Anda di halaman 1dari 7

(Studi Kasus : Pembajakan lagu Rhoma Irama di Surabaya)

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kasus pembajakan hak cipta seringkali terjadi di Indonesia, dan hal ini tentu saja merugikan
Negara, dan adalah bentuk tidak menghargai hasil karya Pencipta. Jika Pemerintah dalam hal
ini mendiamkan saja kasus pembajakan ini, maka menurut Hemat penulis, Pencipta akan
menjadi malas berkarya di Indonesia.

Pada tulisan ini, Penulis mengambil contoh, kasus pembajakan CD / Compact Disc yang
terjadi pada Rhoma Irama. Menurut Merdeka.com , Polrestabes Surabaya telah memeriksa
Ketua Soneta Fans Club Indonesia Jawa Timur, Surya Aka dan Ketua Persatuan Artis Musik
Melayu dangdut Indonesia (PAMMI) Jawa Timur, Putri Rahayu terkait kasus pembajakan
lagi milik Rhoma Irama. Pemeriksaan tersebut adalah rangkaian penyidikan yang dilakukan
polisi untuk menjerat tersangka karena melakukan plagiat terhadap hak cipta karya tanpa izin
pemiliknya.

Pembajakan yang dilakukan oleh Tersangka dengan inisial JLS, lagu yang dibajak sebanyak
115 lagu, dengan modus merekam kegiatan menyanyi Rhoma Irama saat ia bernyanyi di
panggung terbuka, lalu memperjualbelikannya dalam bentuk kepingan CD secara umum
tanpa izin Pencipta lagu, Rhoma Irama. Polisi menerapkan pasal 72 ayat (2) Undang-undang
Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun
penjara kepada Tersangka. Rhoma Irama diduga menderita kerugian diatas Rp. 1 Miliar,
sedangkan non-materi kerugiannya bisa merusak industry music dangdut.[1]

Oleh karena itu, Penulis ingin mengkritisi bentuk-bentuk perlindungan hak cipta di
Indonesia, dan ingin mengetahui Pengadilan apa yang berwenang untuk mengadili jika terjadi
kasus pembajakan terhadap hak cipta

II. Rumusan Masalah

1. Apa saja hak-hak yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta?


2. Apa saja bentuk-bentuk Pembajakan Hak Cipta di Indonesia?
3. Bagaiamana proses penegakan sengketa Hak Cipta di Indonesia, studi kasus,
Pembajakan CD (Compact Disc) lagu Rhoma Irama di Surabaya?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Hak Cipta adalah

hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat (1))

a. Pengadilan yang berwenang mengadili sengketa Hak Cipta adalah

Pengadilan Niaga. Pengadilan Niaga dapat mengeluarkan Penetapan Sementara terkait kasus
pelanggaran hak cipta. Fungsi penetapan sementara tersebut, yakni :

- Mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, mencegah masuknya barang yang diduga
melanggar hak cipta atau hak terkait ke jalur perdagangan.

- Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta dan hak terkait guna
menghindari penghilangan barang bukti

- Meminta kepada pihak merasa dirugikan untuk memberikan bukti yang menyatakan bahwa
pihak tersebut memang berhak atas hak cipta memang sedang dilanggar

Penyelesaian sengketa diatur pada Bab X Penyelesaian Sengketa Undang-undang Nomor 19


tahun 2002. Pada pasal 55 dikatakan bahwa “ Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan
kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang
tanpa persetujuannya :

a. Meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu

b. Mencamtumkan nama Pencipta pada Ciptaannya

c. Menggangti atau mengubah judul Ciptaan

d. Mengubah isi Ciptaan

Seseorang tidak dapat dikatakan melanggar hak cipta, jikalau cara memperoleh dan
penggunaan Ciptaan tersebut digunakan untuk semata-mata keperluan sendiri dan tidak
digunakan untuk suatu kegiatan komersial dan/atau kepentingan yang berkaitan dengan
kegiatan komersial ( Pasal 57). Jadi hal ini adalah pembatasan seseorang dikatakan tidak
melanggar Undang-undang Hak cipta.
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

1. Hak-hak yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta adalah

Pemegang hak cipta adlaah Pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerikma
hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak yang
menerima hak tersebut (Pasal 1 ayat (4)). Hak yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta, yakni
adalah hak terkait. Yang dimaksud dengan hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak
Cipta, yaitu hak eksklusif bagi Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan
pertunjukkannya ; bagi Produser Remana Suara untuk memperbanyak atau menyewakan
karya rekaman suara atau rekaman bunyinya ; dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat,
memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya (Pasal 1 ayat (9)). Hak Cipta merupakan
hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 2
ayat (1) ).

