkauan tangan kita
dan tidak digunakan seperti halnya lantai dan dinding, langit-langit memainkan
peran visual penting dalam pembentukan ruang interior dan dimensi
vertikalnya.

32 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

 Jendela, merupakan elemen dari desain arsitektur dan interior yang


menghubungkan, baik secara visual dan fisik, satu ruang ke ruang lain maupun
bagian dalam ruangan dengan ruang luar seperti halaman atau pun view lainnya.
 Pintu, dan jalan masuk memungkinkan akses fisik untuk kita sendiri,
perabot, dan barang-barang untuk masuk dan keluar bangunan dan dari satu
ruang ke ruang lain di dalam bangunan. Melalui desain, konstruksi dan
lokasinya, pintu dan jalan masuk dapat mengendalikan penggunaan ruang,
pandangan dari satu ruang ke ruang berikutnya dan masuknya cahaya, suara,
udara hangat dan udara sejuk.
 Tanggadan lorong, tangga merupakan sarana sirkulasi vertikal antara
lantai-lantai dari suatu bangunan. Dua kriteria fungsional terpenting dalam
pembuatan desain tangga adalah keselamatan dan kemudahan untuk dinaiki dan
dituruni.
 Perabot, adalah salah satu kategori elemen desain yang pasti selalu ada di
hampir semua desain interior. Perabot menjadi perantara antara arsitektur dan
manusianya. Menawarkan adanya transisi bentuk dan skala antara ruang
interior dan masing-masing individu.
 Peralatan lampu, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari system
elektrik bangunan, mengubah energi menjadi pencahayaan yang berguna.
 Dekorasi atau aksesori dalam desain interior merujuk pada benda-
benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang. Aksesori
yang dapat menambah kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat
berupa : alat-alat dan obyek-obyek yang memang berguna, elemen-elemen dan
kelengkapan arsitektur, dan benda seni dan tanaman.
2.3.8. Ruang Luar (Eksterior)
Elemen-elemen perancangan secara visual yang menonjol untuk
mendukung perancangan ruang luar atau desain lansekap dapat dikategorikan
menjadi 4 bagian, yaitu :
 Skala
Skala dalam arsitektur adalah suatu kualitas yang menghubungkan
bangunan atau ruang dengan kemampuan manusia dalam memahami bangunan
atau ruang tersebut. Ada 2 (dua) macam skala, yaitu :

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 33


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

o Skala manusia, perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang


dengan dimensi tubuh manusia.
o Skala genetik, perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang terhadap
elemen lain yang berhubungan dengannya atau disekitarnya.
Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat
langsung dikaitkan dengan ukuran manusia, tetapi pada ruang-ruang yang
melebihi jangkauan manusia penentuan skala harus didasarkan pengamatan visual
dengan membandingkannya dengan elemen - elemen yang berhubungan dengan
manusia.
 Teksture
Tekstur merupakan titik-ttik kasar yang tidak teratur pada suatu
permukaan. Titik-titik ini berbeda dalam ukuran, warna, bentuk atau sifat dan
karakternya, seperti misalnya ukuran besar kecil, warna terang gelap, bentuk
bulat, persegi atau tak beraturan sama sekali dan lain-lain.
Tekstur menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi :
Tekstur halus, permukaannya dibedakan oleh elemen- elemen yang
halus atau oleh warna.
Tekstur kasar, permukaannya terdiri dari elemen- elemen yang
berbeda baik corak, bentuk maupun warna.
Tekstur pada suatu ruang luar sangat erat hubungannya dengan jarak
pandang atau jarak penglihatan. Pada suatu jarak tertentu, tekstur dari bahan itu
sendiri tidak akan berperan lagi, sehingga bahan tersebut akan keliahatan polos.
Oleh karena itu untuk suatu bidang yang lua pada ruang luar, tekstur dapat
dibedakan atas :
Tekstur primer, yaitu tekstur yang terdapat pada bahan, yang hanya
dapat dilihat dari jarak dekat.
Tekstur sekunder, yaitu tekstur yang dibuat dalam skala tertentu
untuk membetikan kesan visual yang proposional dari jarak jauh.
 Bentuk
Pada Tata Ruang Luar, pengolahan bentuk-bentuknya dapat
mempengaruhi kesan pada ruang. Dari penampilannya bentuk dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :

34 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

Bentuk yang teratur, seperti bentuk geometris : kotak, kubus, kerucut,


piramid dan sebagainya.
Bentuk yang lengkung, umumnya bentuk - bentuk alam.
Bentuk yang tidak teratur.
 Fungsi Bentuk dalam Perancangan.
Dalam mendesain atau merencanakan sesuatu secara ideal dikatakan “Form
Follow Function”. Pernyataan ini sebenarnya timbul jauh sebelumnya daripada
yang diperkirakan manusia dan juga mempunyai arti yang lebih dalam.
Meskipun demikian hal ini maih tetap terbuka bagi beberapa argumen terkecuali
bagi pemikiran estetis yang telah kita terima sebagai salah satu bagin dari fungsi.
Arti yang sebenarnya ialah bahwa setiap objek atau benda harus direncanakan
dan didesain sebaik mungkin dan menjadi alat yang seefektif mungkin dan
menjadi alat yang seefektif mungkin, baik dalam bentuk, bahan, maupun
finishing-nya, untuk apa benda itu direncanakan.
Jadi perubahan bentuk yang berkesinambungan juga dapat timbul akibat
dari kondisi topografi, cuaca, problem sosial, komunikasi modern, dan juga
tergantung pada bentuk-bentuk lama.
Bentuk dapat memberikan kesan statis, stabil, formal, agung, tuntas,
labil, aktif, dan sebagainya.bentuk di dalam perancanganan mempunyai makna,
arti, atau kesan tersendiri. Disinilah seorang perancang? arsitek harus
berhati- hati dalam merencanakan unsur-unsur bentuk dalam suatu rancangan agar
obyek sesuai dengan fungsinya, efektif, serasi dan estetis.
 Warna
Di dalam arsitektur, warna digunakan untuk menenkankan atau
memperjelas karakter suatu obyek, memberi aksen pada bentuk dan bahannya.
Teori Warna
Dalam teori warna antara lain kita mengenal adanya dua macam sistem
yang umumnya digunakan dalam pelaksaan menyusun warna, yaitu:
- Prang Colour System
- Munsell Colour System

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 35


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

Menurut Teori Prang, secara psikologis warna dapat dibedakan menjadi 3


(tiga) dimensi, yaitu :
- Hue : semacam temperamen mengenai panas / dinginnya warna.
- Value : mengenai gelap terangnya warna
- Intensity : mengenai cerah dan redupnya warna.

Selanjutnya Prang Juga membagi adanya kelas warna yaitu :


- Primary, merupakan warna utama / pokok ,yaitu : merah, kuning, biru.
- Binary (Secondary) , yaitu warna kedua dan yang terjadi akibat
perpaduan dua warna primary. Warna tersebut adalah :
• Merah + biru + violet / ungu
• Merah + kuning = oranye
• Kuning+ Biru = Hijau

2.4. Teori Arsitektur Perilaku


Arsitektur merupakan seni dan ilmu dalam merancang yang senantiasa
memperhatikan tiga hal dalam perancangannya yaitu fungsi, estetika, dan
teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang semakin kompleks
maka perilaku manusia semakin diperhitungkan dalam proses perancangan yang
sering disebut sebagai pengkajian lingkungan perilaku dalam arsitektur.
2.4.1. Pengertian Behaviorisme (Perilaku)
Kata perilaku menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan
aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya
ataupun dengan lingkungan fisiknya (Tandal dan Egam, 2011).
Teori behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang tampak, dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme
tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau jelek, rasional atau
emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih

36 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk


reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku manusia dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :

Perilaku tertutup, adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam


bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang
terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
Perilaku terbuka, adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek.

