Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan utama pasien ICU (Intensive Care Unit) adalah tindakan resusitasi
meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi
jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi),
Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011).

Pelayanan di ruang ICU merupakan pelayanan yang bersifat multidisiplin dan


komprehensif, tindakan suportif terhadap fungsi organ-organ tubuh menjadi
utama. Salah satu tindakan suportif adalah pemberian ventilasi buatan dengan
2 menggunakan ventilator misalnya ventilasi mekanik (Sundana, 2014).

Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi


pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia,
hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator mekanik merupakan salah satu
aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis
di Intensive Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat
mencapai 1,5 juta per tahun (Asih, 2010, hlm. 120).

Pasien yang dirawat di ICU berisiko tinggi terkena infeksi nosokomial.


Infeksi nosokomial yang cukup sering diderita pasien adalah pneumonia.
Delapan puluh tujuh persen kejadian pneumonia di ICU terkait dengan
penggunaan dan asuhan keperawatan ventilator mekanik yang tidak tepat
sehingga menimbulkan kolonisasi kuman di orofaring yang berisiko
terjadinya pneumonia terkait ventilator/Ventilator Associated Pneumonia
(VAP).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang pengertian ICU?
1
2. Jelaskan tentang indikasi masuk ICU?
3. Jelaskan tentang pengertian ventilator mekanik?
4. Jelaskan tentang mode ventilator mekanik?
2

5. Jelaskan tentang setting ventilator mekanik?


6. Jelaskan tentang monitoring ventilator mekanik?
7. Jelaskan tentang weaning ventilator mekanik?
8. Lampiran foto perjalanan touring di ruang ICU.

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan tentang pengertian ICU
2. Dapat menjelaskan tentang indikasi masuk ICU
3. Dapat menjelaskan tentang pengertian ventilator mekanik
4. Dapat menjelaskan tentang mode ventilator mekanik
5. Dapat menjelaskan tentang setting ventilator mekanik
6. Dapat menjelaskan tentang monitoring ventilator mekanik
7. Dapat menjelaskan tentang weaning ventilator mekanik
8. Dapat menjelaskan kegiatan yang dilakukan saat di ruang ICU

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah runga rawat yang ada di rumahsakit yang
difasilitasi dengan tenaga kesehatan dan peralatan yang khusus yang bertujuan
merawat dan mengobati penyakit, cedera atau penyulit - penyulit yang
mengancam nyawa yang dapat menyebabkan kematian (Asih, 2010, hlm.
114).

B. Indikasi masuk ICU


Indikasi pasien yang layak dirawat di ICU menurut Asih (2010, hlm. 117)
adalah:
1. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh Tim
intensive care
3

2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh


secara terkoordinasi dan berkelanjutan
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan
tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis,
seperti:
a. Gangguan atau gagal nafas akut
b. Gangguan atau gagal sirkulasi
c. Gangguan atau gagal susunan syaraf
d. Gangguan atau gagal ginjal

C. Definisi Ventilator Mekanik


Ventilator mekanik adalah alat bantu nafas untuk memberikan bantuan nafas
dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih semua fungsi
pernafasan untuk mempertahankan hidup (Sundana, 2014, hlm. 50).

D. Mode ventilator mekanik


3
Mode-mode ventilator menurut Sundana (2014, hlm. 55-60) antara lain:
1. Mode Control
Mode ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang
telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled
Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten
Positive Pressure Ventilation)
2. Mode IMV / SIMV (Intermitten Mandatory
Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation)
Mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan
nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan
pada frekuensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat
4

inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala


akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMV
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang
sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan
bantuan.
3. Mode ASB / PS (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.
4. CPAP (Continous Positive Air Pressure)
Mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada
pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode
ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan
sebelum pasien dilepas dari ventilator.

E. Setting Ventilator Mekanik


Yang perlu diperhatikan saat mengatur setting ventilator mekanik menurut
Sundana (2014, hlm. 73-94), antara lain :
1. Jenis ventilasi (volume bersiklus, tekanan bersiklus, tekanan
negative) setting sentivity dan ratio inspirasi-ekspirasi. Sensitivity
menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk
memulai/mentrigger inspirasi dari ventilator. Setting dapat berupa flow
atau pressure. Flow biasanya lebih baik untuk pasien yang sudah bernafas
spontan dan memakai PS/Spontan/ASB karena dapat mengurangi kerja
nafas/work of breathing. Nilai sensitivity berkisar 2 sampai -20 cmH2O
untuk pressure sedangkan untuk flow antara 2-20 L/menit.
2. Inspirasi : Ekspirasi rasio biasanya diset 1:2 atau 1:1.5 yang
merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Terkadang
5

diperlukan fase inspirasi yg sama atau lebih lama dibanding ekspirasi


untuk menaikkan PaO2, seperti pada ARDS, berkisar 1:1 sampai 4:1.
3. Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator
ke pasien setiap sekali nafas. Umumnya setting 5-15 cc/kgBB, tergantung
dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien normal tolerate
dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK 5-8
cc/kgBB. Untuk pasien ARDS (membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg,
asal PaO2 normal, dengan cara menurunkan tidal volume antara 4-6
cc/kgBB)
4. Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien
setiap menitnya. Setting RR tergantung dari volume Tidal, jenis kelainan
paru pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas
dan di bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit,
maka set alarm sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit.
Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
Dengan asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8 x/menit, agar
tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation.
5. Flow rate (peak flow ) adalah kecepatan gas untuk menghantarkan
tidal volume yg diset/menit. Biasanya setting antara 40-100 L/menit.
Inspiratory flow rate merupakan fungsi dari RR, TV dan I:E rasio Flow=
Liter/menit= TV/TInspirasix 60 Jika RR 20x/menit maka: Ttotal= 60/20=
3 detik. Jika rasio 1:2, Tinspirasi= 1 detik. Untuk menghantarkan tidal
volume (TV) 500 cc diperlukan Inspiratory flow rate= 0.5/1 x 60= 30
Liter/menit.

F. Monitoring Ventilator Mekanik


Monitoring ventilator mekanik menurut Sundana (2014, hlm.158) antara lain:
1. Pantau status respirasi
2. Pantau kardiovaskuler
3. Observasi neurologis
4. Pantau renal
5. Pantau gastrointestinal
6. Pantau immunologi
7. Pantau psikologis.

G. Weaning (menyapih) Ventilator Mekanik


6

Weaning (menyapih) ventilasi mekanik menurut Sundana (2014, hlm. 139)


antara lain:
1. Pasien yang mendapatkan ventilasi mekanik dalam waktu singkat
misalnya setelah operasi besar sering kali dapat disapih dengan cepat
seperti yang dilakukan diruangan operasi yaitu mengakhiri sedasi,
kemudian dengan cepat memakai T-piece lalu diekstubasi.
2. Kondisi ini berbeda sekali dengan pasen sakit kritis yang kadang
dalam proses penyapihan ventilator mengalami hambatan.
3. Perubahan kondisi pasen dari hari kehari pada masa pemulihan
fungsi organ pernafasan sering kali secara temporer membutuhkan bantuan
ventilasi mekanik kembali.
H. Lampiran Foto dan Keterangan

Gambar 1. Ventilator Gambar 2. Alat pantau TTV

Gambar 3. Alat Defibrilat Gambar 4. Infuse pump dan syring


pump
7

Gambar 4. Alat ventilator Gambar 5. Alat hemodialisa

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh G. Y. (2010). Keperawatan medikal bedah: Klien dengan gangguan


pernafasan. Jakarta: EGC.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya


Kesehatan Nomor: HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.
Jakarta.

Sundana, Krisna. (2014). Ventilator: Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan


Kritis. Volume 1, edisi revisi. Bandung: CICU.

Anda mungkin juga menyukai