Hak-hak yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta, yakni ; Hak ekonomi dan hak moral

a. Hak ekonomi

Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak
terkait.

a. Hak moral

Adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau
dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak terkait telah dialihkan. Dengan
hak moral, Pencipta suatu karya cipta , juga memiliki hak untuk :

1. Dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam Ciptaannya ataupun salinannya


dalam hubungan dengan penggunaan secara umum
2. Mencegah bentuk-bentuk distrosi, mutilasi,atau bentuk perubahan lainnya yang
meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan
dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi pencipta.
3. Tidak ada satupun dari hak-hak tersebut diatsa dapat dipindahkan selama penciptanya
masih hidup, kecuali atas wasiat Pencipta berdasarkan peraturan perundang-
undangan.[2]

1. Bentuk – bentuk Pembajakan Hak Cipta di Indonesia adalah Counterfait, Piracy,


Boot Legging[3]

a. Counterfait

Dilakukan dengan menggandakan langsung sebuah album yang sedang diliris, kemasan
diproduksi sebagaimana aslinya. Di Indonesia, rekaman ASPAL, Asli tapi Palsu.
a. Piracy

Dilakukan menggunakan lagu yang populer. Diproduksi berupa kompilasi dari berbagai
album rekaman yang diminati masyarakat

a. Boot Legging

Dengan merekam langsung pada saat berlangsungnya pentas karya musikal (Live Show).

1. Proses penegakan sengketa pada kasus pembajakan lagu Rhoma Irama ialah

Dengan menggunakan Pasal 72 ayat (1), (2) UU Hak Cipta, agar tidak bias, Penulis
memaparkan pasal tersebut, yakni :

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual


kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Untuk dapat menjerat seseorang menjadi terdakwa, terpidana di kasus pembajakan kasus
Rhoma Irama harus terpenuhi semua unsure-unsur pelanggaran. Unsur-unsur Pelanggaran
tersebut, yakni :

Pasal 72 ayat (1), (2), (3), dan Pasal 73 ayat (1) : unsur Pelanggaranya :

1. Barangsiapa;

menurut KUHP, Barang Siapa adalah manusia yang menjadi subyek delik. Di UU 19/2002,
barang siapa adalah Pelaku dan Produser Rekaman suara . Produser Rekaman Suara :
orang/badan hukum yang pertama kali merekam, dan memiliki tanggung jawab untuk
merekam suara/bunyi

1. Dengan sengaja

Menurut Wirjono Projodikoro (1969:50), ada 3 bentuk kesengajaan, yakni :

 Kesengajaan yang bersifat tujuan

Pelaku dapat dikatakan benar-benar menghendaki mencapai akibat yang menjadi pokok
alasan diadakannya ancaman hukuman pidana

—Kesengajaan secara keinsafan kepastian


Kesengajaan ini ada jika pelaku, dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat
yang menjadi dasar dari delik, tapi ia tahu benar bahwa sebagai akibatnya pasti akan
mengiktui perbuatan itu.

—Kesengajaan secara keinsafan kemungkinan

Hanya dibayangkan kemungkinan adanya akibat itu

1. Tanpa hak

Menurut Pasal 1 ayat (4) UU 19/2002. Pemegang Hak Cipta adalah sebagai pemilik hak cipta
atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta. Pemilik hak cipta dapat mengalihkan
atau menguasakan sebagian atau seluruh haknya kepada orang atau badan hukum baik
melalui perjanjian, surat, kuasa ataupun dihibahkan/diwariskan

1. Mengumumkan, memperbanyak, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan


atau menjual

Pasal 1 ayat (5) UU 19/2002. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran,


penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun
sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau dilihat orang lain.

Memperbanyak (pasal 1 ayat 6) : penambahan jumlah suatu ciptaan, baik secara keseluruhan
ataupun sebagai yang sangat substansial dengan menggunakan bahan yang sama ataupun
tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer

1. Hak cipta dan hak terkait

hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat (1))

Selain secara pidana, Pemegang hak cipta dapat menggugat secara Perdata, dasar yang
digunakan dapat Pasal 1365 Kuh.Perdata yakni “perbuatan melawan hukum.” Menurut
Abdulkadir (2000:252), unsure perbuatan melawan hukum yakni :

- Perbuatan itu harus melawan hukum : perbuatan yang melanggar hak subjektif

- Perbuatan harus menimbulkan kerugian : kerugian material,imaterial

- Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan : dalam perdata, mengandung dari arti sengaja
hingga arti “tidak sengaja”

- Perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan kausal : kerugian harus timbul
sebagai akibat dari perbuatan orang itu

Dalam pasal 42 juga memungkinkan bahwa Pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan
pembatalan melalui pengadilan Niaga, dan pasal 56 ayat (1), Pemegang Hak Cipta berhak
mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan
meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tindak Pidana dalam Hak cipta adalah delik biasa. Dimana tindakan Negara terhadap
pelanggar hak cipta tidak lagi semata berdasarkan pengaduan dari pemegang hak cipta.

Hak-hak yang dimiliki oleh Pemegang Hak Cipta adalah hak ekonomi dan hak moral, Negara
wajib menjaga hak pemegang hak Cipta. Hak Pencipta atau penerima hak untuk mengumkan
atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan. Memilik hak untuk mengalihkan dengan cara ( Pewarisan ; hibah ;
wasiat ; perjanjian tertulis ; sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh Peraturan Perundang-
undangan ).

Bentuk-bentuk Pembajakan Hak Cipta di Indonesia yakni ;

a. Bootleg , yakni pembajakan yang dilakukan saat Penyanyi tampil ( Live Show).

b. Counterfait, yakni pembajakan lagu yang dilakukan dengan menggandakan langsung,


meniru persis cover dan kemasannya

c. Pirate, yakni dilakukan dengan menggunakan berbagai lagu dan bermacam-macam album
rekaman yang laku di pasaran.[4]

Proses penegakan sengketa Hak Cipta di Indonesia, studi kasus, Pembajakan CD (Compact
Disc) lagu Rhoma Irama di Surabaya adalah dapat melalui jalur pidana ataupun perdata. Pada
latar belakang dapat dilihat, Rhoma Irama menggunakan jalur pidana, dan polisi menerapkan
pasal 72 ayat (2). Untuk dapat menjerat pelaku pembajakan lagu Rhoma Irama, harus ada
unsur-unsur pasal yang terpenuhi. Unsur-unsur tersebut yakni : unsur Pelanggaranya :

1. Barangsiapa;
2. Dengan sengaja
3. Tanpa hak
4. Mengumumkan, memperbanyak, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau
menjual
5. Hak cipta dan hak terkait

Saran :

1. Penegak hukum harus lebih tegas mengawasi penciptaaan suatu karya seni, dan
membuat peraturan terkait hal tersebut agar tidak terjadi pembajakan dengan jumlah
banyak lagi.
2. Masyarakat harus segera disadarkan bahwa membeli CD bajakan adalah merugikan
Negara, dan tidak menghargai karya Pencipta.
DAFTAR PUSTAKA :

Djaja., Esmansyah2009. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Sinar Grafika : Jakarta. Hlm

Lindsey, Tim, Damian, Eddy, Butt, Simon dan Utomo, Tomi Suryo. Asian Law Group,
Ltd.2005. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar : Alumni . Bandung

Prodjodikoro, Wirjono.1969. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. PT.Eresco. Jakarta

Muhammad, Abdulkadir. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta

Anda mungkin juga menyukai