2.4.2. Faktor yang mempengaruhi Behaviorisme ( Perilaku)


Perilaku manusia dan hubungannya dengan suatu setting fisik sebenarnya
tedapat keterkaitan yang erat dan pengaruh timbal balik diantara setting tersebut
dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, apabila terdapat perubahan setting
yang disesuaikan dengan suatu kegiatan, maka akan ada imbas atau pengaruh
terhadap perilaku manusia. Variabel – variabel yang berpengaruh terhadap
perilaku manusia (Setiawan, 1995), antara lain :
 Ruang. Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia
adalah fungsi dan pemakaian ruang tersebut. Perancangan fisik ruang
memiliki variable yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya.
 Ukuran dan bentuk. Ukuran dan bentuk ruang harus disesuaikan dengan
fungsi yang akan diwadahi, ukuran yang terlalu besar atau kecil akan
mempengaruhi psikologis pemakainya.
 Perabot dan penataannya. Bentuk penataan perabot harus disesuaikan
dengan sifat dari kegiatan yang ada di ruang tersebut. Penataan yang simetris
memberi kesan kaku, dan resmi. Sedangkan penataan asimetris lebih berkesan
dinamis dan kurang resmi.
 Warna. Warna memiliki peranan penting dalam mewujudkan suasana
ruang dan mendukuing terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pada ruang,

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 37


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau dingin, tetapi warna
juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut.
 Suara, Temperatur dan Pencahayaan. Suara diukur dengan decibel,
akan berpengaruh buruk bila terlalu keras. Demikian pula dengan temperatur dan
pencahayaan yang dapat mempengaruhi psikologis seseorang.

2.4.3. Behaviorisme dalam Kajian Arsitektur


Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari lingkungan yang
membentuk diri mereka. Diantara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang
didesain manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku
manusia yang hidup didalam arsitektur dan lingkungannya tersebut. Sebuah
arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari
arsitektur itulah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali (Tandal dan
Egam, 2011).
2.4.4. Arsitektur Membentuk Perilaku Manusia
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan pengguna,
yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam
bangunan tersebut dan mulai membatasi manusia untuk bergerak, berperilaku, dan
cara manusia dalam menjalani kehidupan sosialnya. Hal ini menyangkut
kestabilan antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan
dalam keselarasan lingkungan.

Skema ini menjelaskan mengenai “Arsitektur membentuk Perilaku


Manusia”, dimana hanya terjadi hubungan satu arah yaitu desain arsitektur yang
dibangun mempengaruhi perilaku manusia sehingga membentuk perilaku
manusia dari desain arsitektur tersebut.

38 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH


[TUGAS AKHIR ARSITEKTUR] BAB - 2

2.4.5. Perilaku Manusia membentuk Arsitektur


Setelah perilaku manusia terbentuk akibat arsitektur yang telah dibuat,
manusia kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun atas dasar perilaku
yang telah terbentuk, dan seterusnya.

Pada skema ini dijelaskan mengenai “Perilaku Manusia membentuk


Arsitektur” dimana desain arsitektur yang telah terbentuk mempengaruhi perilaku
manusia sebagai pengguna yang kemudian manusia mengkaji kembali desain
arsitektur tersebut sehingga perilaku manusia membentuk kembali desain
arsitektur yang baru.

RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH 39


BAB - 2 [TUGAS AKHIR ARSITEKTUR]

2.5.Kriteria Desain
Variable Kriteria Strategi
Arsitektur perilaku
Ruang  Memberikan wadah atau  Memberikan open space atauruang
Luar tempat pasien terbuka pada site untuk pasien
berkumpul dan berkumpul dengan tetap mendapat
bersosialisasi di ruang pengawasan dari perawat.
terbuka.  Memberikan tempat atau wadah
 Memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan dasar
dasar manusia pada manusia.
pasien
Ruang  Memadukan antara  Dengan melihat mapping perilaku,
dalam perilaku dengan ruang akan terlihat dimana ruang yang
yang ada pada rumah menjadi aktivitas pasien yang
sakit jiwa. dominan.
 Memberikan wadah  Dengan memberikan kesan yang
ruang yang tidak seperti luas dan tidak tertutup.
di “penjara”.
Rumah Sakit Jiwa
Ruang  Memberikan area yang  Mengutamakan area pada pasien
Luar berbeda pada pasien yang dengan tinggkat gangguan
yang tingkan gangguan jiwa yang paling berat, sedang
kejiwaanya. kemudian yang ringan.
Ruang  Memberikan ruang  Memberikan ruang bersama sebagai
Dalam kumpul untuk para titik kumpul para pasien dengan
pasien untuk para perawat dan dokter untuk
bersosialisasi bersama bersosialisasi.
perawat maupun dokter.

40 RUMAH SAKIT JIWA KALIMANTAN TENGAH

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB III Baruu
    BAB III Baruu
    Dokumen9 halaman
    BAB III Baruu
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Islam Itu Indah
    Islam Itu Indah
    Dokumen1 halaman
    Islam Itu Indah
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Agamaku
    Ilmu Agamaku
    Dokumen2 halaman
    Ilmu Agamaku
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Propsal Izin Survei
    Propsal Izin Survei
    Dokumen6 halaman
    Propsal Izin Survei
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Maulid Nabi Muhammad SAW
    Maulid Nabi Muhammad SAW
    Dokumen1 halaman
    Maulid Nabi Muhammad SAW
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Organisasi Ruang Cluster
    Organisasi Ruang Cluster
    Dokumen10 halaman
    Organisasi Ruang Cluster
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • HIJRAH
    HIJRAH
    Dokumen1 halaman
    HIJRAH
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Perda RTRW Kab Mojokerto 9-2012
    Perda RTRW Kab Mojokerto 9-2012
    Dokumen102 halaman
    Perda RTRW Kab Mojokerto 9-2012
    Sangbrownis Poenyanyyaa Zunita
    Belum ada peringkat
  • Metode Perancangan Museum
    Metode Perancangan Museum
    Dokumen7 halaman
    Metode Perancangan Museum
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Arsitektur Pertahanan
    Arsitektur Pertahanan
    Dokumen1 halaman
    Arsitektur Pertahanan
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • OPTIMALKAN
    OPTIMALKAN
    Dokumen15 halaman
    OPTIMALKAN
    Rudi Elfendes
    Belum ada peringkat
  • Organisasi Ruang Cluster
    Organisasi Ruang Cluster
    Dokumen10 halaman
    Organisasi Ruang Cluster
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • TUGAS AKHIR (Materi)
    TUGAS AKHIR (Materi)
    Dokumen3 halaman
    TUGAS AKHIR (Materi)
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen27 halaman
    Bab 4
    Ryoko
    Belum ada peringkat
  • PUSAKA
    PUSAKA
    Dokumen2 halaman
    PUSAKA
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • PENDAHULUAN
    PENDAHULUAN
    Dokumen4 halaman
    PENDAHULUAN
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • PUSAKA
    PUSAKA
    Dokumen2 halaman
    PUSAKA
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Bangunan Rumah Sakit
    Bangunan Rumah Sakit
    Dokumen7 halaman
    Bangunan Rumah Sakit
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • REHABILITASI
    REHABILITASI
    Dokumen20 halaman
    REHABILITASI
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • TUGAS AKHIR (Materi)
    TUGAS AKHIR (Materi)
    Dokumen3 halaman
    TUGAS AKHIR (Materi)
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang - Pendahuluan
    Latar Belakang - Pendahuluan
    Dokumen3 halaman
    Latar Belakang - Pendahuluan
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Teori Permukiman Perkotaan
    Teori Permukiman Perkotaan
    Dokumen5 halaman
    Teori Permukiman Perkotaan
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Arsitektur Pertahanan
    Arsitektur Pertahanan
    Dokumen1 halaman
    Arsitektur Pertahanan
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Poster PDF
    Poster PDF
    Dokumen1 halaman
    Poster PDF
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Elemen Rancang Kota (Permukiman & Perkotaan)
    Elemen Rancang Kota (Permukiman & Perkotaan)
    Dokumen9 halaman
    Elemen Rancang Kota (Permukiman & Perkotaan)
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Tematik 2
    Tematik 2
    Dokumen1 halaman
    Tematik 2
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • Tipologi Sarana Rumah Sakit PDF
    Tipologi Sarana Rumah Sakit PDF
    Dokumen33 halaman
    Tipologi Sarana Rumah Sakit PDF
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat
  • UAS Pusaka
    UAS Pusaka
    Dokumen1 halaman
    UAS Pusaka
    Dimas Bagus Rakhmansyah
    Belum ada peringkat