Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBERIAN PERASAN APEL MALANG (Malus sylvestris) TERHADAP

KETEBALAN DINDING BRONKUS PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG


DIINDUKSI OVALBUMIN

Muhammad Arfan Umar

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Bendungan Sutami
No.188, Malang, 65145, Indonesia, (0341) 551149,

E-mail:arfan22muhammad@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Alergi merupakan reaksi imun yang berlebihan terhadap suatu zat yang dapat merugikan bagi
tubuh. Penebalan bronkus merupakan salah satu manifestasi akibat dari pelepasan mediator inflamasi oleh sel
mast saat terjadi pajanan alergen. Apel (Malus sylvestris) mengandung quercetin dalam kadar tinggi dapat
mencegah reaksi alergi dengan menghambat degranulasi sel mast. Tujuan: Mengetahui pengaruh perasan apel
Malang (Malus sylvestris) terhadap ketebalan dinding bronkus tikus jantan putih yang diinduksi ovalbumin.
Metode: Penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. 25 ekor tikus sampel dibagi
menjadi 5 kelompok. Kelompok normal, kelompok kontrol positif, dan tiga kelompok perlakuan. Selain diinduksi
ovalbumin (secara intraperitoneal dan inhalasi) kelompok perlakuan juga diberikan perasan apel dengan kadar
15%, 20% dan 25% (3ml/hari). Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Hasil Penelitian
dan Pembahasan:Hasil uji ANOVA didapatkan pengaruh yang bermakna (p: 0,000). Hasil uji Post Hoc
didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada kelompok perlakuan 15%, 20%, dan 25% (3ml/hari). Hasil
uji regresi linier didapatkan RSquare masing masing 0,856 dan 0,817 (perasan buah apel memberikan pengaruh
85,6% dan 81,7%) pada bronkus primer kiri dan kanan. Berkurangnya ketebalan dinding bronkus tersebut
dikarenakan kadar quercetin dalam perasan buah apel dapat menstabilkan membran sel mast sehingga tidak terjadi
pelepasan mediator inflamasi. Kesimpulan: Perasan apel Malang (Malus sylvestris) berpengaruh terhadap
berkurangnya ketebalan dinding bronkus tikus yang diinduksi ovalbumin.

Kata Kunci: Perasan Apel Malang, Dinding Bronkus, Ovalbumin, Reaksi Alergi

ABSTRACT
Background: Allergy is a response caused by excessive immune reactions towards common foundable
subsctance but could be harmful to the body. Bronchial wall thickening is one of the manifestation caused by
inflammation mediator release from mast cell when an allergen exposure occur. Apple (Malus sylvestris) contain
a high level of quercetin, that capable for preventing allergic reactions by inhibiting mast cell degranulation.
Objective: To determine the effect of apple juice (Malus sylvestris) on white rats (Rattus norvegicus strain wistar)
bronchial wall thickness induced by ovalbumin. Method: Experimental study with post-test only control group
design. 25 rats were divided into five groups. Positive control group was induced by ovalbumin through
intraperitoneal and inhalation. Besides induced by ovalbumin, the treatment groups were given apple juice at
concentration levels of 15%, 20%, and 25% (3ml/day). Observations were using light microscope with 400x
magnification. Results and Discussion: ANOVA test resulted in significant influence (p: 0,000). Post hoc test
resulted significant difference (p<0,05) in the treated group 15%, 20%, and 25% (3ml/day). Linear regression
resulted in RSquare for each left and right bronchial : 0,856 and 0,817 (apple juice had 85,6% and 81,7% of
influence) The decreasing of bronchial wall thickness is caused by the quercetin level in apple juice could stabilize
mast cell membrane, so the release of inflammation mediator didn’t happened. Conclusion: Apple juice (Malus
sylvestris) could reduce the bronchial wall thickness induced by ovalbumin.

Keywords: Malang Apple Juice, Bronchial Wall, Ovalbumin, Allergic Reaction


PENDAHULUAN (6,07 mg/100g), Qurercetin (4,27 mg/100g)[13].
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang
Alergi (hipersensitifitas) merupakan suatu dipercaya memiliki kemampuan dalam menghambat
reaksi imun yang berlebihan terhadap bahan produksi dan pelepasan histamin dan mediator
lingkungan yang tidak berbahaya sehingga dapat inflamasi lainnya. Itu sebabnya antioksidan ini
merugikan bagi tubuh. Pajanan berulang alergen mampu mengurangi kemungkinan seseorang
terhadap orang yang telah tersensitisasi dapat terpapar dengan berbagai alergen dan juga
memicu serangan imun yang bervariasi. Mulai dari membantu penyembuhan dari alergi [1].
reaksi ringan hingga reaksi berat bahkan dapat Maka dari itu, berdasarkan latar belakang
mematikan[9]. Salah satu penyakit dengan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
manifestasi klinis dari alergi yaitu asma. Dengan perasan Apel Malang (Malus sylvestris) terhadap
penelitian prevalensi asma di berbagai tingkatan gambaran histopatologi ketebalan bronkus.
umur, mulai dari kelompomk umur <1 tahun hingga
kelompok umur 25-34 tahun, menyatakan METODE
bahwasanya semakin bertambah umur semakin
tinggi pula peningkatan kejadian asma. Sedangkan Penelitian ini bersifat eksperimental yang
untuk pengobatan yang diberikan pada pasien asma menggunakan pendekatan Post Test Control Group
sendiri terbagi menjadi dua kategori, yaitu jangka Design. Sampel yang digunakan yaitu tikus Rattus
waktu yang panjang dan pada saat serangan akut[2]. Novergicus Strain Wistar jenis kelamin jantan umur
Proses alergi dimulai dengan pajanan 2–3 bulan, berat badan 150 – 250 gram, dan tikus
alergen-alergen yang ditangkap oleh Antigen dalam keadaan sehat, ditandai dengan gerakannya
Presenting Cell (APC)[1]. Hasil olahan alergen oleh yang aktif, bulu yang tebal, mata yang jernih. Teknik
APC selanjutnya akan dipresentasikan ke sel Cluster pengambilan sampel menggunakam simple random
of Differentiation 4+ (CD4+) T-helper 2 (Th2)[8]. Sel sampling. Dalam penelitian ini, terdapat 25 sampel
CD4+ Th2 akan menghasilkan interleukin (IL) 4 dan tikus yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu
IL-13 yang memacu sel B (sel-sel plasma) untuk kelompok kontrol positif (+), kontrol negatif (-), dan
menghasilkan imunoglobulin (Ig) E[7]. Interleukin 5 3 kelompok perlakuan.
juga dihasilkan oleh sel CD4+ Th2 yang akan Pembuatan Ovalbumin
menarik eosinofil ke tempat inflamasi[1]. Pembuatan larutan ovalbumin sebagai
Imunoglobulin E yang terbentuk akan berikatan alergen dapat dilakukan dengan menggunakan
dengan sel mast dan menyebabkan degranulasi sel putih telur ayam ras sebanyak 50 ml putih telur
mast dan akan melepaskan mediator-mediator ayam ras kemudian diaduk hingga tidak terdapat
inflamasi yang dapat menyebabkan spasme bronkus, gumpalan.
edema, peningkatan sekresi mukus, dan konstriksi Pembuatan Perasan Apel
otot polos bronkus seperti histamin, leukotrien, dan Perasan apel Malang telah dibuat dalam
prostaglandin. Faktor kemotaktis seperti IL-5 dan proses juicing. Perasan apel yang dibuat kemdian
Tumor Necrosis Factor (TNF) α juga dilepaskan akan dilarutkan dalam aquadest dengan kadar 15%
oleh sel mast[1]. Faktor kemotaktis ini akan memacu
(v/v) yaitu 15ml untuk perasan buah apel dan 85ml
infiltrasi sel-sel radang seperti eosinofil, limfosit,
untuk aquadest. Selanjutnya untuk perasan apel
makrofag, neutrofil, dan basofil ke dalam jaringan
bronkus[2]. Infiltrasi sel-sel radang menunjukan Malang dengan kadar 20% (v/v) yaitu 20ml perasan
terjadinya inflamasi pada dinding bronkus[5]. apel dan 80ml untuk aquadest kadar, serta kadar
Pada asma dan PPOK terdapat remodeling perasan apel 25% (v/v) yaitu 25ml perasan apel dan
dimana remodelling saluran napas mengacu pada ditambahkan aquadest sebanyak 75ml.
perubahan stuktur yang kronis dan irreversibel yang Pemberian Ovalbumin dan Perasan Apel
didasari oleh inflamasi kronis. Remodeling terdiri Tikus yang digunakan sebanyak 25 ekor yang
dari edema mukosa, inflamasi, hipersekresi mukus, terbagi menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok
pembentukan plug mukus, hipertrofi dan hiperplasi terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok kontrol negatif
otot polos saluran napas yang berakibat penebalan diberi pakan standar BR-1 sebanyak 40 g/hari/tikus
dinding saluran napas dimana edema saluran napas serta minum aquades selama 30 hari. Kelompok
dan hipersekresi mukus merupakan faktor variabel kontrol positif selain diberi pakan, ditambah
hiperesponsif bronkus[1]. pemberian ovalbumin 70 µg dan 14 mg Al(OH)3
Buah apel Malang (Malus Sylvestris) dalam 1,4 cc normal salin secara intraperitoneal
merupakan buah yang banyak mengandung banyak pada hari pertama, hari ke-7 dan hari ke-14,
senyawa fitokimia dan flavonoid. Penelitian yang
kemudian diberi ovalbumin 7% dalam 10 ml normal
dilakukan oleh USDA (United Stated Departement
salin secara inhalasi dengan menggunakan
of Agriculture) membuktikan kandungan senyawa
fenolik utama dalam jenis apel Malang dan nebulizer selama 30 menit pada hari ke-19 dan hari
kandungan terbesar dalam mg/100 g apel malang ke-22. Pada setiap kelompok perlakuan diberikan
segar adalah Sianidin (2,44 mg/100g) , Epicatekin pakan serta pemberian ovalbumin dengan dosis
yang sama dengan kelompok kontrol positif, kontrol positif) dengan pemberian induksi
kemudian diberikan 3 mL perasan apel Malang per ovalbumin secara intraperitoneal dan inhalasi; P1
oral pada hari ke-15 sampai dengan hari ke-22 (Kelompok perlakuan yang diberi induksi
dengan kadar perasan buah apel Malang 15% (v/v) ovalbumin dan diberikan perasan apel malang
pada kelompok perlakuan 1, 20% (v/v) pada dengan kadar 15 %v/v); P2 (Kelompok perlakuan
kelompok perlakuan 2 dan 25% (v/v) pada yang diberi induksi ovalbumin dan diberikan
kelompok pelakuan 3. Selanjutnya dilakukan perasan apel malang dengan kadar 20 %v/v); P3
(Kelompok perlakuan yang diberi induksi
pembedahan tikus dan pengambilan preparat
ovalbumin dan diberikan perasan apel malang
bronkus untuk dilakukan pengamatan dibawah
dengan kadar 25 %v/v).
mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk didapatkan
hasil bahwa sebaran data yang normal pada semua
kelompok karena signifikansi lebih dari 0,05.
Setelah itu dilakukan uji homogenitas yang
didapatkan hasilnya yaitu 0,421 dimana nilai ini
mengindikasikan bahwa varian homogen.
Berikutnya dilakukan analisis One Way
Anova untuk mengetahui adanya pengaruh perasan
Apel Malang (Malus sylvestris) dengan ketebalan
dinding bronkus tikus jantan putih galur wistar yang
dapat dilihat dari adanya perbedaan yang bermakna
antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
perlakuan.
Tabel 2. Hasil Analisis Data One Way Anova
HASIL PENELITIAN Dinding
Signifikansi Kesimp
Bronkus
Penelitian ini mengamati preparat bronkus
primer kiri dan kanan pada tikus putih jantan
(Rattus norvegicus strain wistar) Kiri
yang 0.000 Signif
memperlihatkan perubahan ketebalan dinding
Kanan 0.000 Signif
K- K+ P1 P2 P3
(Data Primer, 2019)
Dari hasil ANOVA tersebut dapat
1.0 disimpulkan bahwa secara keseluruhan Apel
Malang (Malus sylvestris) memberikan pengaruh
0.8 yang signifikan terhadap ketebalan dinding bronkus
0.6 tikus jantan putih galur wistar baik kiri maupun
0.4 kanan.
Untuk membuktikan bahwa perbedaan
0.2 ketebalan dinding bronkus tikus jantan putih galur
0.0 wistar pada masing-masing kelompok data
bermakna maka perlu dilakukan uji Post Hoc.
Pengujian Post Hoc pada penelitian ini
mukosa antara kelompok kontrol negatif, kontrol menggunakan uji Post Hoc Bonferroni karena data
positif dan kelompok perlakuan dengan homogen dan didapatkan bahwa ketebalan dinding
menggunakan pewarnaan hematoxilin eosin bronkus tikus jantan putih galur wistar pada
dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran kelompok kontrol berbeda signifikan dengan
400x. kelompok perlakuan kadar (sig<0,05), sehingga
Gambar 1 didapatkan kesimpulan bahwa perasan Apel
Hasil rata rata ketebalan dinding bronkus Malang (Malus sylvestris) mulai kadar 15%v/v
tikus putih pada setiap kelompok dapat dilihat pada dapat memberikan efek terhadap ketebalan dinding
grafik berikut. bronkus tikus jantan putih galur wistar. Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh perasan Apel
Tabel 1. Grafik Rerata Ketebalan Bronkus Tikus Malang (Malus sylvestris) pada ketebalan dinding
dalam Milimeter (mm). bronkus tikus putih jantan galur wistar dilakukan uji
(Data Primer, 2019) regresi linier.
K- (kelompok normal); K+ (Kelompok Dari analisis regresi linier dapat diketahui
pemberian perasan Apel Malang (Malus sylvestris) kelompok yang diberi perasan buah Apel (Malus
dengan kadar 15%v/v, 20%v/v, 25%v/v sylvestris) dengan kadar 15% adalah 0,017 untuk
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap bronkus kiri dan 0,010 untuk bronkus kanan dimana
ketebalan dinding bronkus tikus jantan putih galur ini menunjukan bahwa perasan Apel Malang (Malus
wistar yaitu p < 0,05 dengan arah korelasi negatif sylvestris) mulai kadar 15%v/v dapat memberikan
(nilai koefisien korelasi negatif) .Hasil uji regresi efek terhadap ketebalan dinding bronkus tikus
linear memiliki nilai R-square (R2) pada ketebalan jantan putih galur wistar. Quercetin mempunyai efek
dinding bronkus kiri sebesar 0,856 sedangkan pada anti-inflamasi dengan mempengaruhi produksi TH2
dinding bronkus kanan sebesar 0,817 yang dan dengan mempertahankan kestabilan dari
menunjukkan bahwa kadar perasan apel Malang membran dinding sel mast, sehingga menghambat
berpengaruh terhadap menurunnya ketebalan degranulasi sel mast (Chirumbolo, 2010). Ketika
dinding bronkus kiri dan kanan masing masing degranulasi sel mast tidak terjadi, maka mediator
sebesar 85,6 % dan 81,7% sedangkan sisanya yaitu kimia seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien
14,4% dan 18,3% dipengaruhi oleh faktor lain tidak keluar dari dalam sel mast. Selain itu, quercetin
selain kadar perasan Apel Malang. mampu menyebabkan penurunan berbagai macam
interleukin, dan menurunkan respon stimulus
PEMBAHASAN histidine decarboxylase (HDC) mRNA terhadap sel
mast[1]. Quercetin juga terbukti mampu menurunkan
Berdasarkan grafik hasil pengamatan dapat dilihat aktivasi dari faktor transkripsi NF-κB, yang
bahwa terdapat perbedaan antar kelompok normal akibatnya dapat menghambat munculnya ekspresi
dan kelompok kontrol positif yang berarti terjadi dari TNF-α, IL-1, IL-6, dan IL-8. Aktivasi sitokin
penebalan dinding bronkus pada kelompok kontrol pada sel mast melalui IgE juga dapat dihambat
positif dibandingkan dengan kelompok normal. dengan ekstrak yang mengandung dosis quercetin
Hal ini disebabkan karena Ovalbumin yang mampu yang signifikan dimana akan berdampak pada
merangsang pembentukan respon imun ke arah sel pencegahan terjadinya respon awal dan respon
Th2 dimana akan terjadi reaksi hipersensitivitas lanjutan yang mempengaruhi ketebalan dinding
tipe I[11]. Apabila tubuh terpajan ulang oleh alergen bronkus baik kiri maupun kanan[10].
sel mast akan mengalami degranulasi sehingga Selain mengetahui perbedaan bermakna
mensekresikan histamin, infiltrasi sel eosinofil, ketebalan dinding bronkus pada kelompok yang
prostaglandin, dan leukotrien dimana mediator diinduksi ovalbumin dengan kelompok yang diberi
tersebut dapat memicu reaksi fase lambat yaitu perlakuan, dilakukan juga uji Post Hoc Bonferroni
edema mukosa, sekresi mukus, infiltrasi leukosit, terhadap kelompok normal dengan kelompok
kerusakan epitel, perlakuan dengan kadar 25%v/v untuk mengetahui
dan bronkospasme[12]. sampai sejauh mana pengaruh yang diberikan
Grafik sebelumnya juga menunjukkan perasan buah Apel (Malus sylvestris) terhadap
bahwa terlihat perlakuan yang diberikan kepada ketebalan dinding bronkus dimana didapatkan hasil
kelompok 15%v/v, 20%v/v, dan 25 %v/v 0,175 untuk bronkus kiri dan 0,049 untuk bronkus
menunjukkan gambaran ketebalan dinding bronkus kanan yang berarti perasan buah Apel (Malus
cenderung menurun. Oleh karena itu dilakukan uji sylvestris) dengan kadar 25%v/v menurunkan
statistik menggunakan uji ANOVA untuk ketebalan dinding bronkus pada tikus jantan putih
mengetahui pengaruh perasan Apel Malang (Malus galur wistar yang diinduksi ovalbumin sampai pada
sylvestris) terhadap ketebalan dinding bronkus perbandingan dengan kelompok normal tidak
dimana hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan signifikan untuk bronkus kiri, dan signifikan untuk
yang signifikan pada kelompok perlakuan, dengan bronkus kanan.Perasan buah apel (Malus domestica)
nilai signifikansi 0,000 baik pada ketebalan dinding varietas Red Delicious kadar 20% memiliki efek anti
bronkus kiri maupun kanan. Hal ini menunjukkan alergi terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan
bahwa tiap kelompok perlakuan memiliki perbedaan galur wistar yang berbeda tidak signifikan[6]. Hal ini
ukuran ketebalan dinding yang berbeda beda. Ini menunjukkan, dengan kadar yang sama yaitu 20%,
disebabkan karena kelompok perlakuan diberikan perasan Malus sylvestris memiliki efek yang lebih
perasan buah Apel (Malus sylvestris) yang memiliki baik dibandingkan perasan Malus domestica
kandungan flavonoid yang tinggi. Salah satu varietas Red Delicious. Hal ini dapat disebabkan
flavonoid yang utama dalam buah apel adalah karena kandungan quercetin pada Malus domestica
quercetin. Perasan buah apel Malus sylvestris varietas Red Delicious sebesar 98,85 mg/L, lebih
mengandung quercetin sebesar 165,23 mg/L[4]. rendah dibandingkan dengan kandungan quercetin
Kemudian dilakukan pengujian Post Hoc pada Malus sylvestris yaitu sebesar 165,23 mg/L [13].
Bonferroni karena data homogen untuk mengetahui Selanjutnya dilakukan uji regresi linier untuk
perbedaan bermakna ketebalan dinding bronkus mengetahui seberapa kuat pengaruh antara
tikus jantan putih galur wistar pada masing-masing kandungan perasan buah Apel Malang dengan
kelompok dengan hasil perbandingan antara perlakuan (ketebalan dinding bronkus) baik yang
kelompok yang diinduksi ovalbumin dengan kiri maupun yang kanan didapatkan hasil kuat
pengaruh perasan buah Apel Malang ketebalan
dinding bronkus kiri dan kanan masing masing 2. Cempaka A.R, Santoso Sanarto,
sebesar 85,6 % dan 81,7%. Penelitian yang Tanuwijaya L.K, 2014, Pengaruh metode
dilakukan juga menunjukkan adanya hubungan yang pengolahan (juicing dan blending)
kuat antara dosis pemberian perasan buah apel dan terhadap kandungan quercetin berbagai
ketebalan dinding bronkus kiri dan kanan. varietas apel lokal dan impor (Malus
Hubungan yang ditunjukkan melalui nilai koefisien domestica), Indonesian Journal of Human
pada uji regresi linier sebelumnya (0,016 dan 0,015), Nutrition,1, pp.14 – 22.
menjelaskan bahwa hubungan tersebut memiliki
arah (-) atau berkebalikan, yang artinya semakin 3. Chirumbolo S, 2010, The Role of
tinggi dosis pemberian buah apel hingga dosis Quercetin, Flavonols and Flavones in
maksimalnya, semakin besar penurunan ukuran Modulating Inflammatory, Department of
ketebalan dinding bronkus kiri dan kanan pada tikus Pathology and Diagnostics, University of
yang diinduksi ovalbumin. Verona, Italy, Inflammation & Allergy -
Drug Targets, 9, pp. 263-285
SIMPULAN
4. Kelly GS., 2011, Quercetin, Alternative
Perasan buah apel (Malus sylvestris) Medicine Review, 16, pp. 172-194
berpengaruh terhadap penurunan ketebalan dinding
bronkus primer kiri dan kanan pada tikus jantan 5. Matsushima, Miyoko, dkk, 2009, Heme
putih (Rattus norvegicus strain wistar) yang oxygenase-1 mediates the anti-allergic
diinduksi ovalbumin. Dosis pemberian perasan buah actions of quercetin in rdent mast cells,
apel (Malus sylvestris) yang berpengaruh untuk Switzerland: Birkha¨user Verlag, 58, pp.
mengatasi reaksi alergi yang ditunjukkan dari 705–715
penurunan ketebalan dinding bronkus primer kiri
dan kanan tikus putih (Rattus norvegicus strain 6. Moran MP., Fernandez, JM., Tortosa CR.,
wistar) yang diinduksi ovalbumin yaitu 3 ml dengan Tortosa MR., 2016, Review: Curcumin
kadar 15%, 20%, dan 25% dengan kadar terbaik and Health, Spanyol: MDPI journal, 21
pada kadar perasan Apel Malang yaitu 25%. pp.264-286
Terdapat hubungan yang sangat kuat antara
pemberian perasan buah apel (Malus sylvestris) 7. Nagpal M., Shood S., 2013, Role oc
terhadap pengurangan ketebalan dinding bronkus Curcumin in Systematic and Oral Health:
primer kiri dan kanan tikus jantan putih (Rattus An Overview, India: Journal of Natural
norvegicus strain wistar) yang diinduksi ovalbumin. Science, Biology and Medicine, 4, pp. 3-7
Perasan buah apel (Malus sylvestris) berpengaruh
masing masing sebesar 85,6% dan 81,7% 8. Ningrum T.S, Suprihati, Santosa Y.I, 2016,
menurunkan ketebalan dinding bronkus primer kiri Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit
dan kanan tikus putih jantan (Rattus norvegicus (curcuma longa) Terhadap Jumlah
strain wistar) yang diinduksi ovalbumin. Eosinofil di Jaringan Paru pada Penyakit
Alergi : Studi Eksperimental Pada Mencit
SARAN balb/c yang diinduksi ovalbumin.

9. Sherwood L. 2014, Fisiologi Manusia :


Perlu dilakukan penelitian selanjutnya Dari Sel ke Sistem, Jakarta: EGC.
tentang pengaruh pemberian perasan buah apel
(Malus sylvestris) terhadap respon alergi tikus 10. Susanto L.T, 1999, Peran Sel Mast dalam
dengan parameter lain, misalnya pada trakea, Reaksi Hipersensitivitas Tipe-1, Jurnal
bronkus sekunder dan tersier, atau mediator kimia Kedokteran Trisakti, 18, pp. 145-153
seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan 11. Utami, Wahyudi D., 2010, Perbedaan Daya
menggunakan ekstrak buah apel (Malus sylvestris) Hambat Extrak dan Perasan Rimpang
untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap Lengkuas (Alpinia galangal L) Terhadap
penurunan ketebalan dinding bronkus pada tikus Pertumbuhan Candida Albicans, Fakultas
jantan putih yang diinduksi ovalbumin. Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember, Jawa Timur
DAFTAR PUSTAKA
12. Viscupicova J., Ondrejovic M., Sturdik E.,
1. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S, 2016, 2008, Bioavibility and Metabolism of
Celluler and Moleculer Immunology. 5th Flavonoid, Journal of Food and Nutrition
Ed., Canada: W.B, Saunders Company
Research, Vol. 47, 2008, No. 4, pp. 151–
162

13. Widyaningtyas RT., Widodo YL., Sunnah


I., 2014, Efek Perasan Buah Apel (Malus
Domestica) Varietas Red Delicious
Sebagai Anti Alergi Terhadap Respon
Anafilaksis Pada Tikus Jantan Galur
Wistar Yang Diinduksi Ovalbumin,
Universitas Ngudi Waluyo, Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai