LATAR BELAKANG :
Sebutuhnya data yang dibutuhkan. Kalau terlalu luas nanti membingungkan
Iya, banyakin foto untuk data konkrid/falid/akurat.
Latar Belakang : Data-data kasus saraf
Membuat desain dari masalah yang ada
Bangunan harus sesuai lingkungan/site
Banyak data harus dari jurnal, buku untuk mendapat data yang valid
Tujuan perancangan itu dari/sesuai latar belakang
Tujuan kalau bisa jangan banyak-banyak, tetapi sasaran yang banyak
Ada berapa si pusat rehabilitasi di sana? Mencukupi?
Dirinci dari Jawa Timur, terus ke kota-kota besar, baru ke kota Mojokerto
Dinas kesehatan : breakdown langsung aja tentang apa permasalahannya
Banyaknya pengidap/pasien ditujukan lewat tabel
Pemilihan lokasi, mending kota besar. Agar menjadi pusat/ruang lingkupnya besar
Issue yang nanti bakal diangkat di konsep
FAKTA (dari latar belakang) – ISSUE – BREAKDOWN – TUJUAN
Dinas kesehatan jawa timur
Tujuan
Preseden 2 aja kalau udah mencukupi
Klasifikasi saraf pusat itu apa aja? Kalau memang focus ke satu penyakit, judulnya sesuai penyakit itu. Kalau meluas berarti ke semuanya
Ambulance Radiologi
C-Arm
Rehabilitation
Laboratorium
Pemulihan gerak dan fungsi tubuh pada pasien yang mengalami gangguan nyeri pada jaringan saraf, pada tulang, pada otot, pada sendi,
dengan menggunakan sarana atau modalitas fisioterapi Short Wave Diathermy, Ultra Sound Diathermy, Arus Interferensial, Arus Diadinamik,
TENS, Inframerah.
Pemulihan gerak dan fungsi tubuh pada pasien stroke dengan menggunakan sarana latihan dengan metode Bobath
Pemulihan gerak dan fungsi tubuh pada pasien yang mengalami gangguan tulang belakang, tulang leher, gangguan postural dengan sarana latihan
skoliosis, latihan penguatan otot perut dan punggung, latihan otot leher, latihan koreksi postur, traksi lehar dan lumbal
Sakit saraf adalah kondisi di mana terjadi gangguan pada sistem saraf. Ketika sistem saraf terganggu, maka penderitanya bisa
kesulitan bergerak, berbicara, menelan, bernapas, atau berpikir. Penderita juga bisa mengalami gangguan pada ingatan, panca indera,
atau suasana hati.
Sistem saraf manusia dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Saraf pusat manusia terdiri atas otak dan saraf
tulang belakang. Saraf tepi terdiri dari serabut saraf yang bertugas menghubungkan antara berbagai organ tubuh manusia dengan
sistem saraf pusat. Secara bersama-sama, ketiga bagian sistem saraf tersebut berfungsi mengontrol semua fungsi tubuh.
Beberapa fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf adalah:
Saraf otonom. Saraf ini berfungsi mengontrol gerakan tubuh yang tidak disadari atau gerakan tubuh setengah disadari seperti
detak jantung, tekanan darah, pencernaan, dan pengaturan suhu tubuh.
Saraf motorik. Jenis saraf yang mengontrol gerakan dengan mengirimkan informasi dari otak dan tulang belakang menuju ke otot.
Saraf sensorik. Saraf ini akan mengirimkan informasi dari kulit dan otot kembali ke tulang belakang dan otak. Informasi ini diproses
agar manusia merasakan sakit atau sensasi lainnya.
Sakit saraf otonom, umumnya berupa berkeringat terlalu banyak, mata dan mulut kering, sulit buang air besar, disfungsi kandung
kemih, dan disfungsi seksual.
Sakit saraf motorik, umumnya berupa kelemahan otot, atrofi otot (ukuran otot mengecil), otot berkedut, dan kelumpuhan.
Sakit saraf sensorik, umumnya berupa nyeri, sensitif, kebas atau mati rasa, kesemutan, perih, dan gangguan kesadaran posisi.
Pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk memeriksa fungsi dan kondisi sistem saraf, termasuk
kemampuan sensorik dan motorik pasien, fungsi saraf kranial, kesehatan mental, dan perubahan perilaku.
Uji laboratorium, seperti tes darah dan tes urine, untuk membantu diagnosis penyakit dan memahami lebih jauh tentang penyakit
yang diderita penderita. Uji laboratorium termasuk pemeriksaan awal sakit saraf, dan dapat menggambarkan kondisi sistem saraf
pasien secara umum.
Pemindaian. Metode pemindaian dapat memberikan gambaran organ dalam tubuh, termasuk organ sistem saraf yang mengalami
kerusakan. Hasil pemeriksaan pemindaian dapat berupa gambar dua atau tiga dimensi. Contoh metode pemindaian yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis sakit saraf adalah foto Rontgen, CT scan, MRI, dan fluoroskopi.
Uji genetik, melalui sampel air ketuban (amniosentesis) atau ari-ari (CVS), dan USG kehamilan, untuk mengetahui apakah anak
mengalami sakit saraf bawaan.
Biopsi. Biopsi merupakan prosedur pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa di laboratorium guna mendeteksi kelainan
saraf. Sampel yang paling sering digunakan adalah otot dan saraf, serta jaringan tumor pada otak. Prosedur biopsi untuk
mengambil jaringan tumor otak biasanya lebih rumit, dan membutuhkan waktu pelaksanaan serta pemulihan yang lebih lama
dibanding biopsi jaringan otot dan saraf.
Angiografi. Angiografi merupakan tes untuk mendeteksi apakah ada pembuluh darah yang tersumbat. Tes ini dapat membantu
diagnosis stroke, pembengkakan pembuluh darah otak dan untuk menentukan tempat dan ukuran tumor otak. Angiografi
melibatkan pemindaian menggunakan sinar X untuk menghasilkan gambar pembuluh darah yang tersumbat.
Analisis cairan serebrospinal. Tes ini dilakukan dengan mengambil dan memeriksa cairan yang melindungi otak dan saraf tulang
belakang. Cairan yang diperiksa bisa memberikan informasi ada tidaknya perdarahan, infeksi, dan gangguan saraf lain.
Pengambilan cairan serebrospinal dilakukan melalui metode pungsi lumbal dan dilakukan di rumah sakit.
Elektroensefalografi (EEG). Tes ini dilakukan untuk memonitor aktivitas otak dengan menempelkan sensor di kepala. EEG dapat
mendeteksi penyakit saraf yang disebabkan kelainan kejang, kerusakan otak akibat cedera, inflamasi pada otak atau saraf tulang
belakang, kelainan psikiatrik, dan kelainan metabolik atau degeneratif pada otak.
Elektromiografi (EMG). Tes ini dilakukan untuk mendiagnosis kelainan saraf dan otot, serta penyakit saraf tulang belakang.
Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan sensor di sekitar otot, dan dilaksanakan di rumah sakit atau laboratorium khusus.
Tes EMG dapat dilaksanakan bersama dengan tes kecepatan konduksi saraf atau nerve conduction velocity (NCV).
Electronystagmography (ENG). Tes ini terdiri dari beberapa rangkaian metode pengujian yang digunakan untuk mendiagnosis
pergerakan abnormal mata, vertigo, dan gangguan Pemeriksaan dilakukan dengan menempelkan sensor di sekitar mata.
Diskografi. Tes ini merupakan tes pemindaian untuk mengevaluasi nyeri punggung. Tes ini dapat melibatkan pemindaian foto
Rontgen atau CT scan untuk menghasilkan gambar kondisi punggung dan saraf tulang belakang secara visual.
Evoked potentials. Tes ini dilakukan untuk mengukur sinyal elektrik ke otak yang dihasilkan indera pendengaran, sentuhan, atau
penglihatan.
Thermography. Tes ini dilakukan dengan menggunakan inframerah untuk mengukur perubahan temperatur kecil antara dua sisi
tubuh atau pada salah satu organ.