Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH METODE PEMBELAJARAN IPS

REASONING AND PROBLEM SOLVING

Disusun oleh :

1.Denis Agung Nugroho (17.0305.0158) 2D


2.bagas rahmayanto (17.0305.0129) 2D
3.hassan nuryadin (17.0305.0152) 2D

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
DAFTAR ISI

1.KATA PENGANTAR

2. BAB I - PENDAHULUAN

3,BAB II - PEMBAHASAN

4.BAB III - ISI

5.BAB IV – PENUTUP

6. DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, makalah tentang pembelajaran IPS di SD


ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.

Tersusunnya makalah ini semoga mendatangkan manfaat yang besar untuk pendidikan
di indonesia pada umunya dan untuk para pendidik pada khususnya. Walaupun pada
mulanya penyusunan makalah ini mengalami banyak kesulitan dalam menyatukan
berbagai materi penting untuk disusun agar menjadi sebuah bacaan yang menarik untuk
dibaca, namun alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Tersirat penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.

Besar harapan agar makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar yang baik serta
mendatangkan manfaat untuk seluruh pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena
itu, adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah ini
sangat dinantikan. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kemaslahatan
umat manusia, dan menjadi amal saleh bagi semua umat manusia.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum-
kurikulum di Indonesia. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu
mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan peserta didik
sekolah untuk mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan dengan
perkembangan dalam era globalisasi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia
yang baik dan warga dunia yang efektif.1[1] Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
sekolah bertujuan sebagai berikut:
1. Mengajabarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan
kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan sosial.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, baik secara nasional maupun global.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dikembangkan model pembelajaran
yang kondusif dan menggairahkan peserta didik agar bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Salah satu kemampuan dasar
yang harus dikuasai guru adalah keterampilan mengembangkan model pembelajaran,
yaitu keterampilan yang berhubungan dengan upaya untuk mengembangkan model
pembelajaran di kelas yang dapat memotivasi dan menggairahkan belajar peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Metode Pembelajaran

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Methodos”

Yang berarti cara berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut
WinarnoSurakhmad, metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alatuntuk
mencapai suatu tujuan ( 1976 : 74 ). Sedangkan pengertianpembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dansumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Menurut Nursid Suaatmadja,metode pembelajaran adalah suatu cara yang
fungsinya merupakan suatu alatuntuk mencapai tujuan ( 1984 : 95 ). Menurut S Hamid
Hasan, metodepengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan
kesempatanseluas

luasnya kepada siswa dalam belajar ( 1992 : 4).Dari dua pengertian diatas dapat di
simpulkan bahwa metodepengajaran IPS itu adalah suatu cara yang digunakan oleh guru
agar siswa dapat belajar seluas luasnya dalam rangka mencapai tujuan pengajaransecara
efektif. Didalam proses belajar mengajara di perlukan suatu metodeyang sesuaidengan
situasi dan kondisi yang ada. Metode pembelajaranseharusnya tepat guna yaitu mampu
memfunfsikan si anak didik untuk belajarsendiri sesuai dengan

Student Active Learning(SAL)


BaB III

ISI

Model Pembelajaran IPS Reasoning and Problem Solving

Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil


(retensi), yang meliputi basic thinking, critical thinking, dan kreative thinking.
Selanjutnya, Johnson (1992) merangkum beberapa definisi critical thinking dari beberpa
ahli, seperti Ennis (1987,1989), Lipman (1988), Siegel (1988), Paul (1989), dan
McPeck (1981), yang disebut juga “the Group of Five”. Ia menyimpulan bahwa ada tiga
persetujuan substansi dari kemampuan berpikir kritik. Pertama, berpikir kritis
memerlukan sejumlah kemampuan kognitif; kedua, berpikir kritis memerlukan sejumlah
informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis mencangkup dimensi afektif yang
semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-beda. Tujuan berpikir kritis
adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi pelaksaan
atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut.

Dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya. Jadi, kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui
kemampuan reasoning.

Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah
pembelajaran, yaitu:

1. Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan


situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.

2. Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan


diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar).

3. Penyeleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen,


reduksi atau ekspansi, dedukasi logis, menulis persamaan).

4. Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi,


aljabar, dan geometri).

5. Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternative pemecahan,


memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan
masalah-masalah variatif yang orsinil).
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik
yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah
(problem solving) adalah sebuah metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik pribadi atau perorangan
maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Ada empat tahap
proses pemecahan masalah menurut Savage dan Amstrong sebagai berikut:

1) Mengenal adanya masalah;

2) Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;

3) Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan

4) Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:

a. Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.

b. Berpikir dan bertindak kreatif.

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan


masalah yang dihadapi dengan tepat.

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya.

Kelemahan metode problem solving, adalah sebagai berikut:

a. Beberapa pokok pembahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.

b. Memerlukan advokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode


pembelajaran yang lain.
.

Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah pemahaman, keterampilan


berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi,
keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermaknarinsip reaksi yang
dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik
yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan
utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah.

arana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses berpikir dasar, kritis, kreatif, berpikir tingkat tinggi, dan strategi
pemecahan masalah non rutin, dan masalah-masalah non rutin yang menantang siswa
untuk melakukan upaya reasoning dan problem solving. Sedangkan dampak
pengiringnya adalah hakikat tentatif keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi
dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.

Sekian uraian mengenai model reasoning and problem solving dalam pembelajaran.
Semoga dapat membantu dan bermanfaat.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman untuk para perancang
pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan atau melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran IPS adalah
model pembelajaran yang berlandaskan pendekatan paradigma konstruktivisme yaitu
pembelajaran yang berdasarkan pada partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan
masalah dan berpikir kritis. Model-model pembelajaran IPS berlandaskan paradigm
konstruktivisme diantaranya yaitu: Model Reasoning and Problem Solving

Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat
bingung mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik.
Maka dari itu tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih
menarik dan siswa belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu
mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih
menyenangkan karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran
IPS.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Huriah Rachmah, M.Pd. (2014). Pengembangan Profesi Pendidikan IPS. Bandung:
Alfabeta.
Dr. Sapriya, M.Ed. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dr. Rudy Gunawan, M.Pd. (2011). Pendidikan IPS filosofi, Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai